PWMU.CO – Pelatihan Penulisan Sejarah Lokal Muhammadiyah Kabupaten Pasuruan berlangsung di Gedung Dakwah di Jalan Raya Raci Bangil, Sabtu (23/12/2023).
Kegiatan ini diadakan oleh Majelis Pustaka Informasi dan Digitalisasi (MPID) PDM Kabupaten Pasuruan.
Diikuti oleh perwakilan dari 15 PCM se-Kabupaten Pasuruan dan Ortom.
Wakil Ketua PDM Kabupaten Pasuruan Sueb Rizal membuka acara ini dan memberikan penguatan kepada peserta tentang pentingnya penulisan sejarah lokal Muhammadiyah Kabupaten Pasuruan.
Dia berharap peserta yang hadir bisa menjadi penggali dan penulis sejarah di PCM dan Ortom. Diharapkan tiga bulan ke depan ada karya monumental berupa buku Sejarah Muhammadiyah Kabupaten Pasuruan.
Hadir narasumber Teguh Imami SHum M.Sosio dan M. Miftahul Muslim SHum sejarawan muda Muhammadiyah anggota MPID PWM Jatim.
Teguh Imami sebagai pembicara pertama mengawali paparan dengan mengutip kalimat bijak menulis adalah bekerja untuk keabadian.
Mas Teguh, sapaan akrabnya, menceritakan, di daerah-daerah yang sudah dikunjungi banyak cerita sejarah yang tidak ditulis. Sehingga tidak adanya bukti yang kuat, dan tidak mendapatkan pengakuan dari masyarakat bahwa Muhammadiyah ada di sana.
Menurut dia, ini salah satu problem Muhammadiyah. Ketika dia menemukan jawaban dari salah seorang yang diwawancarai, kenapa barang bukti sejarah tidak disimpan? Jawabannya: takut syirik.
”Tentang perjalanan KH Ahmad Dahlan tidak lepas dari empat hal, yaitu berdagang, berdakwah, bersilaturahim, dan naik kereta,” katanya.
M. Miftahul Muslim, pembicara kedua menyampaikan langkah-langkah menulis sejarah Muhammadiyah.
Penjelasan diawali pesan dari Prof Dr Purnawan Basundoro, pakar sejarah MPI PP Muhammadiyah, sebelum menulis harus terbiasa membaca terlebih dahulu.
Miftah mengatakan, banyak yang menganggap menulis itu susah. Maka dia punya resep menulis ibarat memasak. Ada bahannya, ada resep yang harus dijalankan, dan diakhir pasti ada hasilnya.
Kalau mengibaratkan menulis ibarat memasak, katanya, insyaallah kita akan merasa menulis itu mudah dan ringan.
Dijelaskan, menulis sejarah selalu pegangan prinsip: no document no history. Artinya, tidak ada dokumen atau bukti maka tidak akan ada sejarah.
Penulis Luqman Wahyudi Editor Sugeng Purwanto