PWMU.CO – Gerombolan intoleran telah menampakkan wajahnya di Minahasa. Namanya Laskar Manguni Makasiouw.
Awalnya acara aksi Bela Palestina yang dilakukan gabungan kelompok muslim berjalan damai di Kota Bitung Sulawesi Utara, Sabtu (25/11/2023) sore.
Ketika acara selesai, tiba-tiba gerombolan intoleran Laskar Manguni Makasiouw datang menyerang. Mereka ada yang berbaju adat Minahasa. Mengacungkan parang, kayu, bambu, panah, petasan, dan mengibarkan bendera Israel.
Akibat serangan ini satu orang sopir ambulance meninggal karena dikeroyok. Dua orang luka-luka. Satu mobil ambulance dirusak.
Tujuh orang anggota Laskar Manguni ditangkap polisi. Lima orang ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan.
Polisi dan pemerintah setempat kini sibuk mengantisipasi bentokan SARA ini tak meluas dan segera berhenti.
Dua orang provokator Michael Rempowatu dan Marco Karundeng kini dicari.
Michael Rempowatu adalah Ketua DPW Ormas Adat Manguni Makasiouw yang menolak aksi Bela Palestina. Dia menuduh aksi itu dilakukan pendukung Hamas.
Marco Karundeng anggota Laskar Manguni yang di medsosnya mengancam bunuh orang yang berjilbab dan berkopiah di jalan.
Jalan Kekerasan
Website jurnal.ugm.ac.id pada 22 April 2021 memuat artikel berjudul Kelompok Vigilante sebagai Exit Institution: Friksi antara Brigade Manguni dan Gereja Masehi Injili Minahasa (GMIM) Pasca Reformasi (2000-2010) ditulis oleh Daniel Andara Kalangie.
Artikel ini juga dimuat di Jurnal PolGov Vol. 2 No. 2, 2020.
Tulisan ini melihat peran kelompok vigilante bernama Brigade Manguni (BM) yang hadir melalui terbentuknya faksi dari institusi keagamaan dalam masyarakat Minahasa pasca reformasi, yaitu Gereja Masehi Injili Minahasa (GMIM).
GMIM berhasil membangun koordinasi kelompok lintas agama yang solid untuk meredam potensi konflik horizontal akibat pertikaian Poso tahun 2000.
Berbeda dengan Brigade Manguni merupakan organisasi masyarakat adat Minahasa pertama yang berdiri pada pertengahan tahun 2000. Kelompok ini menggunakan kekerasan dalam merespons ancaman konflik komunal.
Peran Brigade Manguni dapat diamati dalam fase ketiga konflik Poso untuk membela kelompok Kristen.
Dengan melakukan penelitian secara kualitatif, Daniel Andara Kalangie menunjukkan peran Brigade Manguni sebagai exit institution melalui faksionalisme dalam GMIM.
Definisi exit institution sebagai institusi yang mampu menawarkan jalan keluar baru dari dominasi cara diskursif menuju cara kekerasan dalam menjaga keminahasaan.
Kini wajah kekerasan Laskar Manguni berulang. Jalan kekerasan mereka tunjukkan untuk membubarkan kelompok Bela Palestina dengan membawa senjata tajam. Bendera Israel yang mereka kibarkan menampilkan keberpihakannya. Tragedi Bitung pun terjadi.
Heran juga, kenapa orang Kristen mendukung Israel. Padahal orang Yahudi Israel menolak Kristen. Dalam sejarah, Yesus dimusuhi oleh rabbi Yahudi karena dianggap menyebarkan ajaran sesat.
Rabbi Yahudi juga yang menyuruh tentara Romawi menangkap Yesus dengan tuduhan radikal.
Konflik Palestina-Israel telah merembet ke tanah air. Sekarang orang sudah berani terang-terangan berpihak kepada Israel. Bahkan di Minahasa sudah dibangun Museum Holocaust.
Potensi konflik terus bermunculan. Kita harus makin pintar menyelesaikannya dengan jalan keluar damai.
Penulis/Editor Sugeng Purwanto