PWMU.CO – Menggapai Kesempurnaan Ibadah tema khutbah Jumat di Masjid Ad-Dakwah SMA Muhammadiyah 4 Sidayu (Smamsi) Gresik Jawa Timur, Jumat ( 26/1/2024).
Dalam khutbahnya, Khuluqul Umam mengatakan rutinitas harian kadang kala membuat manusia lalai dan lupa dalam menjalankan tugas utamanya,yaitu beribadah kepada Allah Swt.
Dalam Surat adz- Dzariyat ayat 56 yang artinya Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku.
Dia menjelaskan, betapa pentingnya urusan ibadah, bahkan langit-bumi dan seluruh isinya, Allah ciptakan sebagai penopang agar manusia dapat mewujudkan tujuan yang agung ini.
Meskipun ayat di atas sudah sangat familier, akan tetapi karenakesibukantertentu, kadang kala kita lupa menunaikan ibadah. Sekalipun menjalankan ibadah,namun tidak berhasil merasakan kenikmatannya. Ibadah tetap ditunaikan, namun hanya menjadi selingan yang tidak begitu dihiraukan. Seolah- olah hanya kegiatan biasa tanpa makna.
Padahal sejatinya, ibadah adalah momen sakral yang bisa mendatangkan ketenangan lahir batin.Namun karena dikerjakan secara asal-asalan,tanpa penghayatan, maka hilanglah maqashid dari ibadah tersebut.
Ammar bin Yasir berkata, dia mendengar Rasulullah saw bersabda, yang artinya Sesungguhnya ada seorang yang benar-benar mengerjakan shalat. Namun, pahala shalat yang tercatat baginya hanyalah sepersepuluh (dari) shalatnya, sepersembilan, seperdelapan, sepertujuh, seperenam,seperlima, seperempat, sepertiga, dan seperduanya saja. (HR Abu Daud No 796)
Dari hadits yang singkat ini, dapat disimpulkan bahwa kualitas ibadah setiap orang berbeda-beda, sehingga pahalanya pun berbeda. Meskipun secara lahir sama-sama mendirikan shalat, dari mulai takbir, ruku, i’tidal,dan sujud. Tetapi nilainya bisa berbeda. Semakin khusyuk dan sempurna,maka semakin banyak pahala yang akan diraih.
Kesempurnaan Ibadah
Khuluqul Umam menjelaskan bahwa ibadah yang sempurna adalah ibadah yang baik dan diterima di sisi Allah. “Sebagai hamba yang mengharap ridha Ilahi,sudah seyogyanya kita memprioritaskan ibadah dan selalu memerhatikan kualitas amalan yang kita persembahkan kepada-Nya,” katanya.
Sebagaimana diriwayatkan oleh imam ath-Thabarani dalam kitab al-Mu’jam al-Ausath hadits nomor 897, yang artinya Allah tidak menyukai seseorang orang yang asal-asalandalam beramal.Sebaliknya,Dia mencintai hamba-Nya yang tekun, srius dan sempurna dalam mengerjakan sesuatu. Baik itu urusan dunia apalagi urusan akhirat.
Dia menjelaskan juga pentingnya mengetahui hal-hal yang menjadi tolok ukur kesempurnaan ibadah, di antaranya adalah, pertama, Ikhlas dan Mutaba’ah.
Ada dua hal ini merupakan syarat mutlak yang harus diwujudkan. Ikhlas bukan hanya terbebas dari kesyirikan. Ikhlas dalsm artian benar- benar mengharap keridhaan Allah dan mengosongkan hati dari keinginan dipuji oleh manusia. Inilah kondisi seorang mukmin.
Sedangkan Mutaba’ah ialah menunaikan ibadah sesuai petunjuk dari Rasullulah. Mengikuti tata cara yang dia ajarkan. Ibadah yang paling baik di sisi Allah adalah ibadah yang menggabungkan dua hal ini.
Kedua, Rasa Khauf, Raja, dan Mahabbah. Dia menambahkan tiga hal yang menjadi pilar menopang kesempurnaan ibadah. Ibadah tidak akan berdiri tegak sempurna. Pengagungan kepada Dzat Yang Maha Agung. Jika salah satu dari pilar ini hilang, khauf atau rasa takut, raja` atau harapan adalah sifat husnudzhan billah yaitu prasangka baik pada Allah Yang Maha Penyayang.
Adapun pilar mahabbah,sangat dibutuhkan agar ibadah terasa ringan dan tidak menjemukan. Sedangkan perumpamaan hamba yang sedang menempuh perjalanan menuju Allah bagaikan burung.Kepalanya adalah mahabbah,sepasang sayapnya adalah khauf dan raja`. Dengan dua hal ini,ia akan sampai kepada Tuhannya.
“Maka dari itu,setiap kali hendak mengerjakan ibadah maka sebaiknya menghadirkan tiga rasa ini dalam hati,” katanya.
Cara menumbuhkan khauf yaitu dengan mengingat ancaman ketika ibadah itu ditinggalkan. Sedangkan cara menumbuhkan raja’ adalah dengan mengingat fadhilah atau keutamaan yang Allah janjikan.
Adapun cara menumbuhkan mahabbah,yaitu dengan mengingat nikmat-nikmat Allah dan kasih sayang-Nya yang luas meliputi segala sesuatu.
Tiga, Dilaksanakan dengan Khusyuk dan Muraqabah. Dia menambahkan juga khusyuk adalah amalan hati.Khusyuk bukanlah suatu kondisi yang tercipta dengan menggunakan atribut tertentu.Bukan pula ditunjukkan dengan gestur dan gerakan tubuh.
Hati yang khusyuk dalam beribadah adalah hati yang kosong dari memikirkan sesuatu selain Allah. Sedangkan Muraqabah adalah kesadaran bahwa setiap perbuatan selalu dilihat dan diawasi Allah. Khusyuk dan muraqabah ,merupakan maqam ihsan dalam beribadah.
Rasulullah Saw bersabda yang artinya, ihsan adalah engkau menyembah Allah seakan engkau melihat- Nya. Bila engkau tak melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihatmu. (HR Muslim)
Mari, ajaknya, kita fokus menyembah hanya kepada Allah. Semoga, harapnya ilmu membuahkan keyakinan bahwa Allah sangat dekat dan selalu mengawasi sehingga kita akan selalu berusaha menyempurnakan ibadah yaitu dengan merasakan kehadiran Allah dalam setiap amalan. (*)
Penulis Chilmiyati. Editor Ichwan Arif.