PWMU.CO – Aksi legendaris guru dan siswa SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik Jatim ditampilkan di halaman sekolah, Senin (13/11/2023).
Kolaborasi apik guru dan siswa ini mengobarkan semangat pahlawan di Hari Pahlawan dan Milad ke-111 Muhammadiyah.
Sejak pagi, halaman SDMM diwarnai berbagai bendera dan warga sekolah berpakaian organisasi otonom (ortom) Muhammadiyah. Tampak bendera Muhammadiyah, Aisyiyah, Hizbul Wathan, Tapak Suci Putera Muhammadiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Pemuda Muhammadiyah, dan Nasyiatul Aisyiyah. Para guru juga berpakaian ortom kebanggaan masing- masing.
Hadir pula beberapa tamu undangan untuk menyaksikan perhelatan tersebut, yakni Ketua Majelis Dikdasmen PRM PPI Ir Hon Jaelani, Ketua Ikwam SDMM Yuli Dwi Ambarini, intern teacher Alkoiyim Phuteh dan Muhammad Yushoh dari Negeri Gajah, Thailand.
Kepala SDMM Ria Pusvita Sari MPd sebagai pembina upacara pagi itu mengenakan pakaian ortom Muhammadiyah berwara hijau. Setelah upacara, drama kolosal pun dimulai.
Drama kolosal kali ini berbeda dari tahun sebelumnya. “Tampilan kali ini adalah tampilan kejutan, karena berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya,” ujar Koordinator Ekstrakurikuler Teater Ida Poerwaningrum SPd.
Ia menggandeng guru dan siswa untuk berkolaborasi. Beberapa rekan guru dan siswa ekstrakurikuler teater berperan dalam drama kolosal “Penyobekan Bendera di Hotel Yamato”.
Di antaranya Rudi Purnawan MPd yang berperan sebagai Brigadir Mallaby. Koordinator Humas ini awalnya kewalahan dalam melafalkan kalimat dalam aksen Belanda. Tapi tak menyerah begitu saja, ia terus belajar dan mencoba melafalkannya dengan bimbingan guru pembina teater SDMM.
Brigadir Mallaby juga didampingi oleh dua selirnya, diperankan oleh Nurul Mahmudiyah SPd dan Pradita Eka Putri SPd yang terlihat anggun dengan mengenakan pakaian Noni Belanda.
Naharun Mubarok SPd dan Drs AH Nurhasan Anwar MPd tidak kalah apiknya dalam membawakan perannya sebagai Kapten Gordon dan sekutunya, antek dari Jenderal Mallaby.
Selain itu ada cerita unik hadir dari mahasiswa yang diperankan oleh Athiq Amiliyah SPd dan Rika Maharani SPd. Mereka sangat menghayati peran sebagai mahasiswa yang menggiring cerita ini masuk ke dalam pertempuran Surabaya tersebut.
Ilham Yahya SPd yang berperan sebagai pejuang saat itu juga tak kalah heroiknya saat detik-detik penyobekan bendera Belanda dan digantikan dengan bendera Indonesia. Dia mengumandangkan takbir “Allahu Akbar, Allahu Akbar” sambil mengerahkan rakyat untuk menurunkan bendera Belanda di hotel Yamato, Surabaya.
Zagara Firdausi SPd, Ajeng Dwi Rohma SPd, dan Ema Rohma Hayati SPd juga tak kalah ciamik membawakan peran sebagai pedagang dan pembeli jamu. Ditambah tingkah kocak Muhammad Zainul Arif SPd yang saat itu berperan menjadi pembeli jamu yang mengundang gelak tawa penonton dengan orderan jamu yang bisa bikin glowing.
Pada saat pementasan drama kolosal, diakui Arif Wahyudi SPd sempat terjadi mati listrik sebanyak tiga kali. Tapi hal tersebut tak disadari oleh penonton yang antusias menyimak drama kolosal hingga akhir, sehingga drama kolosal tetap berjalan baik.
Drama kolosal diakhiri dengan menyanyikan lagu “Surabaya” tempo lawas bersama/sama oleh seluruh pemeran, tim dibalik layar, serta penonton yang antusias. (*)
Kontributor Nur Aini Ochtafiya Editor Ria Pusvita Sari