PWMU.CO – Tiga pesan Ketua Umum Pimpinan Pusat Forum Guru Muhammadiyah (PP FGM) periode 2016-2022 H Pahri SAg MM utnuk guru SD dan MI Muhammadiyah di Kabupaten Gresik.
Di Hari Guru Nasional 2023 sekaligus Ulang Tahun PGRI Ke-78 itu, Pahri menyampaikannya pada Simposium Nasional Guru SD MI Muhammadiyah Kabupaten Gresik. Temanya ‘Komitmen Layanan Pendidikan Guru SD/MI Muhammadiyah’.
Pertemuan yang diadakan Forum Silaturahmi Kepala Sekolah Muhammadiyah (Foskam) SD MI Kabupaten Gresik ini terselenggara di Atrium Icon Mall Gresik, Sabtu (25/11/2023). Guru dari SD MI Muhammadiyah sekabupaten Gresik mengikutinya.
Pesan pertama, guru Muhammadiyah harus disiplin datang ke sekolah. “Guru itu datang 1 jam sebelum murid datang. Ini baru pelayanan! Jangan dibalik, jam 7 muridnya datang, jam 8 (gurunya) baru berangkat,” tutur Mudir PEM Gondanglegi itu.
Sebab, sambung Pahri, kalau muridnya datang sedangkan gurunya tidak ada, maka muridnya bisa ucul (melarikan diri). “Indomaret buka 24 jam. Pantes Indomaret kaya, karena bukanya 24 jam. Jangan buka jam 9, jam 11 tutup. Cuma 2 jam,” imbuh ayah tiga anak itu.
Pahri lantas membeberkan kebijakan ketika dia menjabat Kepala SMK Muhammadiyah 7 (Mutu) Gondanglegi Malang. “Saya ubah waktu itu. Jadi jam 6 sudah siap. Yang bagian bersih-bersih jam 5. Jangan sampai sama-sama datang jam 7. Usahakan guru datang, murid datang, sekolah resik dan rapi,” imbaunya.
Dia menegaskan, “Sekolah Muhammadiyah, jam 6 pagi pintu gerbangnya sudah harus dibuka! Pintu kelas, ruang guru, lab, perpustakaan, bahkan kantinnya harus dibuka agar rezekinya banyak!”
Menurutnya, jika ada sekolah Muhammadiyah yang masih tidak dapat murid, itu karena layanannya buruk. “Buka jam 9, tutup jam 11. Tapi di Gresik nggak ada, ya. Untuk 2024-2025 sudah memenuhi kuota siswanya,” ujar pria yang berdomisili di Jln. Ki Ageng Gribig Madyopuro Malang ini.
Disiplin Mengajar
Selain disiplin datang ke sekolah, Pahri juga mengimbau guru Muhammadiyah untuk disiplin mengajar. Sebab, katanya, ada tipe guru yang datang ke sekolah tapi tidak masuk kelas. “KS-nya menunggu sampai jam 1, jam 2, nggak kelihatan wajahnya. Tas sama jaketnya masih utuh. Usut punya usut punya cadangan 3 jaket, 1 buat jaminan diletakkan di sana,” candanya.
Adapula tipe guru yang hobi izin tidak masuk. “Masih takziyah Pak, keluarga meninggal. Itu di Gresik nggak ada ya?” ujarnya.
Tipe lainnya, ada guru sering tidak masuk karena bolak-balik rapat. “Saya KS yang tidak membolehkan rapat saat KBM,” imbuh pria kelahiran Konang, Kabupaten Bangkalan, 6 Juli1971 itu.
Selain itu, Pahri mengajak mereka disiplin administrasi. “Guru wajib punya RPP, silabus, prota. Buat perangkat pembelajaran! RPP cukup 2 lembar. Buat silabus!” ajaknya.
Kedisiplinan terakhir yang dia tekankan ialah disiplin mengumpulkan nilai. “Jangan sampai besok bagi rapot, sekarang masih koreksi,” tambahnya.
Menggembirakan
Pesan kedua yang Pahri sampaikan, guru Muhammadiyah yang melayani siswa harus menggembirakan. “Percuma workshop pembelajaran menarik dan menyenangkan kalau performa guru menakutkan dan menyeramkan,” ungkapnya.
“Sudah mengajar Matematika, wajahnya serem, bilang Nak Matematika pelajaran paling sulit,” ujarnya mencontohkan sosok guru yang tidak boleh ada di sekolah madrasah Muhammadiyah Gresik.
Pahri menyadari itu kadang tidak terperhatikan karena guru Muhammadiyah fokus urusan kurikulum. “Yang penting wajah guru senang menggembirakan. Ini akan ditemani malaikat. Saya yakin sekolah Muhammadiyah banyak yang minat kalau performa guru dan kepala sekolahnya menggembirakan. Wajahnya seperti Muhammad. Jangan seperti Abu Jahal,” tuturnya.
Dia menekakan, dalam melayani pelanggan dari kalangan murid SD, jika guru memasang wajah seram, anak akan terngiang wajah gurunya lalu bilang ke orangtuanya, “Ma, sekolahku kayak neraka!”
Kalau seperti ini, sambung Pahri, otak anak akan mengerut, tidak berkembang, tidak inovatif, dan takut. Dia yakin, kalau guru gembira, anak gembira.
Pesan terakhir, tidak pelit memberikan nilai. “Mudahkan, jangan mempersulit siswa. Ingat, siswa yang teraniaya itu doanya makbul. Ayo tobat nasuha, jangan kasih nilai yang mati. Minimal 85. Gimana anak masuk perguruan tinggi kalau nilainya 6. Jangan bikin susah anak!”
Kalau nilai anak bagus, kata Pahri, orang tua akan cerita ke orang tua lainnya dengan bangga. “Ini bagian dari promosi,” imbuhnya.
Sebagai penutup, Pahri meyakinkan, guru Muhammadiyah itu pendobrak dan pertarung sehingga mereka patut bangga menjadi guru Muhammadiyah. Sebagaimana dia membuka pemaparannya, Pahri menutup sesinya dengan menerapkan jargon yang menggema di Icon Mall Gresik.
“Muhammadiyah!”
Peserta langsung kompak menjawab, “Yes!”
Pahri meneriakkan jargon kedua, “Sekolah Muhammadiyah!”
Peserta menjawab, “Pasti unggul!”
Saat Pahri bertanya, “Siapa kita?”
Peserta menjawab, “Guru Muhammadiyah!”
Terakhir, dia meneriakkan, “Guru Muhammadiyah!”
Peserta langsung merespon, “Walau gaji besar tetap semangat!” (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni