PWMU.CO – Pasca SAS, siswa SMP Muhammadiyah 10 Sidoarjo (SMP Miosi) Jawa Timur budaya Jerman dari Ahmed Eugen Lang di Mushola sekolah, Selasa (12/12/2023).
Di hadapan siswa SMP Miosi setelah mereka menyelesaikan Sumatif Akhir Semester (SAS), mualaf asal Jerman yang bermukim di Celep Sidoarjo ini menceritakan kesan pertamanya di Indonesia.
“Kesan pertama di Indonesia yaitu panas, orang-orangnya ramah, banyak budaya dan banyak makanan, salah satu makanan favorit saya yaitu soto ayam,” kesannya.
Selain itu, lanjutnya, dia juga sangat suka di Indonesia karena yang utama menolak LGBT. Meskipun Islam bukan agama terbesar di Jerman, tetapi banyak sekali makanan halal di sana.
“Jadi jangan khawatir jika bepergian ke sana. Perlu diketahui juga pendidikan di Jerman gratis, dari bukunya hingga fasilitasnya,” katanya.
Dia bercerita masjid di sana seperti bangunan rumah atau apatemen. “Islam bukan agama terbesar di sana, sehingga masjid di sana tidak seperti masjid umumnya di negara muslim, yang terlihat jelas bentuknya seperti masjid, di sana sekedar bangunan seperti rumah atau apartemen, tulisan masjidnya pun kecil,” ceritanya.
Masjid Wunsdorf
Dia memberikan contoh-contoh gambar-gambar masjid yang ada di sana. Masjid pertama yang ada di Jerman yaitu Masjid Wunsdorf di Brandenburg yang dibangun pada 1915.
“Nama masjid Indonesia di sana yaitu Indonesia knowledge and culture center germany, masjid yang di dalamnya ada perpustakaan kecil, ada kegiatan mengaji, beribadah, orang yang mau menginap di sana tidak apa-apa. Muslim terbesar di sana berasal dari Turki,” jelasnya.
Dia menceritakan keunikan masjid di Jerman. “Batas suci masjid di Jerman berbeda dengan Indonesia, kalau Indonesia ada tulisan batas sucinya, sedangkan di Jerman perbedaan batas suci atau tidak itu terdapat pada pijakannya ada karpet bagi yang suci, jika belum suci melangkah pada sisi yang tidak ada kapetnya,” ungkapnya.
Dia juga bercerita puasa Ramadhan di Jerman pada musim panas lebih lama dibandingkan di Indonesia, kurang lebih 19 jam, lebih kalau musim dingin kurang lebih 8 jam.
Wakil kLepala sekolah bidang Kesiswaan Frida ayu lestari berharap dengan acara ini bisa lebih membuka wawasan siswa Miosi.
“Membuka wawasan siswa terkait budaya internasional, sehingga siswa lebih melihat dunia dari sudut pandang yang lebih luas, selain itu siswa lebih bersemangat untuk mempelajari bahasa,” ujarnya. (*)
Penulis Mahyuddin. Editor Ichwan Arif.