Tiga Kali Trauma: Drama di Balik Kehadiran Anies Baswedan di Al-Ishlah. Catatan Nyai Dra Hj Muthmainnah, Pengasuh Pondok Pesantren Al Ishlah Sendangagung Paciran Lamongan
PWMU.CO – Cerita dimulai Rabu malam Kamis (20/12/2023) tepatnya pukul 21.38 WIB. Ketua Relawan Pemenangan Anies-Muhaimin (Amin) Jawa Timur, Dhimam Abror menelrpon Pengasuh Ponpes Al Ishlah, Kiai Dawam Sholeh. Berhubung saat itu Kiai sudah tidur, maka masuklah telepon ke handphone (HP) saya. Saat itu saya belum tidur.
Saya angkat telepon tersebut. Dari namanya, sudah tidak asing bagi saya yaitu salah satu anggota PDM Lamongan, Nadjih Bakar. Beliau mengabarkan bahwa Dhimam Abror akan menelpon Kiai Dawam tapi sungkan mengganggu, karena sudah malam.
Lalu Nadjih Bakar mengabarkan kalau dia ingin berbicara ke Kiai Dawam kalau Jumat (29/12/2023) Anies Baswedan akan diampirkan ke Al Ishlah. Jadwal tersebut bersamaan dengan agenda Anies berkunjung di wilayah Jatim sejak 28 hingga 31 Desember 2023.
Akhirnya saya bangunkan Kiai Dawam pelan-pelan dari tidurnya. Kemudian saya ceritakan kalau Anies Baswedan akan diampirkan ke Pondok. Saya menanyakan bagaimana respon beliau? Sambil masih memegang HP, kemudian saya berikan ke Kiai Dawam agar beliau bisa langsung berkomunikasi dengan Pak Najih Bakar.
Usai Kiai Dawam menerima telepon dari Pak Nadjih, HP saya kembali berdering pada pukul 21.57 WIB. Karena saat itu posisi saya di kamar mandi, maka telepon tidak terangkat. Saya sudah merasa, pasti ada berita lagi terkait info sebelumnya. Ternyata benar. Saya buka HP, tertulis di data panggilan, sebuah nama baru tapi tidak terlalu asing, yakni Dhimam Abror.
Saya merasa sepertinya mengenal nama ini lewat tulisan-tulisannya di media masa. Saya penasaran, kenapa kok menelpon ke HP saya? Saya punya keyakinan pasti sebelumnya sudah menelpon ke nomor Kiai Dawam, namun karena beliau sudah tertidur sehingga tidak mendengar ada telepon masuk.
Saya coba buka HP Kiai Dawam di data panggilan ternyata benar. Memang sudah ada panggilan dengan nama Dhimam Abror. Kemudian saya coba telepon balik nomor Pak Dhimam.
Antara Yakin dan Tidak
Alhamdulillah malam itu bisa sambung dan langsung bisa berkomunikasi dengan Kiai Dawam. Dhimam mengabarkan kalau akan menjadwalkan Pak Anies Baswedan ke Pondok Pesantren Al Ishlah pada Jumat (29/12/2023). Kiai Dawam mengiyakan hal tersebut.
Meskipun Kiai Dawam mengiyakan, namun saya merasa bimbang antara yakin dan belum bisa mempercayai sepenuhnya kalau Pak Anies Baswedan akan hadir di Al Ishlah. Saya merasa bingung menerima berita ini. Bagaimana tidak. Sudah 3 kali kami dapat berita kalau Pak Anies akan berkunjung ke Al Ishlah, tetapi 3 kali itu pula mengalami kegagalan.
Saya melihat seluruh pembina inti di Al Ishlah sudah trauma dengan berita-berita kedatangan Pak Anies yang selalu gagal. Maka ketika Kiai Dawam pada Kamis pagi (21/12/2023) meminta pertimbangan untuk mempublish berita terbaru rencana Pak Anies ke Al Ishlah di grup DPPI, saya pun mencegahnya. Khawatir semua anggota DPPI tidak percaya dengan info tersebut.
Saat itu, situasi di lingkungan Pondok dan SMP Muhammadiyah 12 Sendangagung hampir semua sedang sibuk-sibuknya. Pembina dan guru sedang sibuk dengan agenda Mubes dan studi banding ke Gontor. Sementara guru SMPM 12 sedang sibuk mempersiapkan acara Milad Ke-111 Muhammadiyah dan pengukuhan Pimpinan Ranting Muhammadiyah dan Aisyiyah Se-Cabang Paciran.
Akhirnya, info kedatangan Pak Anies saya simpan rapat-rapat di kalangan internal sambil terus intens komunikasi dengan Pak Dhimam Abror. Beliau saya mintai bantuan untuk hadir ke Al Ishlah dalam waktu dekat, untuk meyakinkan kepada pembina inti pondok, terkait kebenaran info tersebut.
Saat itu benar-benar tidak ada Ustadz-ustadz muda di Pondok. Ustadz Azzam dan Ustadz Agus mendampingi santrinke Gontor, Ustadz Piet Hizbullah Khaidir sedang umrah, Ustadz Salim sedang sibuk menyiapkan acara di SMPM 12.
Akhirnya berita itu terendap sampai tiga malam. Saya tidak berani menyampaikan ke siapapun karena menghadapi orang-orang inti yang sudah trauma tadi. Lalu pada hari Jumat (22/12/2023) saya baru mengabarkan ke Ustadz Salim dan Ustadz Tohir secara pelan-pelan via WhatsApp. Saya sebenarnya khawatir ada penolakan terhadap info yang saya beritakan.
Waktu 2 hari saya intens komunikasi dengan Pak Dhimam dan Pak Nadjih, sambil saya minta diyakinkan tentang berita yang mereka berdua sampaikan ke Al Ishlah. Meskipun Pak Dhimam sudah meyakinkan tentang agenda kunjungan ini dan sudah membolehkan Al Ishlah untuk mulai memasang spanduk, tapi rasanya saya belum bisa untuk meyakinkan ke pembina-pembina lainnya.
Baca sambungan di halaman 2: Tidak Ingin Agresif karena Tauma