Ziarah Makam Jadi Ekstrakurikuler AIK, Gak Bahaya Ta? Oleh Abu Nasir, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Pasuruan
PWMU.CO – Menko PMK Muhadjir Effendy mengusulkan kunjungan makam tokoh Muhammadiyah untuk kader muda.
Usulan itu disampaikan Prof Muhadjir dalam sambutan saat membuka rapat kerja nasional Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) 2023 di Aula Mas Mansur Kantor PWM Jawa Timur Jl. Kertomenanggal IV/1 Surabaya.
Menurutnya perlu ada program ekstrakurikuler Al Islam Kemuhammadiyahan berkunjung ke makam tokoh-tokoh Muhammadiyah.
“Itu kan penting untuk menunjukkan anak-anak muda itu orang Muhammadiyah. Walaupun menjadi pahlawan nasional begitu sederhananya ketika meninggal.”
Dengan berkunjung ke makam tokoh Muhammadiyah seperti makam Kiai Mas Mansur di Ampel, dia berharap generasi milenial Muhammadiyah tidak hanya melihat ke depan namun juga melihat ke belakang agar tidak lupa akar dan tercerabut dari sejarah.
Prof Muhadjir memang unik. Satu-satunya menteri kabinet Jokowi dari Muhammadiyah. Orangnya easy going. Sederhana dan apa adanya. Bloko suto, kata orang Jawa. Tak aneh-aneh dan supel .
Medan pergaulannya luas. Bisa diterima di kalangan mana saja. Kegemarannya menyanyi dan shalawat mendekatkannya dengan kalangan NU. Raqqad Aina adalah lagu kegemaran yang dia nyanyikan di mana mana. Wajar saja dia usul seperti itu.
Ciri Orang Cerdas
Sekilas usulan tersebut terkesan baik. Selain ingat sejarah, orang perlu ke makam untuk dzikrul maut. Nabi pun menganjurkan itu.
إِنِّي كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ القُبُورِ، فَزُورُوْهَا
“Sungguh dahulu aku melarang kamu ziarah kubur, maka ziarahilah ia.” (HR Muslim, Ahmad, Nasa’i dan lainnya.)
Dalam riwayat Imam Ahmad ada penambahan bahwa Rasulullah saw mengatakan:
فَإِنَّهَا تُذَكِّرُكُمُ الْآخِرَةَ
“Sungguh ia mengingatkan kamu akan akhirat.” (HR Ahmad)
Dalam hadits lain Nabi mengatakan mengingat mati adalah ciri orang cerdas.
Umar ibn Khattab, khalifah kedua setelah Abu Bakar al-Shidiq, pernah berkata:
أتيتُ النَّبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم عاشرَ عشرةٍ , فقال رجلٌ من الأنصارِ : من أكيَسُ النَّاسِ وأكرمُ النَّاسِ يا رسولَ اللهِ ؟ فقال : أكثرُهم ذِكرًا للموتِ وأشدُّهم استعدادًا له أولئك هم الأكياسُ ذهبوا بشرفِ الدُّنيا وكرامةِ الآخرةِ .
Bersama sepuluh orang, aku menemui Nabi saw lalu salah seorang di antara kami bertanya. ‘Siapa orang paling cerdas dan mulia, wahai Rasulullah?’
Nabi menjawab, ‘Orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya, mereka itulah orang yang cerdas, mereka pergi dengan membawa kemuliaan dunia dan kehormatan akhirat’. (hadits riwayat Ibnu Majah).
Menjadi lain ketika kunjungan ke makam tokoh Muhammadiyah dijadikan kegiatan ekstrakurikuler Al Islam Kemuhammadiyahan.
Orang bisa bertanya apa bedanya dengan ziarah kubur, ziarah wali, dan sejenisnya? Esensi kesejarahan malah sering hilang oleh gundukan tanah keramat, keindahan makam dan melahirkan pemujaan tokoh di sela keramaian wisata dan suara suara dzikir para peziarah.
Hubungan Timbal Balik
Kunjungan makam atau ziarah kubur terkadang perlu dilakukan sekadar melepas rindu dan berusaha mendialogkan rasa batin dengan orang tua, saudara, atau siapa saja yang dicintai yang telah meninggalkan selamanya.
Orang memang mengidap semacam kerinduan azali. Mitos abadi keterhubungan antara yang hidup dengan yang mati.
Kunjungan makam atau ziarah kubur dapat dipahami dalam perspektif sosiologi berdasar teori konstruksi sosial Peter L. Berger dan Thomas Luckman serta teori tindakan sosial Max Weber. Ada sejumlah konstruks sosial yang melatarbelakangi orang pergi ke makam tokoh.
Penelitian yang dilakukan Nabila Roshanbahar(2016) terhadap peziarah makam Gus Dur di Jombang misalnya, ditemukan bahwa masyarakat umum tradisional mengonstruksi ziarah makam sebagai bentuk doa kepada ulama agar mendapatkan berkah dan melatih ketauhidan.
Kalangan santri mengonstruksi ziarah makam untuk ngalap berkah, dapat hidayah dan upaya meneladani tokoh atau kiai/ulama.
Masyarakat Tionghoa melakukan ziarah makam sebagai bentuk ucapan terima kasih atas jasa sang tokoh dan menunjukkan hubungan timbal balik dengan yang mati selama hidup. Orientasinya adalah nilai dan etika.
Dalam konstruksi sosial model apa kegiatan ekstrakurikuler para pelajar Muhammadiyah mengunjungi makam para tokohnya?
