PWMU.CO – Tongkat gila menjadi salah satu game outbound di kegiatan Capacity Building guru dan karyawan SD Muhammadiyah 6 (SD Musix) Gadung Surabaya.
Kegiatan ini berlangsung di Rumah Makan Warung Tani Malang Jawa Timur, Jumat (16/2/2024). Rombongan guru dan karyawan SD Musix berangkat dari Surabaya pukul 08.00 WIB dan tiba pukul 10.00 WIB.
Sembari menunggu waktu untuk shalat Jumat, para peserta memanfaatkan waktu untuk jalan-jalan mengelilingi lokasi Warung Tani. Lokasi ini memang didesain klasik. Sisi depan berdiri pintu gerbang yang tidak terlalu besar terbuat dari kayu jati berdaun dua pintu, terkesan suasana desa lebi dominan.
Di dalam lokasi, terdapat lapangan yang cukup luas. Di tanah lapang inilah outbound dilaksanakan. Di sisi timur terdapat pendopo yang digunakan pusat kegiatan.
Selesai menunaikan ibadah shalat Jumat, para peserta dipersilahkan untuk makan siang. Menu yang disiapkan adalah sayur cah sawi, sup ditemani koloke ikan. Rasa lapar membuat menu yang disajikan pun ludes.
“Teman-teman, silakan membentuk lingkaran besar,” pinta instruktur outbound Teo mengawali kegiatan. Selanjutnya dia mengintruksikan para peserta untuk mengikuti gerakannya.
Dengan diiringi lagu Gemu Fa Mi Re, instruktur membuat gerakan-gerakan yang harus diikuti seluruh peserta. Sesekali dalam gerakannya instruktur berteriak.
“Siapa kita…?” tanya instruktur.
“SD Musix, luar biasa….!” jawab peserta serempak dengan mengangkat tangan kanan.
Dengan gaya Teo yang khas, peserta dibuat tidak terasa capek, bahkan membuat mereka memiliki semangat yang tinggi.
Setelah pemanasan, para peserta dibentuk menjadi beberapa kelompok, masing-masing terdiri dari 9 dan 10 anggota. Terbentuklah 9 tim, selanjutnya game outbound dimulai.
Tongkat Gila Bikin ‘Gila’
Tim outbound menyiapkan empat macam, di antaranya adalah tongkat estafet, lempar bola, tongkat gila, dan langkah kaki dan tangan. Dari empat game yang dirasa sulit oleh para peserta adalah tongkat gila atau crazy stick.
“Teman-teman begini aturan memainkan crazy stick,” seru Teo sembari memberikan contoh.
Selanjutnya, dia menjelaskan bahwa kelompok harus bisa meletakkan tongkat tersebut sampai ke tanah.
“Aturannya, tongkat terletak di atas kedua jari telunjuk setiap peserta, telunjuk harus lurus. Tidak boleh ditahan dengan dahi, dada, ataupun kepala. Bagaimana bapak-ibu, sudah paham?” tanyanya sambil memperagakan bersama dua intrustur yang lain.
“Halah…. Gampang itu, tunggu saya pasti bisa!” kata Muhammad Al Amin, ketua panitia kegiatan sambil memberi semangat timnya.
“Baiklah, setiap tim mencoba terlebih dahulu,” perintah instruktur sembari membagikan tongkat ringan dari plastik sebesar ibu jari.
Setelah masing-masing kelompok melakukan percobaan dan dirasa sudah cukup, maka instruktur memberikan aba-aba. “Dalam hitungan ketiga permainan dimulai. Satu… dua… tiga!” teriaknya.
Setiap kelompok pun mengatur stategi agar tongkat itu sampai ke bawah.
“Ayo. Jangan diangkat ke atas, kita bawa kebawah!” teriak M Arifin di kelompok gajah.
“Sudah, saya sudah ke bawah, malah kamu yang mengangkat ke atas!” Guru Metode Ummi SD Musix, Rafika Nur Hidayatu Sari.
Kompak adalah Keharusan
Masing-masing anggota merasa sudah menggerakkan ke bawah, tetapi tongkat itu rasanya naik tetus, ternyata tidak semudah yang dilihat. Sangat sulit menggerakkannya ke bawah.
Hampir tidak ada yang sukses pada sesi game ini. Hanya sebagian tim yang berhasil, itupun dengan usaha yang luar biasa, seperti tim kancil.
“Mas, tongkat ini ada apanya, kok gak mau turun, ada jinnya ta?” tanya Amin, disambut tawa para peserta.
“Lho, katanya gampang! Mungkin saja jinnya ada di jari telunjuk kalian semua,” jawab instruktur sambil tertawa.
Selanjutnya, intruktur membuka rahasia bahwa kekompakan, satu komando dan kepatuhan anak buah lah yang berhasil memindahkan tongkat sampai ke lantai tanah.
Para peserta pun manggut-manggut mendengarkan penjelasan instruktur, bahkan ada kelompok yang penasaran untuk mencobanya kembali. (*)
Penulis Basirun Editor Nely Izzatul