Menutup Kesenjangan Perawatan Kanker untuk Orang Miskin oleh Maksum Radji, Guru Besar Prodi Farmasi Fikes Universitas Esa Unggul Jakarta, Pembina Pondok Pesantren Babussalam Socah, Bangkalan.
PWMU.CO – Hari Kanker Sedunia ditetapkan pada Konferensi Tingkat Tinggi Dunia Melawan Kanker di Paris pada 4 Februari 2000.
Inisiatif untuk memperingati Hari Kanker Sedunia diinisiasi oleh Union for International Cancer Control (UICC). Sebuah konsorsium global beranggotakan lebih dari seribu organisasi yang bekerja di bidang kanker.
UICC didirikan pada tahun 1933. Berdedikasi untuk mempromosikan pencegahan dan pengendalian kanker dalam skala global.
Tujuan utamanya mengurangi dampak global kanker dengan mendorong pendekatan kolaboratif antara pemerintah, organisasi, profesional kesehatan, dan individu.
Hari Kanker Sedunia menekankan setiap orang mempunyai peran dalam memerangi kanker, dan upaya kolektif yang signifikan untuk bekerja sama melawan penyakit ini.
Penyakit kanker salah satu penyakit yang mematikan. Secara global diperkirakan terdapat 20 juta kasus baru kanker dan 10 juta kematian akibatnya.
Beban penanggulangan kanker meningkat sekitar 60 persen selama dua dekade mendatang, sehingga akan sangat membebani sistem kesehatan masyarakat.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), beban global semakin meningkat karena diperkirakan akan ada sekitar 30 juta kasus kanker baru pada tahun 2040.
Peningkatan beban kesehatan ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju tetapi juga dialami oleh negara miskin dan menengah.
Tema Hari Kanker Sedunia tahun 2024 adalah close the care gap. Makna tema ini menutup kesenjangan dalam perawatan kanker di seluruh dunia.
Masyarakat dengan latar belakang sosial ekonomi rendah dan komunitas marginal sering menghadapi hambatan besar dalam mengakses upaya pencegahan, diagnosis, dan pengobatan kanker yang berkualitas.
Hingga saat ini masih dirasakan berbagai hambatan dalam upaya penanggulangan kanker antara lain, terbatasnya akses terhadap fasilitas kesehatan, terutama di daerah pedesaan sehingga mempersulit orang untuk melakukan skrining deteksi dini kanker atau menerima pengobatan tepat waktu.
Kendala lainnya biaya pengobatan kanker sangat tinggi, sehingga menghalangi penderita mendapatkan perawatan.
Selain itu, kurangnya kesadaran tentang gejala dan risiko kanker dapat menghalangi seseorang untuk periksa dan pengobatan dini.
Untuk menutup kesenjangan dalam akses perawatan dan pengobatan inilah maka tema Hari Kanker Sedunia tahun 2024 yaitu Menutup Kesenjangan Perawatan dibuat guna memastikan bahwa setiap orang, terlepas dari latar belakang ekonomi atau kondisinya, memiliki akses terhadap perawatan kanker.
Kasus di Indonesia
Penyakit kanker masih masalah kesehatan utama di Indonesia. Jumlah penderita terus meningkat. Berdasarkan data Global Burden of Cancer Study (Globocan) kasus kanker Indonesia pada tahun 2020 mencapai 396.914 kasus. Total kematian akibat penyakit ini sebesar 234.511 pasien.
Data Kemenkes RI, kanker menjadi penyakit paling mematikan nomor tiga di Indonesia, setelah stroke dan jantung.
Jenis tertinggi di Indonesia adalah kanker payudara dengan 65.858 kasus atau 16,6 persen. Urutan kedua kanker serviks dengan 36.633 kasus, dan ketiga, kanker paru sekitar 34.783 kasus.
Salah satu kendala dan tantangan terbesar dalam penanganan penyakit kanker masih rendahnya metode skrining dan deteksi dini. Sebagian besar pasien kanker baru terdeteksi setelah stadium lanjut.
Padahal tingkat kesembuhan penderita kanker semakin tinggi jika kasusnya terdeteksi saat stadium dini.
Karena itu sangat penting melakukan deteksi dini kanker melalui skrining. Sayangnya kesempatan deteksi dini penyakit kanker ini sangat terbatas. Bahkan tergolong rendah.
Kaum Muda
Tantangan lain, adanya fenomena mengkhawatirkan yaitu terjadinya pergeseran usia penderita kanker. Sebelumnya didominasi pasien usia lanjut. Kini kasus kanker baru meningkat pesat di kalangan dewasa muda.
Pergeseran usia pasien kanker ini berdasarkan hasil penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam British Medical Journal (BMJ) Oncology yang terbit pada September 2023. Judul tulisannya Global trends in incidence, death, burden and risk factors of early-onset cancer from 1990 to 2019.
Tulisan itu menunjukkan tahun 2019 diagnosis kanker baru di kalangan usia di bawah 50 tahun berjumlah 1,82 juta orang. Meningkat r 79 persen dibandingkan angka tahun 1990, selama tiga dekade terakhir.
Pada hasil penelitian kolaborasi yang dilakukan oleh para peneliti dari berbagai institusi tersebut, menyebutkan dari 29 jenis kanker di 204 negara dan beberapa wilayah, prevalensi kasus kanker payudara tertinggi yaitu 13,7 per 100.000 orang dengan tingkat mortalitasnya sebesar 3,5 per 100.000 orang pada populasi global.
Pada penelitian ini juga ditemukan sebanyak 1,06 juta orang berusia di bawah 50 tahun meninggal karena kanker pada tahun 2019. Meningkat 28 persen dibandingkan angka pada tahun 1990.
Angka kematian tertinggi setelah kanker payudara adalah kanker tenggorokan, paru-paru, kanker gastro intestinal, serta kanker ginjal dan ovarium.
Pencegahan
Pencegahan penyakit kanker antara lain menerapkan pola hidup sehat guna mengurangi risiko terkena kanker. Rutin berolahraga dan upayakan konsumsi makanan sehat.
Perlu diingat faktor individu antara lain genetik dan usia, berperan penting pada risiko kanker.
Beberapa hal perlu diketahui untuk pencegahan kanker antara lain diet sehat dengan konsumsi buah-buahan, sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan.
Juga membatasi konsumsi daging merah dan daging olahan. Pilih sumber protein tanpa lemak. Menjaga berat badan yang sehat. Hindari rokok dan paparan asapnya, hindari paparan sinar matahari berlebihan untuk mengurangi risiko kanker kulit, serta hindari paparan karsinogen lingkungan.
Dewasa ini telah tersedia vaksin mencegah infeksi virus onkogenik yang dapat meningkatkan risiko kanker, seperti human papillomavirus (HPV) dan virus hepatitis B.
Vaksinasi ini dapat dilakukan untuk mencegah kanker serviks dan kanker hati.
Lakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk deteksi dini kanker tertentu lewat mammogram, pap smear, dan kolonoskopi.
Jika seseorang memiliki riwayat keluarga yang mengidap kanker, pertimbangkan untuk konseling genetik guna menilai risiko terkena penyakit kanker dan upaya pencegahannya.
Editor Sugeng Purwanto