PWMU.CO – Belajar sejarah dan wira usaha dilakukan siswa MTs Muhammadiyah 1 Kota Probolinggo di acara outing class, Senin (14/11/2023).
Lokasi outing class siswa MTs Muhammadiyah 1 Probolinggo yaitu Museum Dokter Muhammad Saleh, Museum Kota Probolinggo, dan UMKM Daur Ulang Griya Srikandi di Ketapang.
Sebanyak 12 siswa kelas VII MTs Muhammadiyah 1 berangkat menggunakan satu angkot menuju lokasi. Pukul 08.00 rombongan tiba di lokasi disambut pemandu di Museum Dokter Muhammad Saleh.
Pemandu menjelaskan, museum ini awalnya sebuah rumah sakit milik Pemerintah Hindia Belanda. Direktur rumah sakit adalah dr Mohammad Saleh.
”Sebagai dokter pribumi, dia melayani kesehatan tentara Belanda, juga mengobati pejuang Indonesia yang terluka saat perang,” katanya.
Beberapa koleksi peralatan medis yang dipamerkan, seperti peralatan bedah, pelayanan kesehatan, dan meja autopsi.
Museum Dokter Mohamad Saleh Kota Probolinggo memiliki nilai sejarah perkembangan dunia kedokteran di Kota Probolinggo.
Kunjungan beralih ke Museum Kota Probolinggo. Petugas mengantar mereka berkeliling di ruang koleksi artefak dan dokumen. Ada koleksi batik khas Probolinggo motif mangga dan anggur, artefak, hingga benda bersejarah pada masa pemerintahan Indonesia. Di museum ini siswa belajar sejarah Kota Probolinggo.
Tempat ketiga kunjungan ke UMKM Daur Ulang Griya Srikandi di Ketapang, Probolinggo. Di sini siswa belajar memanfaatkan daur ulang sampah menjadi produk yang bernilai ekonomi.
Katarina S. Triningrum, pemilik UMKM Daur Ulang Griya Srikandi Probolinggo, menuturkan, ada banyak macam produk sampah mulai gantungan ķunci dari koran, tas, dompet, sepatu, dan sandal kain perca, tempat tisu, tikar bungkus minuman sachet, baju daur ulang, goody bag, dan lainnya.
”Barang ini menjadi sumber penghasilan di tempat ini,” kata Katarina.
”Sebagian orang menganggap sampah sebagai barang tidak berguna, bau busuk, penyebab banjir, dan sumber penyakit. Bagi kami sampah menjadi ladang usaha,” jelasnya.
Kemudian siswa belajar membuat gantungan kunci dengan bahan kerang, pembuatan lilin, serta tempat tisu dengan bahan sampah plastik. Dipandu oleh Katarina Triningrum.
Muhammad Ikhsanul Hakim, siswa kelas VII, mengatakan, outing class ini memberi pengalaman berharga.
”Selama ini pelajaran hanya di sekolah saja. Kali ini berbeda, kita belajar di luar sekolah. Ilmu yang saya dapatkan dari sekolah dilengkapi dengan ilmu di sini. Di sini tidak ada di buku paket,” ucapnya.
Koordinator Acara Indah Mutimatul Maufiroh MPd mengatakan, outing class kelas VII di semester ganjil ini didampingi wali kelas dan tiga guru. Acara ini bertujuan menjaga motivasi belajar siswa dan mengurangi kejenuhan selama belajar di dalam kelas.
Penulis Fasich Nur Firdaus Editor Sugeng Purwanto