PWMU.CO – Al-Quran Benteng Moral tema khutbah Jumat di Masjid Ad-Dakwah SMA Muhammadiyah 4 Sidayu (Smamsi) Gresik Jawa Timur, Jumat ( 2/2/2024).
Dalam khutbahnya, Farid Mu’arrof SPd mengatakan begitu agungnya al-Quran mengajarkan kepada kita berupa akhlak yang mulia. Hampir setiap khatib Jumat di penghujung khutbahnya selalu membacakan al-Quran Surat an-Nahl 90. Bahkan oleh Umar bin Abdul Azis memandang ayat ini sebagai puncak keagungan al-Quran.
Dia berkeyakinan sekiranya ayat tersebut dipahami, dihayati, serta diamalkan oleh setiap umat Islam, niscaya tidak akan muncul sikap kebencian, permusuhan dan akan terciptanya sebuah suasana kedamaian, kemakmuran, serta ketentraman secara universal.
Firman Allah dalam surat an- Nahl ayat 90, yang artinya Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
Farid Mu’arrof menjelaskan ada tiga perintah Allah yang terkandung dalam surat An- Nahl ayat 90 di atas di antaranya, pertama, berlaku Adil. Banyak yang mendefinisikan adil, di antaranya menempatkan sesuatu pada tempat yang semestinya. Seseorang yang membeli sepatu dengan harga ratusan ribu rupiah, kemudian diletakkannya diatas kepala maka dia dianggap tidak berlaku adil, karena sepatu diletakkan di kepala meskipun harga sepatunya mahal.
Seorang siswa mengetahui posisinya sebagai murid yang mencari ilmu dan guru sebagai pendidik yang menyampaikan ilmu. Maka dari masing-masing akan dianggap adil jika menempati posisinya.
“Inilah akhlak yang seharusnya menjadi modal penting bagi seorang pemimpin, sikap keadilan sekarang, teramat sulit untuk diterapkan pada setiap pemimpin saat ini,” jelasnya.
Kedua, berlaku baik (ikhsan). Dia menambahkan ihsan tentunya lebih memiliki makna yang cukup luas, tidak sekedar berbuat baik saja, bahkan lebih tinggi dari sikap adil.
Seperti yang telah Allah gambarkan dalam al-Quran. Yang artinya (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
“Bahwa ihsan adalah membalas kejahatan dengan kebaikan. Ihsan dalam ibadah, seperti yang ada pada Hadits Rasulullah saw. Bahwa suatu hari Jibril datang kepada Rasulullah saw dan bertanya apa itu ihsan,Rasulullah saw menjawab, ihsan adalah bahwa engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya,” katanya.
Para sahabat Rasulullah saw telah mencontohkan sikap ihsan dengan sempurna. Salah satu contoh Umar bin Khattab ra pernah mengungkapkan suatu perkataan yang sangat populer ketika dirinya menjabat sebagai Khalifah.
“Sekiranya rakyatku ini kelaparan, biarlah aku orang yang pertama merasakannya. Namun jika rakyatku ini kekenyangan, biarlah aku orang yang paling terakhir merasakan kenyang itu,” ucapnya.
“Sungguh perkataan yang mungkin saat ini tak bisa kita dengarkan kembali dari para pemimpin. Kita berharap untuk bisa menemukan sosok pemimpin seperti Umar bin Khattab ra. Ketiga, Memberi kepada teman dekat, keluarga atau orang yang ada di sekitar kita
Dia menambahkan juga pemberian merupakan sesuatu yang agung dan bernilai tinggi. Jika muncul pertanyaan kenapa harus karib kerabat atau keluarga yang lebih diutamakan?
“Maka, di antara jawabannya ialah sekiranya masing-masing orang mampu mengurus keluarga dan orang terdekatnya dengan baik, maka dipastikan tidak akan muncul masalah di tengah masyarakat,” ungkapnya.
Dengan semakin banyaknya masalah yang bermunculan disebabkan masing-masing orang gagal atau tidak mampu menasihati, mengurus serta mengarahkan orang-orang terdekatnya untuk kembali ke persoalan yang mendatangkan ketenangan dan kedekatannya pada Allah Swt.
Dalam al-Quran Surat al- Baqarah ayat 269 Allah berfirman, yang artinya Dia memberikan hikmah (kefahaman yang dalam tentang al-Quran dan as-Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran.
“Adapun larangan Allah yang dituntut untuk ditinggalkan ialah menjauhi perbuatan keji (Fahsya). Kata fahsya tidak hanya perbuatan yang dianggap keji dan buruk, tetapi juga akan mendatangkan keburukan terhadap pelaku maupun orang lain,” katanya.
Salah satu contoh yang telah Allah gambarkan tentang perbuatan fahsyâ, ialah zina. Di dalam al-Quran Surat al-Isra ayat 32, yang artinya Dan janganlah kamu mendekati zina. sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.
Zina dianggap suatu perbuatan keji, karena tidak hanya buruk dalam pandangan syariat saja, tetapi juga mendatangkan keburukan bagi pelaku akan terjangkit penyakit. Bahkan mendatangkan keburukan bagi orang lain, lingkungan, masyarakat dan bangsa.
Hendaknya sebagai seorang Muslim, akhlak-akhlak yang telah diterangkan di atas seharusnya ada pada diri kita semua. Dan selalu berharap semoga kita diberi kemudahan oleh Allah untuk senantisa tetap istiqomah dalam kebaikan.
Mari, ajaknya, kita senantiasa menjaga keistiqomahan kita dalam keimanan dan ketaqwaan Allah Swt. Dalam artian menjalankan segala apa yang telah Allah perintahkan dan meninggalkan larangan- larangan-Nya. (*)
Penulis Chilmiyati. Editor Ichwan Arif.