PWMU.CO – Afifun Nidlom adalah mubaligh multitalenta. Dia bisa menjahit baju, menulis, hingga menjadi asesor.
Pria kelahiran Lamongan 7 Juli 1977 ini adalah anak petani sekaligus guru ngaji asal Dusun Mencorek, Desa Sendangharjo, Kecamatan Brondong. Orang tuanya—H. Asy’ari Aziz (almarhum) dan Musyarofah (almarhuma)—sangat religius dan memiliki semangat tinggi untuk belajar dan bekerja. Hal itu menjadikan Nidlom sosok pekerja keras dan pantang menyerah.
Seperti tergambar dari perjuangannya menempuh Pendidikan. Dia kuliah S1 Program Studi Ahwalus Syahsyiyah di Universitas Muhammadiyah Surabaya setelah lulus dari SMA Muhammadiyah 9 Sedayulawas, Brondong, Lamongan.
Setelah lulus sarjana tahun 2001, ia menjadi staf di kantor Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur. Tak berselang lama, Nidlom melanjutkan S2 Magister Pendidikan Islam di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida).
Tidak cukup dengan satu gelas magister, Afifun Nidlom pun mengambil S2 Magister Hukum Ekonomi Syariah Universitas Muhammadiyah Surabaya di waktu yang sama.
“Yang sering didoktrinkan emak (ibu) saya adalah seorang laki-laki yang akan bertanggung jawab terhadap keluarga, istri dan anak. Maka yang harus saya lakukan itu punya banyak keahlian, sehingga saya sejak MTs pernah di mebel, mulai kelas 1 SMA menjahit sampai sekarang menjahit,” tuturnya saat dihubungi PWMU.CO di sela Uji Kompetensi Wartawan (UKW), Ahad (3/3/2024). Dia menjadi peseta UKW dari majelistabligh.id.
Tak heran, ia mengaku pernah menjahit seragam Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau Kota Surabaya (DKRTH) Surabaya. “Sertifikat punya banyak, sertifikat komputer, DSN (Dewan Syariah Nasional) MUI, asesor BAN SM (Badan Akreditasi Nasional Sekolah Madrasah), sampai UKW ini,” ucap sami Ana Aziza itu.
Semangat kerja keras itu ia akui didapatkan selain dari nasihat orang tua, juga dari pengalaman langsung yang ia alami sejak kecil.
“Sejak kelas 2 MI (madrasah ibtidaiyah) sudah nunggu sawah (kemit), jaga tanaman malam hari, karena ada serangan babi hutan, kalau kemarau bantu nyirami tanaman lombok (cabai) yang baru ditanam,” kisah ayah dari Azzam AE Putra, Venus Ayudinda Qanita, dan Aidil AE Putra itu.
Sekarang Nidlom menjadi dosen mata kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) sekaligus mubaligh yang sering diundang memberikan ceramah di berbagai daerah. Dengan keahliannya itu, ia pun diamanahi menjadi Ketua Korps Mubaligh Muhammadiyah Jawa Timur.
Ditanya tentang pencapaian terbesar saat ini, Nidlom menjawab amanahnya sebagai asesor BAN SM membuatnya bisa keliling Jawa Timur dan mendapatkan hadiah umrah gratis kelas bisnis dari PWM Jawa Timur.
“Pernah mendapat hadiah umrah dari PWM Jawa Timur, kelas bisnis, khusus, atas penulisan buku panduan umrah,” ungkap Wakil Sekretaris Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur itu. (*)
Penulis Ain Nurwindasari Editor Mohammad Nurfatoni