PWMU.CO – UMM kembali kukuhkan guru besar. Kali ini datang dari Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP). Yaitu Prof Dr Ir Ahmad Wahyudi MKes IPU dan Prof Dr Ir Aniek Iriany MP. Keduanya akan dikukuhkan Sabtu (2/3/2023).
Dua guru besar ini mengkaji hal yang menarik dalam bidang pertanian dan peternakan. Wahyudi yang membahas strategi meningkatkan kesehatan dan mencegah stunting ruminansia muda. Menurutnya, pemerintah Indonesia seharusnya tidak hanya mempunyai program meningkatkan jumlah kelahiran ruminansia muda. Tapi juga harus memiliki strategi tentang cara merawat anak-anak ruminansia yang telah lahir. Dengan begitu, jumlah yang mati tidak lebih besar daripada jumlah bakalan yang diimpor.
“Jika jumlah ruminansia yang mati dan angka stunting dapat diturunkan secara nasional, maka kebijakan import bakalan sapi dan daging tidak diperlukan lagi. Kebijakan swasembada bakalan sapi juga sebaiknya ditata ulang untuk masa depan,” katanya.
Ia menjelaskan, pemeliharaan ruminasia yang sembrono di masa awal pertumbuhan hingga fase poligastric dapat berakibat fatal. Yakni menyebabkan kematian dan stunting. Berdasarkan data 2015, kematian pedet sapi perah ada di angka 20%, sementara sapi Bali yang dipelihara secara komunal bersama induknya mencapai 55,56%. Dan menjadi 72,73 persen di 2017.
Menurutnya, pemeliharaan ruminansia muda yang sehat sangat penting karena akan berdampak signifikan pada pertumbuhan dan kinerja produksi daging pada kehidupan dewasa. Lingkungan hidup ruminansia muda yang berubah dari rahim dalam kondisi steril ke kondisi alam luar yang sarat dengan kontaminasi “makhluk halus pathogen” dan perubahan nutrisi akan sangat mempengrauhi. Termasuk dalma hal pencernaan dan penyerapan pakan. Oleh karena itu perawatan ruminansia muda pra sapih yang memadai haruslah menjadi perhatian serius agar tidak mati dan stunting.
Di sisi lain, Aniek menjelaskan mengenai strategi adaptasi tanaman terhadap perubahan iklim untuk pertanian berkelanjutan. Tiga poin pokok dalam strategi ini yakni penggunaan lahan dan sistem manajemen, perbaikan tanaman melalui pemuliaan tanaman, serta efisiensi permintaan dan konsumsi pangan.
Selain itu, kelangkaan air karena perubahan iklim kini juga menjadi sebuah tantangan. Maka modifikasi iklim mikro tanaman dilakukan dengan menjaga kelembaban dan suhu tanah, mencegah erosi tanah dan leaching unsur hara karena run-off dipermukaan tanah serta mengurangi evaporasi air tanah.
“Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan pemulsaan menggunakan bahan organik seperti jerami dan potongan rumput maupun maupun plastik. Mulsa membantu konservasi air dengan menimimalkan penguapan di permukaan tanah,” jelasnya.
Adapun pemulsaan menggunaan berbagai jenis bahan, berpotensi menjaga kelembapan tanah, mengurangi kehilangan penguapan, dan menekan populasi gulma. Penggunaan mulsa yang berbeda memberikan juga dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan, hasil, dan kualitas berbagai tanaman. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni