PWMU.CO – Surat al-Ashr ternyata diajarkan KH Ahmad Dahlan berulang-ulang lebih lama daripada surat al-Maauun.
Demikian disampaikan Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sidoarjo Burhanuddin di pembukaan Musyawarah Daerah (Musyda) Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan (HW) Sidoarjo.
Musyda HW diadakan di Aula KH Mas Mansur Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida).
“Kalau surat al-Maauun diajarkan hanya tiga bulan, tapi untuk surat al-Ashr itu diajarkan sampai delapan bulan,” terang Burhanuddin.
Dia menambahkan, begitu sulit mengamalkan surat al-Ashr. Hal ini menyebabkan surat al-Ashr diajarkan sampai delapan bulan karena belum ada yang bisa mengamalkan.
“Hizbul Wathan perlu menjadi contoh teladan bagi pengamalan surat al-Ashr. Khususnya di lingkungan Muhammadiyah Sidoarjo,” lanjut pria yang akrab disapa Pak Burhan.
Mulai pengamalan surat al-Ashr dari hal-hal yang kecil. Saling menasihati dalam kebaikan dan kesabaran. Juga menepati waktu.
“Coba lihat Ramanda Wisnu, Sekretaris PCM Sidoarjo, sebelum acara dimulai sudah hadir di tempat ini,” tambah Pak Burhan.
Apalagi HW merupakan kepanduan yang metode pendidikannya menerapkan sedikit metode militer.
Sementara sambutan lain Wakil Ketua Kwartir Wilayah (Kwarwil) Jawa Timur Ramanda Yusuf Ismail menekankan pentingnya regenerasi untuk masa depan.
“Setiap regenerasi akan melahirkan sebuah pemikiran baru dan inovasi untuk keberhasilan HW di masa depan,” terang Ismail Yusuf.
Perlu ketajaman berpikir, keyakinan melangkah, dan menciptakan sejarah dalam setiap generasi. Sidoarjo merupakan gudang talenta HW di Jawa Timur.
“Saya dididik oleh orang-orang Sidoarjo, pelatih dari Sidoarjo. Ini perlu dilanjutkan agar HW tetap menjadi pusat keunggulan HW di Jawa Timur,” urai Yusuf Ismail.
Pandu HW harus punya keinginan yang besar. Pandu HW harus memiliki pemikiran yang tajam, yang kuat seperti batu karang.
Walaupun ombak besar maupun kecil menerjang, ia tidak pernah menyerah, bahkan menjadi lebih kuat.
“Pandu HW harus seperti melati. Tidak membedakan dikasih atau tidak dikasih. Siapapun yang lewat dapat mencium harum,” tambah pria asal Lamongan.
Memiliki sifat ketajaman yang tinggi, baik secara moral atau etik. Menjadi Kader Muhammadiyah sejati. Kader Islam yang sejati
Kader bangsa yang sejati. “Indonesia harus dipertahankan hingga titik darah yang penghabisan. Kader pewaris para pahlawan. Seperti Sudirman,” pungkas Yusuf Ismail.
Penulis Ernam Editor Sugeng Purwanto