PWMU.CO – Pilpres memanas, Komunikasi UMM dan Apik PTMA serukan kampanye bijak bermedsos. Pasalnya media sosial telah menjelma menjadi medan perang antarkubu pasangan calon presiden (capres).
Potongan-potongan informasi yang provokatif hingga hoax membanjiri berbagai platform media sosial. Tak hanya sikap bijak bermedia sosial, publik juga perlu diajak untuk terlibat dalam mengelola berita yang lebih mencerminkan dimensi kenabian.
Demikian isu yang mengemuka dalam prelaunching buku Jurnalisme Profetik Perspektif Islam Berkemajuan, di Malang, Sabtu (13/1/2024). Buku yang diterbitkan Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (Apik PTMA), itu akan dikupas di kampus Universitas Muhammadiyah Ponorogo (Umpo), Sabtu-Ahad (26-27/1/2024).
Ketua APIK PTMA Himawan Sutanto menyatakan keterlibatan dalam pengelolaan informasi sebagai suatu keniscayaan. Semakin banyak pihak yang dapat membuat berita secara baik dan benar sesuai kaidah jurnalistik semakin baik.
“Di era politik seperti sekarang, media harus lebih banyak dipenuhi dengan informasi yang mengedukasi publik alih-alih saling serang satu sama lain,” katanya.
Himawan menjelaskan di Umpo nanti isu-isu itu akan didiskusikan secara mendalam melibatkan seluruh Ketua Prodi Komunikasi PTMA se-Indonesia.
Selain itu pakar Komunikasi Unair, Prof Henri Subiakto dan Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu menjadi nara umber utama. Wakil Ketua PP Muhammadiyah Prof Dadang Kahmad dan Ketua MPI Prof Muhlas juga akan memberi pandangan terkait pentingnya jurnalisme profetik.
Ketua Panitia yang juga Dekan FISIP Umpo, Ayub Dwi Anggoro PhD, menekankan pentingnya mengampanyekan bijak bermedia sosial kepada kader-kader Muhammadiyah khususnya di Ponorogo lewat peran dari para kader digital yang kita bina. Tujuanya adalah untuk melakukan literasi berbagai nilai informasi yang baik dan benar serta berkemajuan.
“Kami juga senantiasa melakukan literasi tentang pentingnya memerangi problem dunia digital kita hari ini yaitu hoax. Harapan dari hal itu semua adalah membentuk karakter masyarakat yang cerdas dan berkemajuan,” ungkapnya.
Di momentum bedah buku nanti APIK PTMA akan menggelar lokakarya kurikulum jurnalisme profetik di hari kedua. Seluruh Ketua Program Studi Komunikasi se-Indonesia direncanakan menjadi peserta agenda ini.
Himawan menambahkan momen politik ini dimanfaatkan untuk memperkuat prodi-prodi Komunikasi merancang muatan kurikulum jurnalistik dengan nilai-nilai profetik. “Fenomena hoax politik dapat dibendung dengan kualitas informasi yang baik. Kualitas informasi itu harus diambil dari proses jurnalistik yang bertanggung jawab,” ungkapnya.
Baca sambungan di halaman 2: Jatim Dinamis tapi Kondusif