PWMU.CO – Indonesia Emas 2045 bisa berubah menjadi Indonesia Cemas kalau urusan keluarga gagal.
Hal itu dikatakan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti dalam sambutan pembukaan Tanwir Nasyiatul Aisyiyah di Pontianak Kalimantan Barat, Jumat (12/1/2024).
Abdul Mu’ti menyatakan permasalahan keluarga tidak hanya menyangkut masa depan umat, tetapi juga masa depan bangsa.
“Ada gejala yang cukup serius di kalangan masyarakat dunia, termasuk yang ada di Indonesia, yaitu kecenderungan di mana banyak kalangan muda yang memilih tidak berkeluarga dengan berbagai alasan, yang sebagiannya berkaitan dengan alasan karier atau alasan lain yang bersifat fundamental, terutama yang berkaitan dengan pergeseran paradigma tentang makna keluarga dalam kehidupan masyarakat,” papar Abdul Mu’ti.
Tantangan lain yang tidak sederhana, yakni ketika banyak keluarga yang bermasalah, keluarga yang broken dengan segala konsekuensinya.
Nasyiatul Aisyiyah, menurut Abdul Mu’ti, telah memulai sebuah gerakan sesuai dengan karakter perempuan yang berkomitmen bahwa bangsa ini akan maju, kuat dan hebat bila keluarga sebagai komponen terkecil sanggup menjadi keluarga yang tangguh.
“Ini adalah peran-peran kebangsaan dalam jalur kultural seperti yang dikembangkan Nasyiatul Aisyah,” ujar Abdul Mu’ti.
Dia menyebutkan, jika masalah keluarga muda tidak segera diselesaikan, cita-cita Indonesia Emas 2045 dikhawatirkan berubah menjadi Indonesia Cemas. Maka bonus demografi jangan sampai menjadi defisit demografi.
”Di mana negara menanggung beban yang sangat berat dengan banyaknya kelompok usia muda tanpa kompetensi, dan tanpa integritas yang kuat terutama menyangkut integritas moral dan spiritual,” kata Mu’ti.
Secara sosiologis, keluarga sebagai unit komunitas terkecil dalam suatu masyarakat selain menjadi fondasi untuk ketahanan masyarakat, bahkan ketahanan suatu bangsa. Oleh karena itu, perintah membangun keluarga yang kuat juga ditekankan dalam al-Quran.
Manusia dilahirkan di muka bumi sebagai insan yang bersih. Namun warna yang ada pada mereka akan dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, lebih-lebih oleh orangtua.
”Karena itu ketika kita berbicara mengenai agama, mengenai keluarga yang tangguh wabil khusus keluarga muda yang tangguh, maka penanaman fondasi dan nilai-nilai agama menjadi bagian penting dalam membangun ketahanan keluarga dan dalam kita membangun masyarakat, bangsa yang kuat,” kata Mu’ti.
Menurutnya, keluarga tangguh adalah kehangatan dalam kehidupan rumah tangga seperti surga. Bahwa rumah tidak hanya tempat tinggal, melainkan juga tempat yang memberikan rasa aman dan perlindungan. Hal itu menjadi bagian penting dari gerakan besar Nasyiatul Aisyiyah.
”Ketangguhan keluarga itu memang seharusnya menjelma dalam kekuatan keindonesiaan yang menjadi rumah kita bersama,” katanya.
Tanwir I Nasyiatul Aisyiyah diselenggarakan di Pontianak pada 12-14 Januari 2024. Diikuti oleh 250 peserta perwakilan dari seluruh Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah se-Indonesia.
Penulis Isnatul Chasanah Editor Sugeng Purwanto