PWMU.CO – Siti Zuhro, Peneliti Senior Pusat Penelitian Politik BRIN, menanyakan kebijakan tentang perempuan di ranah publik kepada Capres-Cawapres Anies Bawedan-Muhaimin Iskandar.
Pertanyaan itu dia lontarkan dalam Dialog Terbuka Muhammadiyah Bersama Calon Pemimpin Bangsa di di Edutorium Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Rabu (22/11/2023).
Prof Dr Siti Zuhro satu-satunya panelis perempuan. Empat panelis lainnya pria yaitu Dr M Saad Ibrahim, Prof Dr Sofyan Anis, Prof Dr Aidul Fitri, dan Prof Dr Zuli Qadir.
Membuka pertanyaan Siti Zuhro menyampaikan,”Di depan kita, perempuan duduknya lebih banyak dari pada laki-laki.” Pernyataannya itu disambut tepuk tangan hadirin dengan riuh.
Wanita kelahiran Blitar, 7 November 1958 itu berharap kebijakan tentang perempuan di ranah publik di legislatif, yudikatif, dan eksekutif, tidak lagi didiskriminasi. Lantas dia menanyakan,”Apa kebijakan yang penting itu?”
Anies Baswedan menjawab dengan tegas pertanyaan itu. ”Tidak ada keraguan dalam pandangan bahwa perempuan adalah tiang bangsa dan perempuan adalah penentu (pendidikan) dalam keluarga,” kata Anies.
”Salah satu pendorong paling utama perubahan justru kaum perempuan,” ujar Gubernur DKI Jakarta 2017-2022 disambut tepuk tangan bergemuruh di Edutorium.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia 2014-2016 ini menyebut job description ibu rumah tangga itu lebih rumit daripada job description CEO manapun.
Anies menyatakan perlu ada yang meneruskan kebijakan kesetaraan. “Tapi ini bukan dengan visi. Silakan lihat rekam jejaknya,” terang alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada itu.
Dia mencontohkan, melihat rekam jejak di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). ”Apakah memberikan kesempatan kepada perempuan? Lihat, banyak sekali perempuan,” ujar Anies.
Contoh lain peran perempuan di ranah publik, Anies pernah mengalami sendiri ketika memimpin kampus. ”4 dari 5 direktur adalah perempuan,” ungkap Rektor Universitas Paramadina 2007-2015 ini.
Anies masih ingat saat semua yang memimpin urusan Covid-19 di Jakarta justru pemimpin perempuan. ”Dari Dinas Kesehatan, asistennya, semua adalah perempuan,” imbuhnya.
Anies menerangkan,”Kalau mau lihat apa yang dikerjakan besok terkait dengan posisi bagi perempuan, lihatlah apa yang sudah dikerjakan di masa lalu tentang posisi bagi perempuan. Karena itu menjadi prediktor.” (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Sugeng Purwanto