PWMU.CO – Kabar duka berembus dari pinggir selatan Kabupaten Lamongan. Tepatnya di desa Kakatpenjalin, kecamatan Ngimbang, kabupaten Lamongan, Jatim. Drs H Mochamad Maksum MPd, tokoh penggerak pendidikan Muhammadiyah itu wafat di ruang ICU RS Muhammadiyah Lamongan, Rabu (13/12/2024) malam.
Tokoh penggerak Persyarikatan Muhammadiyah Lamongan Selatan ini terkenal sebagai tokoh yang banyak menghambat gerakan Kristenisasi di daerah selatan. Lamongan selatan misalnya Kecamatan Ngimbang, Sambeng, Sukorame dan Bluluk.
Mochamad Maksum lahir di desa Kakatpenjalin, kecamatan Ngimbang, Lamongan pada 17 Agustus 1950. Sejak kecil ia dibesarkan tokoh Masyumi di desanya yakni Kadiran dan Sainten, pasangan suami istri yang terkenal kaya dan dermawan. Orang tua Mochamad Maksum yakni Lasiran dan Marsini merupakan petani yang sangat sederhana.
Perkawinan Mochamad Maksum dengan Warmi, muridnya SD di desanya, dikaruniai dua anak. Yaitu Sri Purwantari Nur Craheni dan Mochammad Cahya Sarjana. Kedua anaknya lulusan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Mochamad Maksum menempuh pendidikan di SD Negeri Wotan Ngimbang, SMP Sediyo Utomo Ngimbang, dan SMA Negeri Lamongan. Sarjana Pendidikan dia tempuh di IKIP PGRI Bojonegoro dan Pascasarjana di Universitas PGRI Adi Buana Surabaya.
Sebagai PNS, Mochamad Maksum berpengalaman sebagai pendidik SD Negeri di Kecamatan Ngimbang, Kepala SD Negeri Sedangrejo Ngimbang dan Pengawas TK SD Kecamatan Sambeng sampai purnatugas sebagai PNS atau ASN.
Mochamad Maksum juga menjadi dosen di berbagai perguruan tinggi. Seperti Dosen STKIP PGRI Lamongan, Dosen Akademi Kebidanan Wira Husada Nusantara Malang dan Dosen STIT Muhammadiyah Lamongan di Ngimbang. Ratusan mahasiswa yang pernah dia ajar telah menjadi pejabat di Lamongan dan sekitarnya.
Peduli Anak Kurang Mampu
Mochamad Maksum sangat peduli pada anak-anak yang tidak mampu. Dia mencarikan sekolah, beasiswa, bahkan tempat kerja.
Kelebihan Mochamad Maksum dari masa muda sampai menjelang wafat ialah menjalin silaturahmi. Ia termasuk tokoh penggerak yang ulet dan sabar. Ia sangat dekat dengan para Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan. Usianya yang semakin tua tak menyurutkan langkah perjuangannya dengan memperbanyak silaturahmi. Bahkan saat sakit pun dia masih memaksakan diri untuk mendatangi pengajian atau konsolidasi organisasi.
Sebagai tokoh penggerak pendidikan di wilayah Lamongan selatan, kiprah Mochamad Maksum pada dunia pendidikan tak diragukan. Ia tidak sekadar menjadi guru tetapi juga mendirikan berbagai lembaga pendidikan.
Selain SMK Muhammadiyah 3 Ngimbang, Mochamad Maksum inisiator berdirinya SD dan SMP Muhammadiyah Ngimbang. Dia lalu merintis berdirinya Pondok Pesantren Ulul Albab Muhammadiyah di Ngimbang.
Mochamad Maksum bekerja keras untuk mencarikan dana dan biaya operasionalnya. Ia bercita-cita di Ngimbang ada kompleks Perguruan Muhammadiyah yang menyatu dengan pondok pesantren dengan bangunan yang megah, termasuk masjidnya
Sementara di Kecamatan Sambeng, ia juga berperan menjadi motivator berdirinya SD dan SMP Muhammadiyah serta Pondok Pesantren al-Furqon Muhammadiyah Pataan kecamatan Sambeng bersama Hanafi Basri dan kawan-kawannya. Di Cabang Bluluk dan Sukorame, Mochamad Maksum aktif berperan mendorong berdirinya Ranting Muhammadiyah.
Untuk meningkatkan sumber daya manusia di daerahnya, Mochamad Maksum agak bersusah-payah membangun jejaring beberapa lembaga perguruan tinggi agar membuka kelas di Ngimbang. Ia bertugas sebagai koordinator, mencari mahasiswa dan sebagai dosen. Apa yang Mochamad Maksum tempuh ini efektif untuk melahirkan para sarjana dengan biaya terjangkau. Termasuk guru-guru yang belum memiliki kelayakan sarjana.
Gadaikan Motor demi Amien Rais
Di Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Ngimbang, Mochamad Maksum menjadi tokoh kunci berdirinya Cabang Muhammadiyah pada tahun 1990. Ia pertama kali menjabat sebagai sekretaris dengan jetua almarhum Syahlan Baidowi.
