SGIE Bukan Sego Goreng Iwak Endok; Penulis Prima Mari Kristanto
PWMU.CO – SGIE menjadi trending topic dan viral setelah debat calon wakil presiden 22 Desember 2023. Sayangnya SGIE viral bukan mengena dimaksud dan tujuannya, tetapi di plesetan-plesetan yang lucu-lucu.
Adalah Gibran yang melontarkan pertanyaan soal SGIE pada Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, yang mana bertanya balik kepanjangannya.
Ketidaktahuan Cak Imin tentang kepanjangan SGIE kemudian dijadikan bahan menyudutkan, dianggap kurang wawasan dan sebagainya. Sebaliknya pendukung Cak Imin menganggap Gibran kurang etis menyebutkan akronim tanpa kepanjangan.
Di jagad maya singkatan SGIE diplesetkan dengan macam-macam kepanjangan salah satunya sego goreng iwak endok. Ada pula yang menghubungkan dengan program andalan makan siang gratis Prabowo-Gibran menjadi sego gratis iwak endok dan sebagainya.
State of The Global Islamic Economy merupakan kepanjangan SGIE yang dijadikan bahan diskusi antarcalon wakil presiden.
Di tengah hiruk pikuk SGIE dalam ranah politik, ada kabar baik terkait posisi SGIE Indonesia. SGIE Report terbaru sebagai laporan ekonomi Islam global yang dirilis oleh Dinar Standard setiap tahun menempatkan Indonesia pada posisi tiga besar. Dinar Standard adalah lembaga kajian internasional yang fokus pada ekonomi Islam global. Pemeringkatan mencakup keuangan syariah, makanan/minuman halal, modest fashion, farmasi dan kosmetik, wisata ramah muslim, media, dan rekreasi atau wisata.
Dalam SGIE Report 2023 Indonesia di posisi kedua dalam Indikator Makanan Halal. Dalam Indikator Modest Fashion Indonesia di peringkat ketiga. Dalam sektor obat-obatan dan kosmetik halal Indonesia ada di peringkat kelima. Indonesia dalam indikator Media dan Rekreasi di peringkat enam, yang sebelumnya tidak masuk dalam 10 besar kategori ini.Di sektor keuangan Islam, Indonesia di posisi ketujuh.
Perlu Diapresisi
Apa pun polemik yang muncul di masyarakat tentang SGIE dan antara Cak Imin dan Gibran, membawa isu SGIE di forum debat calon wakil presiden patut diapresiasi. Mengingat Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin adalah seorang Guru Besar Ekonomi Islam, tentu peran wakil presiden menjadi sentral melanjutkan trend positif Indonesia dalam SGIE.
Telah sepuluh tahun dilakukan pemeringkatan dan juara bertahan selalu dipegang Negeri Jiran Malaysia. Indonesia sebagai negara dengan populasi penduduk Muslim terbesar di dunia berada di peringkat ketiga di bawah Malaysia dan Saudi Arabia.
Cukup sudah memeplesetkan akronim SGIE dengan kepanjangan yang lucu-lucu. Melihat posisi Indonesia di peringkat ketiga harusnya malu dan dijadikan pelecut untuk menjadi nomor satu di kancah SGIE.
Terima kasih penulis pada Mas Gibran yang menyinggung tema SGIE sehingga penulis ikut memperhatikan situasi kondisi ekonomi Indonesia dalam kancah SGIE.
Menyongsong peluang besar ekonomi Islam global masa depan tentu memerlukan peran kepemimpinan nasional yang paham perekonomian dan keislaman sekaligus. Berdasarkan latar belakang pendidikan dan pengalaman para calon presiden dan wakil presiden bisa menjadi tumpuan harapan meningkatkan peringkat Indonesia dalam SGIE.
Anies Baswedan sarjana, master, dan PhD bidang ekonomi. Cak Imin seorang sarjana, master, doktor bidang komunikasi dan politik. Prabowo berlatar pendidikan militer dan pengusaha. Gibran berlatar pendidikan bisnis dan pengusaha. Ganjar Pranowo dan Mahfud MD keduanya berlatar pendidikan hukum.
Dari ketiga kandidat calon presiden dan wakil presiden, mana yang akan mampu membawa ekonomi Indonesia nomor satu di SGIE bisa diukur dari rekam jejak pendidikan serta prestasi-prestasi kerjanya. Kebijakan ekonomi yang strategis berdasarkan nilai-nilai luhur etika Pancasila menuju Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Bukan sekadar kebijakan-kebijakan ekonomi populis seperti makan siang gratis, susu gratis, BBM gratis, BPJS gratis, dan sejenisnya. Wallahualambishawab (*)
Editor Mohammad Nurfatoni