PHIW Muhammadiyah Mengajak Kita Bersikap Kritis dan Terbuka; Oleh Estu Rahayu SAg, Wakil Ketua Majelis PAUD Dasmen PDA Kabupaten Gresik dan Guru SMA Muhammadiyah 1 Gresik
PWMU.CO – Menuntut ilmu merupakan kewajiban setiap Muslim. Berapapun usianya, apapun profesinya, dan bagaimanapun kesibukannya. Menuntut ilmu juga tidak memandang waktu, sejak dari buaian hingga ke masuk liang lahat. Dengan kata lain sejak manusia dilahirkan sampai menjelang kematian.
Jiwa dan semangat belajar ini perlu dipelihara. Tidak hanya ketika bersekolah atau sedang menghadapi ulangan. Namun saat tidak ada tugas, sedang tidak ada guru di kelas ,bahkan saat liburan. Ilmu yang pelajari tidak hanya ilmu yang diajarkan di sekolah dari SD, SMP, SMA, S1, S2, dan S3. Tetapi ilmu Allah itu luas. Setiap kejadian dan peristiwa yang terjadi, ada ilmu pengetahuan yang bisa dipelajari.
Maka, menuntut ilmu bisa sepanjang hayat. Orang yang sudah dewasa juga bisa belajar bersama, dari saling bertukar pengalaman dan pendapat. Mengapa seseorang bisa sukses memiliki perusahaan tetapi dermawan. Mengapa orang yang punya jabatan bisa hidup sederhana tinggal bersama anak buahnya. Mengapa anaknya tukang tambal ban bisa studi sampai ke luar negeri.
Itu hanya sebagian bahan diskusi yang menarik dan berpikir kritis. Seperti dalam Panduan Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM) poin dua ditulis setiap warga Muhammadiyah harus memiliki sifat-sifat ilmuwan, yaitu kritis, terbuka menerima kebenaran dari manapun datangnya dan senantiasa menggunakan daya nalar.
Ilmuwan Bersikap Kritis
Muhammadiyah mendorong warganya yang berprofesi sebagai ilmuwan untuk bersikap kritis. Berpikir kritis adalah cara berpikir yang mendalam, teliti, dan mempertimbangkan banyak sudut pandang dan argumen yang relevan. Artinya saling berhubungan, bersangkut-paut atau ada sebab akibat.
Sebagaimana dalam al-Isra 36, “Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan dimintai pertanggungjawaban.”
Ayat ini mengajak manusia untuk menuntut ilmu yang tidak asal menerima. Tetapi menerima ilmu pengetahuan dengan berpikir kritis. Mengkritisi kebenarannya, asal-usulnya, bagaimana prosesnya, dan apa manfaatnya bagi manusia. Dengan kata lain, berpikir yang melibatkan pendengaran, penglihatan dan hati nurani.
Contoh yang paling relevan adalah Teori Evolusi Darwin tentang asal-usul manusia. Bahwa manusia berevolusi dari spesies kera. Teori ini sempat diajarkan di sekolah, karena siswa cenderung mendengar, maka mereka menerima saja. Namun pertanyaan akan muncul saat melihat, mengamati, dan membandingkan struktur tubuh, bentuk tulang dan bagian-bagian kera dengan manusia.
Teori Evolusi Darwin akhirnya dibantah oleh Harun Yahya (nama aslinya Adnan Hoca) dengan teori yang disebut Kreasionisme Islam. Harun Yahya menjelaskan bahwa Darwinisme adalah teori yang keliru dan menjauhkan manusia dari Tuhan dan sifat-sifat Ketuhanan. Harun Yahya punya alasannya.
Baca sambungan di halaman 2: Ilmuwan yang Terbuka