Setelah sukses membangkitkan PCM Ngimbang, Mochamad Maksum mendirikan amal usaha Muhammadiyah berupa pendidikan. Yakni SMEA Muhammadiyah yang kini menjadi SMK Muhammadiyah 3 Ngimbang. Ia pertama kali mendapat kepercayaan sebagai kepala sekolah di sana. Sebelumnya, Mochamad Maksum sempat mendirikan dan menjadi kepala Sekolah SMA PGRI dan dia tinggalkan.
Untuk meresmikan gedung sekolah yang didirikan Mochamad Maksum dan kawan-kawan, ia mengundang Prof Dr M Amien Rais MA pada 1993 untuk pengajian akbar dan konsolidasi. Proses mendatangkan Amien Rais saat itu tidak mudah. Ia harus wira-wiri ke kantor Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan untuk meyakinkan ia bisa menghadirkan Amien Rais.
Di balik sukses menghadirkan Amien Rais untuk meresmikan sekolah yang ia dirikan, ternyata untuk menanggung biaya itu ia harus menggadaikan motor satu-satunya yang dia miliki sebagai alat transportasinya. Karena berimpit kebutuhan sehari-hari dan biaya perjuangan menggerakkan persyarikatan, akhirnya motornya tidak bisa diambil.
Menangkal Gerakan Kristenisasi
Sejak 1990-an, Muhammadiyah Ngimbang melakukan upaya penangkalan Kristenisasi. Mochamad Maksum ialah tokoh sentral di balik gerakan ini. Langkah yang dia ambil di antaranya mempersempit gerak guru-guru Nasrani agar terselamatkan sekolah-sekolah yang mayoritas muridnya pemeluk Islam.
Mochamad Maksum berupaya mendirikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Sumbergondang kecamatan Ngimbang. Gedung itu milik yayasan Gabungan Usaha Perbaikan Pendidikan Islam (GUPPI) sebagai ganti gedung SD Kristen yang roboh dan akhirnya bubar.
Pada 1999, rencananya ada pendirian SMP Gamaliel Kristen. Mochamad Maksum berhasil menggagalkan pendirian SMP tersebut atas upayanya bersama aktivis Muhammadiyah dan komponen Ormas Islam lainnya.
Selain dekat dengan lingkungan persyarikatan, Mochamad Maksum sangat dekat dengan kalangan birokrat maupun militer. Di masa Orde Baru, Mochamad Maksum dikenal sebagai Pembina Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) tingkat Nasional di Jawa Timur.
Sementara di bidang sosial, Mochamad Maksum aktif sebagai Pengurus Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dia juga pernah aktif menjabat Anggota Majelis Dikdasmen PDM Lamongan periode 2010-2015.
Guru di Atas Guru
M Arifin yang pernah menjadi murid sekaligus teman seperjuangannya merasa sangat kehilangan Mochamad Maksum. Arifin sangat terkesan dengan kepribadian dan keikhlasan perjuangannya. Ia menilai Mochamad Maksum sosok pejuang sepuh yang mandiri dan selalu menjaga silaturahmi. Almarhum selalu semangat dan tidak mudah mengeluh.
“Pak Mochamad Maksum merupakan guru di atas guru. Beliau mampu mengarahkan, menggerakkan dan memberi contoh bagi generasi penerus bangsa. Wawasannya luas dan tenang dalam bertindak,” ujar Wakil Kepala SMK Muhammadiyah 3 Ngimbang ini.
KH Shodikin MPd, Ketua Pimpinan Daerah Lamongan, dalam sambutan pelepasan jenazah menyampaikan, Mochamad Maksum tokoh pendidik yang mempunyai investasi sumber daya yang tersebar di mana-mana. Ia sosok guru SD dan SMK serta dosen di berbagai perguruan tinggi.
“Banyak mahasiswanya tersebar di mana-mana. Sudah pada menjadi pejabat dan penggerak masyarakat,” imbuhnya.
Di mata Shodikin, sosok Mochamad Maksum sangat aktif mengurus persyarikatan Muhammadiyah. Ia aktif di pendidikan dan pemberdayaan masyarakat, utamanya di wilayah Lamongan selatan. Ia sangat dekat dengan berbagai lapisan masyarakat.
“Mudah mudahan kebaikan yang ditebarkan Bapak Mochamad Maksum diteruskan putra-putri dan para muridnya. Tradisi silaturrahim dengan sahabatnya terus dilakukan. Tentu sebagai manusia biasa Pak Mochamad Maksum banyak salah dan khilaf. Untuk itu mohon dimaafkan,” pungkas Ketua PDM Lamongan dua periode ini.
Jajaran PDM Lamongan, PCM, PRM, dan sahabat-sahabat seperjuangannya turut mengantarkan ke pemakaman. Jenazahnya dimakamkan di TPU Desa Kakat, Penjalin, Kecamatan Ngimbang, Lamongan, Kamis (14/12/2023). (*)
Penulis Fathurrahim Syuhadi Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni