Ketika si Burung Merak Tolak Suap Penguasa; Oleh M. Anwar Djaelani, penulis buku Jejak Kisah Pengukir Sejarah dan sepuluh judul lainnya
PWMU.CO – Thawus bin Kaisan adalah salah satu ulama generasi Tabi’in yang terkemuka. Kecuali berilmu tinggi dan berakhlak mulia, Thawus tegas jika berhadapan dengan penguasa.
Thawus adalah julukan dari ulama Thabi’in bernama Dzakhwan bin Kaisan. Menurut Adz-Dzahabi, beliau lahir pada masa Khalifah Utsman bin Affan Ra atau sebelum itu. Terkait, ada riwayat dari Thawus, bahwa “Sungguh saya bertemu dengan 50 Sahabat Rasulullah SAW.”
Hal yang pasti, Thawus banyak menimba ilmu dari para Sahabat seperti dari Abdullah bin Abbas Ra, Mu’adz bin Jabal Ra, Abdullah bin Umar RA, Abu Hurairah RA, dan para sahabat senior lainnya. Bahkan juga dari Aisyah RA. Maka, dapat kita mengerti bahwa julukan Thawus (si Burung Merak) bagi Dzakhwan bin Kaisan muncul karena dia laksana thawus bagi para fuqaha dan pemuka pada masanya.
Thawus penduduk Yaman dan gubernurnya saat itu adalah Muhammad bin Yusuf ats-Tsaqafi, saudara dari Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi. Kedua bersaudara itu dikenal zalim. Sebagai gambaran, Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi-penguasa Irak dan beberapa daerah lain di sekitarnya-sombong dalam menjalankan kekuasaan serta telah membunuh banyak orang termasuk Abdullah bin Zubair Ra dan Said bin Zubair RA.
Goyang, Jatuh
Alkisah, pada musim dingin, kebanyakan penduduk Yaman memilih diam tidak protes meski kondisinya sulit akibat kerakusan sang penguasa. Namun, Thawus dan Wahab bin Munabbih mendatangi Muhammad bin Yusuf. Mereka memberikan nasihat berupa anjuran dan ancaman. Orang-orang yang hadir di majelis itu tercengang melihat keberanian Thawus.
Muhammad bin Yusuf hanya bisa tersenyum seraya menyusun siasat untuk membungkam Thawus. Dia berbisik kepada pengawalnya, “Ambilkan seperangkat pakaian berwarna hijau yang mahal lalu letakkan di bahu Thawus”. Pengawal itu lalu melaksanakan persis sesuai perintah.
Thawus terus saja melanjutkan nasihatnya dan tak memerhatikan “hadiah” itu. Bukan karena cara memberinya yang tidak sopan tapi dia bertekad untuk mengajak penguasa zalim itu kembali ke jalan yang benar.
Ketika Thawus merasakan ada “sesuatu” di pundak kanannya dan dia sadar dari wanginya kalau itu barang mahal, maka tahulah bahwa itu usaha untuk menghentikan dakwahnya. Maka, di tengah-tengah dia sedang memberi nasihat, sesekali dia selingi dengan menggoyangkan bahunya secara halus hingga akhirnya jatuhlah pakaian tersebut.
Setelah itu dia beranjak pulang dari tempat itu. Atas hal tersebut, Muhammad bin Yusuf tersinggung.
Baca sambungan di halaman 2: Penyuap Ulet