PWMU.CO – Prof Din Syamsuddin mengatakan, Debat Ketiga Capres, Ahad (7/1/2024), yang disiarkan TV secara luas menarik dikomentari untuk disimpulkan sebagai pilihan politik.
Menurut dia, dari debat itu dapat diketahui wawasan masing-masing calon presiden (capres) tentang dinamika global, kebijakan luar negeri, dan masalah pertahanan/ketahanan nasional.
“Dari debat itu juga mengemuka orientasi capres tentang kecenderungan pemberdayaan sumber daya domestik atau orientasi kerja sama luar negeri semata. Menjadi penting karena argumentasi diberikan berdasarkan data, baik yang terbuka maupun yang tersembunyi,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima PWMU.CO, Senin (8/2/2023) pagi.
Tampak sekali dari debat itu, kata Din, ada dua orientasi kepemimpinan: dinamis-progresif dan konservatif-konvensional, atau dalam ungkapan lain: pro perubahan dan pro status quo. Yang pertama akan membawa Indonesia menjadi negara besar dan pemain kunci di pentas global, yang kedua cenderung mempertahankan yang sudah ada karena Indonesia dianggapnya sudah baik-baik saja.
“Saya memberi pujian kepada capres Anies Baswedan dan capres Ganjar Pranowo sebagai sosok pemimpin dinamis-progresif, dan relevan untuk membawa Indonesia dapat tampil sebagai penentu arah perubahan peradaban dunia masa depan. Keduanya segar dan tegar walau tetap luwes,” kata Guru Besar Politik Islam Global FISIP UIN Jakarta itu.
Di luar itu, lanjutnya, dari debat tampak perbedaan watak pemimpin: antara yang rasional dan yang emosional, atau antara yang bijak bestari dan yang grusa-grusu.
“Memang, Pilpres 2024 menyajikan kepada rakyat untuk memilih antara kubu pro rezim dengan meneruskan kebijakannya walau rusak, dan kubu kontra rezim, baik yang kritis dengan keinginan memperbaikinya, maupun yang dekonstruktif dengan tekad perubahan,” ujar mattan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni