PWMU.CO – Kepulangan dr Agus Pramono yang mendadak, Senin (24/7) sore, tentu saja mengejutkan. Siapa sangka pria kelahiran Magetan 50 tahun lalu itu begitu cepat dipanggil Allah, meninggalkan seorang istri bernama Lilis Fatmawati dan 4 anak. Sementara gagasan-gagasan briliannya belum semuanya terwujud.
Pak Agus—begitu dia biasa dipanggil—memang kaya ide. Di lingkungan Muhamadiyah Babat, Lamongan, dia dikenal sebagai sang perintis. Salah satu pengasuh Pondok Pesantren Muhammadiyah Babat Ustadz Hilman Sueb menuturkan, Agus adalah perintis beberapa kegiatan strategis.
(Berita terkait: Sedang Berpuasa Sunah, dr Agus Pramono Wafat setelah Periksa Pasien)
“Di antaranya perintis Pengajian Jumat Pagi yang dikenal dengan singkatan Pengajian Jumpa. Saat itu beliau sebagai ketuanya dan Ustadz Amrozi sebagai sekretarisnya,” ujar Sueb pada PWMU.CO, Selasa (25/7) siang.
Selain itu, tambahnya, almarhum adalah perintis pendirian Panti Asuhan Putra Muhammadiyah Babat, yang kala itu, menggunakan sistem beli tanah per meter dan selalu diinformasikan pada jamaah Pengajian Jumpa. “Sehingga terwujudlah panti asuhan atas usaha bersama teman-teman lainnya,” tutur Sueb.
Selain dikenal sebagai perintis, Agus juga dikenal aktif pada berbagai kegiatan Muhammadiyah di Lamongan. “Pak Agus adalah Ketua MPKU Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan. Beliau juga Wakil Pimpinan Cabang Muhammadiyah Babat yang membidangi Seni Budaya, dan Olahraga,” ujar Sueb. Dengan jabatan inilah, tambahnya, dia mengomandani kelahiran Sekolah Sepak Bola Hizbul Wathan (SSB HW) Babat.
(Baca juga: Mizan Nulkhaq, Dokter Muda UMM Ini Meninggal dalam Kecelakaan saat Pergi Koas ke RSML)
Menurut Sueb, Agus membuat langkah yang berani saat membesarkan SSB HW. “Beliau selalu mengikutkan turnamen, baik di Muhammadiyah maupun di luar komunitas,” terang dia. Usaha Agus dengan SSB HW-nya tidak sia-sia. Sebab, kata Sueb, dari klub itu lahirlah pesepakbola andal Birrul Walidaini, yang kini bersinar di Persela Lamongan. “Almarhum sering menyarankan teman-temannya untuk melihat Birrul ketika Persela bertanding. Bahkan selalu mendoakannya agar tidak cedera,” kisahnya.
Menurut Direktur RS Muhammadiyah Babat dr Fara Nurdiana MKes, jabatan terakhir Agus adalah dokter di Poli Umum. “Beliau juga jadi Wakil Ketua Tim Pendirian (pengembangan, Red) Rumah Sakit Muhammadiyah Babat di Desa Kebalanpelang, Kecamatan Babat. Sueb juga menyampaikan bahwa Agus juga aktif dalam dakwah. “Pak Agus aktif mengisi khutbah Jumat dan mengisi Baitul Arqam, baik di amal usaha Muhammadiyah maupun di PCM dan PRM,” terangnya.
(Baca juga: IMMawati Nurrima Dini Elysa, Ketua IMM Komisariat Psikologi UMSurabaya, Meninggal Akibat Kecelakaan)
Satu gagasan yang belum terwujud, adalah pendirian klinik kesehatan berbasis dakwah. Gagasan itu lahir untuk membentengi umat Islam di Lamongan selatan yang rawan menjadi sasaran kristenisasi.
Kiprah Agus yang begitu banyak membuatnya dikenal luas, baik di lingkungan warga Muhammadiyah maupun masyarakat umum. Selasa (25/7) siang berjubel umat Islam mengantar ke peristirahatan terakhirnya di Makam Islam Dusun Karang Asem, Desa Karangkembang, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan.
Semoga amal ibadahnya diterima Allah dan keluarga yang ditinggalkannya diberikan ketabahan dan kesabaran, amien. (M Nurfatoni)