Kematian
Semasa anak-anak saya menghabiskan waktu untuk ngaji ke kiai, srokalan, manakiban, barzanjian, dan ziarah kubur kiai-ulama.
Semua itu saya tinggalkan kecuali sesekali mengunjungi makam orang tua yang masih saya lakukan sampai sekarang setelah saya mendapatkan pelajaran pertama kali di SMP Muhammadiyah Pasuruan tentang putusnya hubungan dengan yang hidup ketika orang telah mati.
Guru Al Islam dan Kemuhammadiyahan waktu itu selalu menyampaikan hadits :
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ – رواه مسلم والترمذيّ وأبو داود والنسائيّ وابن حبّان عن أبي هريرة
Ketika seorang manusia mati, maka amalannya terputus kecuali tiga hal, yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mau mendoakan orang tuanya.
Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim, Imam at-Tirmidzi, Imam Abu Dawud, Imam an-Nasa`i, dan Imam Ibnu Hibban bersumber dari Abu Hurairah ra.
Berdasar hadits itu dan dengan sederet ayat al-Quran seperti al-Fathir:18
وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِّزْرَ اُخْرٰى ۗوَاِنْ تَدْعُ مُثْقَلَةٌ اِلٰى حِمْلِهَا لَا يُحْمَلْ مِنْهُ شَيْءٌ وَّلَوْ كَانَ ذَا قُرْبٰىۗ اِنَّمَا تُنْذِرُ الَّذِيْنَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ وَاَقَامُوا الصَّلٰوةَ ۗوَمَنْ تَزَكّٰى فَاِنَّمَا يَتَزَكّٰى لِنَفْسِهٖ ۗوَاِلَى اللّٰهِ الْمَصِيْرُ
Orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang dibebani berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul bebannya itu tidak akan dipikulkan sedikit pun, meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat engkau beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada (azab) Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihatNya dan mereka yang melaksanakan shalat. Barangsiapa menyucikan dirinya, sesungguhnya dia menyucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Kepada Allah tempat kembali.
Dalam surat al-Baqarah ayat 166 disebutkan:
اِذْ تَبَرَّاَ الَّذِيْنَ اتُّبِعُوْا مِنَ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْا وَرَاَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الْاَسْبَابُ
Ketika orang-orang yang diikuti berlepas tangan dari orang-orang yang mengikuti saat mereka (orang-orang yang diikuti) melihat azab, dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus.
Terpatri pemahaman dan keyakinan tidak ada hubungan antara yang hidup dengan yang mati kecuali tiga perkara tersebut semata mata sebagai timbal balik, etika ,dan nilai, yaitu anak saleh yang mendoakan orang tua, ilmu yang bermanfaat, dan amal atau sedekah jariyah.
Karakter Paham Muhammadiyah
Berturut-turut nalar para pelajar Muhammadiyah tersublimasi oleh doktrin larangan tabarruk, tawassul, bid’ah, khurafat dan tahayul yang berujung pada tindakan nir ziarah kubur, shalawatan dan tabarrukan.
Lama kelamaan karakter orang Muhammadiyah bisa terbedakan oleh konstruksi sosial seperti itu meskipun ada sebagian kecil yang bersepikiran dengan Prof Muhadjir.
Hemat saya, menengok ke belakang tidak harus mengunjungi makam tokoh. Sesekali saja tidak apa-apa. Tidak perlu dijadikan ekstrakurikuler Al Islam dan Kemuhammadiyahan.
Ta’zim dan merawat orang yang meninggal cukup mengikuti standar hadits: Menyucikan, mengafani, menshalatkan dan menguburkan. Selebihnya takziah dan membantu meringankan beban sosial dan psikologis keluarga yang masih hidup.
Membangun kesadaran sejarah justru akan efektif melalui kunjungan ke Musiem Muhammadiyah atau situs bersejarah lainnya.
Berkunjung ke Museum Muhammadiyah akan memperoleh banyak hal, antara lain: pengetahuan, fakta karya monumental, kekaguman, rasa percaya diri dan kebanggaan menjadi bagian dari Muhammadiyah.
Mendidik kader IPM juga bisa dilakukan dengan mengajak mereka untuk membaca sejarah biografi tokoh Muhammadiyah, bersilaturrahim ke tokoh, sesepuh dan pimpinan Muhammadiyah di PP, PW hingga PD bahkan PC dan ranting Muhammadiyah.
Jangan dikira di ranting tidak ada tokoh atau sesepuh Muhammadiyah.
PDM Kota Pasuruan telah mentradisikan menghadirkan tokoh, sesepuh dan pimpinan di setiap perhelatan besar dengan menjemput dan mengantar mereka dan menempatkan mereka di deretan kursi depan.
Pimpinan Muhammadiyah juga bisa menggerakkan kader nginthil, yaitu mengajak kader muda bahkan pimpinan yang masih angin-anginan datang ke acara Muhammadiyah di PWM dan PP sehingga dapat menyadarkan mereka betapa Muhammadiyah itu besar dan para tokoh, sesepuh, pimpinan Muhammadiyah sungguh-sungguh mengelola persyarikatan.
Kader nginthil kita akan meneladani mereka justru pada saat mereka masih hidup tanpa harus mewajibkan mereka mengunjungi makam.
Jangan sampai ada kesan dan pengajaran : Orang NU ziarah wali dan ulama, orang Muhammadiyah ziarah tokoh atau pahlawan nasional.
Wallahu a’lam bish-shawwab
Editor Sugeng Purwanto