PWMU.CO – Nikmat yang dilupakan disampaikan oleh Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Jember Prof Dr Aminullah Elhady MAg
Hal ini disampaikan pada Pengajian Ahad Ceria yang digelar di halaman Masjid al-Qolam, Universitas Muhammadiyah (Unmuh) Jember, Ahad (26/11/23).
Awalnya dia mengutip surat al-Munafiqun ayat 9, “Allah, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian dilengahkan oleh harta dan anak-anak kalian.”
Aminullah Elhady mengungkap sehari-hari kita beraktivitas duniawi, tidak jauh dari urusan harta, anak, dan keluarga. Aktivitas ini hampir terfokus untuk itu.
“Bapak Ibu, pasti melakukan itu. Namun, janganlah sampai lengah dari mengingat Allah, jangan karena ada daya tarik dari keluarga maupun harta jadi lalai. Dan orang yang mengalami itu, mereka adalah orang-orang yang merugi,” ungkapnya.
Makna ayat selanjutnya, sambung dia, dan berinfaklah dari rezeki yang kami berikan padamu. “Infak di sini bisa diperuntukkan bukan hanya untuk orang lain, namun, bisa diperuntukkan untuk keluarga,” jelasnya.
Dosen Pascasarjana Universitas Islam Negeri KHAS Jember ini menyampaikan kita harus memanfaatkan kesempatan sebelum ajal menjemput, jangan menunda, jangan menunggu waktu.
“Orang yang keburu didatangi kematian, pasti menyampaikan untuk menunda kematian pastilah akan aku manfaatkan untuk bersadaqah dan menjadi orang sholeh. Untuk itu ambillah kesempatan yang anda miliki sekarang,” tuturnya.
Dalam hadis Imam Al Bukhori, Abdullah bin Khattab berkata suatu hari Nabi SAW ketika bersama anak-anak, Nabi memegang pundak mereka dan berkata kepada mereka, “Jadilah kamu seperti orang asing atau seperti orang yang sedang bepergian ketika berada di suatu kaum.”
“Dari hadis ini bisa kita tarik makna, ketika kita dalam situasi tersebut harus memikirkan apa yang dilakukan. Jangan menunda apa yang akan dilakukan. Ambillah bagianmu dari kondisi sehatmu,” ujarnya.
Nikmat yang Dilupakan
Aminullah mengungkap terkadang kesibukan membuat kita lupa akan prioritas. Kita lupa bahwa ada dua nikmat yang sering kita lupakan, yakni sehat dan waktu senggang.
“Kita bisa melakukan aktivitas kita dengan fisik yang sehat, itu adalah nikmat. Ketika manfaatkan waktu kita untuk kebaikan, itu juga nikmat,” ungkapnya.
Yang dinamakan kekayaan itu bukan kaya harta, lanjutnya, bukan berapa banyak tabungan tapi yang dinamakan kaya adalah kaya hati, syukur, qanaah.
“Ada orang yang kaya dan yang pas-pasan, namun orang kaya itu tidak bahagia. Karena menjadi hamba jadi hartanya. Namun, orang yang pas-pasan, sangat bahagia, sangat bersyukur. Maka untuk bahagia sangatlah mudah, dengan memperbanyak rasa syukur,” tegasnya (*)
Penulis Wulidatul Aminah Editor Mohammad Nurfatoni