PWMU.CO – Dirjen Haji dan Umrah Kemenag Prof Hilman Latief MA PhD mendorong semangat istitha’ah di Persyarikatan Muhammadiyah.
Semangat ini dia tekankan saat menjadi narasumber Seminar Problematika Haji 1445 Hijriah sebagai rangkaian Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) Lembaga Pembinaan Haji dan Umrah (LPHU) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, Sabtu (2/12/2023). Pagi itu ia membahas kebijakan penyelenggaraan ibadah haji 1445 H.
Di tengah penjelasannya, Direktur Jenderal (Dirjen) Penyelenggaran Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama Prof Hilman menyatakan, “Saya kagum dengan al-Quran karena semua narasi tentang haji ada di belakangnya itu manisthatha’a ilaihi sabila. Karena tidak semua orang boleh berhaji. Tidak semua orang akan bisa berhaji. Punya duit banyak belum tentu bisa berhaji.”
Maka dia mengingatkan sekitar 135 peserta terdiri dari LPHU dan KBIHU Muhammadiyah se-Jawa Timur dengan penggalan pesan Ali Imran ayat 97.
فِيهِ ءَايَٰتٌۢ بَيِّنَٰتٌ مَّقَامُ إِبْرَٰهِيمَ ۖ وَمَن دَخَلَهُۥ كَانَ ءَامِنًا ۗ وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلْبَيْتِ مَنِ ٱسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا ۚ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ عَنِ ٱلْعَٰلَمِينَ
Artinya, “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barang siapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”
Merujuk ayat inilah Prof Hilman menekankan perlunya semangat manistatha’a oleh kita semua, termasuk oleh Persyarikatan Muhammadiyah. “Punyakah Muhammadiyah rumusan istitha’ah (kemampuan melaksanakan haji)? Jangan-jangan tidak punya,” ujar alumnus Western Michigan University, Amerika itu.
Alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM) ini lantas menanyakan, “Tarjih putusannya bagaimana? Mungkin tidak jadi perhatian. Tapi setelah ada LBHU, bisa bekerja sama dengan tarjih untuk merumuskan lagi bagimana istitha’ah versi Persyarikatan ini, yang proporsional dan berkeadilan.”
Interpretasi Istitha’ah
Menurut Prof Hilman, istitha’ah itu interpretasinya luar biasa. “Mampu secara biaya dan fisik. Tahun ini tidak ada pembatasan usia. Alhamdulillah, tidak seperti 2022, tetapi memang kita dorong istitha’ah,” ujar pria kelahiran Tasikmalaya, 25 September 1975 ini.
Bukan tanpa alasan, Prof Hilman mengungkap motif pihaknya mendorong semangat istitha’ah. “Karena tahun ini menjadi tahun di mana jamaah haji wafat terbesar sepanjang sejarah. Lebih dari 800 orang. 775 orang wafat pada masa operasional. 77 jamaah tertinggal di Saudi karena sakit. Bahkan ada orang yang sejak baru datang sampai puncak haji nggak ngapa-ngapain, tidur saja karena sakit,” ungkapnya.
Dari fenomena inilah Prof Hilman mengajak peserta berpikir, “Perspektif kita, lebih maslahat yang mana, rekoso di sini, seleksi betul-betul sehingga jamaah itu menyempurnakan niatnya atau seperti kemarin, bawa saja semuanya? Itu pilihan!”
Prof Hilman juga mengungkap ternyata dalam beberapa tahun terakhir, ada ribuan jamaah haji yang wafat sebelum mencapai Saudi atau bahkan baru sampai di Tanah Suci. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni