PWMU.CO – Dua kali MA Al Ishlah Sendangagung, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan Jawa Timur pernah, pernah ditawari menjadi Madrasah Aliyah Negeri (MAN). Seandainya mau, sudah sejak 2009 MA Al-Ishlah menjadi MAN.
Hal itu disampaikan Kepala MA Al-Ishlah Drs Agus Salim Syukran MPdI, pada acara silaturrahim dengan wali santri/siswa kelas 9 SMP Muhammadiyah 12 Sendangagung, Jumat (9/2/2024).
Dia mengatakan, MA Al-Ishlah Sendangagung pernah dua kali ditawari Kementerian Agama menjadi Madrasah Aliyah Negeri (MAN). Pertama pada tahun 2009 dan kedua pada 2014. Tapi kedua tawaran itu tidak diterima karena berbagai pertimbangan.
“Pada suatu siang di tahun 2009, saya ditelepon Kepala Seksi Pendidikan Madrasah (Kasi Pendma) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Lamongan, H Rusydi, yang mengabarkan bahwa tim dari Kemenag Pusat telah tiba di Lamongan. Tujuannya melakukan survei ke MA Al-Ishlah dalam rangka proses penegerian,” kenang suami Freti Fatmawati SE MPd ini.
“Mendengar kabar itu, saya kaget karena sajauh ini MA Al-Ishlah merasa tidak pernah mengajukan permohonan untuk penegerian. Pondok Pesantren Al-Ishlah dan Yayasan Al-Ishlah pun tidak pernah mengajukan hal yang sama,” imbuhnya.
Setelah berembug dengan Pengasuh Ponpes Al-Ishlah KH M Dawam Saleh, akhirnya disepakati untuk tidak menerima tawaran tersebut. Alasannya, MA Al-Ishlah lebih nyaman dengan status yang ada karena lebih bebas dan mandiri. Namun, bila Kementerian Agama mau membantu dalam bentuk lain, insya Allah MA Al-Ishlah akan tetap menerima dengan tangan terbuka.
Sebagai bukti ketidaksiapan tersebut, MA Al-Ishlah diminta untuk membuat surat pernyataan tertulis dengan materai cukup, yang ditujukan kepada Kementerian Agama.
Hal yang sama terjadi lagi pada tahun 2014. Kali ini disampaikan oleh staf Kasi Pendma Kantor Kemenag Lamongan waktu itu, H Subajir Sidomulyo. Dan MA Al-Ishlah pun menjawab seperti lima tahun sebelumnya.
“Kita tidak tahu data apa yang menjadi dasar Kemenag RI untuk memasukkan MA Al-Ishlah dalam rencana madrasah yang akan dinegerikan. Tapi tahun 2009 MA Al-Ishlah pernah mendapat bantuan Kontrak Prestasi senilai Rp 500 juta. Bantuan ini murni untuk peningkatan prestasi,” ujar Salim.
Bantuan ini diberikan melalui seleksi ketat. Dari pengajuan proposal, lalu seleksi proposal, dan yang dianggap baik diundang untuk presentasi di Jakarta. Alhamdulillah, MA Al-Ishlah lolos di semua tahap dan akhirnya memperoleh bantuan tersebut.
Lalu kenapa MA Al-Ishlah menolak untuk dinegerikan? Alasannya karena MA Al-Ishlah lebih nyaman dengan status swasta. Dengan status swasta madrasah ini lebih bebas mengelola dan mengembangkan diri sesuai visi dan misi yang dikehendaki.
“Bila dinegerikan, kita khawatir madrasah ini akan terlalu banyak diintervensi dan akhirnya kehilangan ciri khas seperti yang telah melekat selama ini,” pungkas Ustadz yang juga Wakil Ponpes Al-Ishlah ini.(*)
Penulis Gondo Waloyo dan Agus Salim Syukran Editor Nely Izzatul