PWMU.CO – Kercunan Makanan? Dosen Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Indah Dwi Pratiwi SKep Ns MNg, memberikan tiopsnya.
Dia mengatakan, penting untuk berhati-hati saat memilih makanan. Ini karena keracunan makanan bisa disebabkan oleh hal-hal kecil yang tidak disadari.
“Pemicu bisa disebabkan oleh beberapa faktor seperti makanan yang terkontaminasi oleh bakteri, virus, parasit, makanan yang sudah kadaluasa, proses pembuatan yang kurang higienis, dan proses pengolahan makanan yang kurang memperhatikan kebersihan,” ungkap Indah, dalam keterangan tertulis yang diterima PWMU.CO Kamis (18/1/2023).
Menurutnya, orang dewasa dengan daya tahan tubuh atau imunitas yang baik akan lebih kuat menghadapi zat asing ini. Hal ini berbeda dengan tiga golongan lainnya, yakni bayi, lansia (65 tahun ke atas) dan orang dengan kondisi imunitasnya rendah. Keracunan makanan dapat menyebabkan efek negatif dan fatal bagi mereka.
Indah memaparkan, gejala saat seseorang keracunan makanan secara umum adalah pusing, lemas, mual, muntah, dan diare. Jika mengalami hal ini, penanganan awal yang dapat dilakukan adalah memastikan semua makanan yang terpapar bakteri tersebut keluar dari tubuh.
“Tubuh secara otomatis mempunyai mekanisme untuk mengeluarkan zat yang tidak seharusnya ada di dalam tubuh. Proses pengeluaran inilah harus disupport dengan minum air yang banyak, istirahat yang cukup. Saat gejalanya sudah mulai reda, sebaiknya tidak makan makanan yang mengandung iritatif. Sebaiknya mengonsumsi makanan sejenis roti atau crackers terlebih dahulu,” paparnya.
Untuk pasien yang tidak bisa mentoleransi rasa mual, maka salah satu terapi pharmacology adalah pemberian obat anti mual supaya memberikan rasa nyaman. Namun kembali lagi bahwa mual dan muntah adalah proses pengeluaran bakteri yang masuk ke dalam tubuh. Maka hal itu adalah umum terjadi.
Di akhir Indah menekankan, dari banyaknya kasus kematian karena keracunan makanan itu bukan disebabkan oleh bakterinya, melainkan dehidrasi yang tidak tertolong karena tidak adanya pergantian cairan pada tubuh terutama pada ketiga golongan dai atas.
“Maka dari itu memastikan untuk hidrasi tubuh saat mengalami keracunan makanan adalah aspek penanganan yang paling penting,” ujarnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni