PWMU.CO – Kalimah Spemdalas membahas Tren Berbusana Remaja Putri yang disampaikan siswa kelas IX Cordoba Aisyah Arrum Magfiroh di Andalusia Hall, Jumat (17/11/2023).
DalamKajian Muslimah (Kalimah) SMP Muhammadiyah 12 GKB (Spemdalas) Gresik Jawa Timur pemateri menyampaikan materi Buka-Bukaan Nggak Bikin Gaul. Dalam paparannya, Arrum panggilan akrabnya menuturkan berkembangnya fenomena tren buka-bukaan aurat, terutama di kalangan remaja putri.
Di hadapan siswi kelas VII, VIII, dan IX, dia menyampaikan salah satu penyebabnya adalah Fear of Mising Out (FOMO) yaitu istilah untuk menyebut perasaan cemas tertinggal dengan peristiwa, pengalaman, atau informasi. Fenomena inilah yang sekarang menjangkit dan banyak dialami oleh remaja seusia kita, termasuk kita-kita yang hadir di sini.
“Kita harus bijak untuk mengatur perasaan kita ya, teman- teman. Ketika kita memiliki karakter bijak, maka kita mampu dan bisa menjaga perasaan ini. Kita bisa mengolah sehingga kecemasan itu tidak mengarah pada kecemasan sehingga kita mengikuti tren tersebut,” jelasnya.
Lebih lanjut, Arrum menjelaskan definisi aurat. Aurat adalah bagian anggota badan yang tidak boleh ditampakkan atau terlihat oleh orang yang bukan muhrimnya. “Untuk perempuan, auratnya adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan,” imbuhnya.
Interaksi dengan Siswa
Atas paparan yang disampaikan, beberapa siswa menunjukkan ketertarikannya. Siswa kelas International Class Program (ICP) VIII Rubidium Kamila Tolentino menyampaikan pertanyaan terkait batas aurat pada tangan perempuan.
“Apakah telapak tangan luar wanita termasuk aurat?” tanyanya.
Arrum menjelaskan bahwa sama dengan telapak dalam, telapak luar wanita juga tidak termasuk aurat yang wajib ditutup. Pertanyaan lain disampaikan Kansha Almira IX F yang menanyakan cara menasihati teman yang membuka aurat di depan orang yang bukan mahram.
Atas pertanyaan ini. Arrum menyampaikan bahwa nasihat memang harus selalu diberikan. “Jika sudah kita nasihati namun tidak menunjukkan perubahan, kita bisa menyampikan hal tersebut kepada guru. Mungkin ini yang bisa kita lakukan sehingga siswa Spemdalas bisa memahami ini,” imbuhnya. (*)
Penulis Fitri Wulandari. Editor Ichwan Arif.