PWMU.CO. Tahu takwa dan jajanan lainnya tampak berjajar rapi di meja panitia Roadshow Milad Ke-8 PWMU.CO yang berlangsung di Gedung Dakwah Muhammadiyah (GDM) Kota Kediri, Jawa Timur, Sabtu (8/3/2024).
Selain tahu takwa, ada getuk pisang, rempeyek kacang, kripik tempe, alen-alen dari Trenggalek, dan kripik tela dari Blitar. Ada juga tape dari Probolinggo, kripik gadung, jenang dari Ponorogo dan minuman susu kedelai (Sosuke) dari Gresik.
Tahu takwa yang dibawa kontributor asal Kediri menjadi salah satu jajanan yang menarik perhatian. Tahu jenis ini membuat Kediri disebut disebut Kota Tahu. Menurut Deni Setiawan, Ketua Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Kediri yang terlibat dalam kepanitiaan roadshow ini, tahu ini khas karena berwarna kuning.
“Ini warna alami dari kunir (kunyit),” katanya.
Tahu berwarna kuning ini mempunyai rasa dan aroma yang khas, seperti Namanya, takwa, yang berasal dari bahasa Cinayang berarti aroma.
Tahu takwa mempunyai aroma khas dengan rasa gurih dan nikmat. Bahan dasarnya tetap sama, yakni dari kacang kedelai. Proses pembuatannya yang menjadikan berbeda karena tahu ini dimasak dengan bunga pekak kering, garam, dan kunyit. Oleh karena bahan kunyit, tahu takwa mempunyai warna kuning di bagian luarnya.
Soala nama takwa pada tahu ini, Edi Usman—pegawai Manajer Tuberkkulosis Resisten Obat (TBRO) Rumah Sakit Muhammadiyah Ahmad Dahlah Kota Kediri—berseloroh, “Tahunya saja takwa, apalagi orangnya.” Maksunya takwa di sini dari kata Bahasa Arab yang bermakan takut (kepada Allah).
Makanan khas dari Kediri lainnya ialah getuk pisang. Menurut Deni, sesuai dengan namanya, bahan utama terbuat dari pisang. “Namun bukan asal pisang, karena untuk hasil terbaik harus menggunakan pisang raja nangka,” katanya.
Dia menjelaskan, pisang terlebih dahulu dimasak dengan cara dikukus, lalu ditumbuk hingga halus. Setelah itu dicampur dengan gula dan garam sehingga rasanya lebih unik. Bahan setengah jadi tersebut kemudian dibungkus dengan daun pisang, mirip seperti lontong. Proses selanjutnya yakni dengan mengukus sekitar 30 menit hingga teksturnya lebih padat.
Alen-Alen Trenggalek
Jajanan khas Trenggalek juga menarik peserta, yaitu alen-alen. Camilan yang terbuat dari tepung dan dibuat mirip dengan cincin atau disebut alen dalam bahas lokal. Warna umumnya kuning, teksturnya cukup keras untuk gigi yang tidak sempurna.
Candra Dwi Aprida kontributor asal Trenggalek menjelaskan, makanan ini tidak cocok untuk usia lanjut. “Namun digemari usia anak dan dewasa,” ujarnya.
Dia menjelaskan, alen-alen acapkali digunakan sebagai oleh-oleh setelah berkunjung ke Trenggalek, karena tergolong makanan kering yang tahan lama dan tidak mudah basi.
“Inilah salah satu alasan kenapa cocok dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Selain itu, harganya pun murah. Jadi tidak menguras kantong meski memborong dalam jumlah banyak,” ujarnya. Saat ini banyak pilihan rasa yang dapat dipilih. Ada rasa balado, jagung bakar, dan original maupun pedas. “Saat ini yang kami bawa rasa original,” katanya.
Di samping alen-alen ada juga camilan khas Trenggalek yang cocok dijadikan oleh-oleh yaitu keripik tempe. Makanan ini sudah biasa karena mudah ditemui di berbagai daerah. Namun masing-masing daerah memiliki ciri khas dan rasa yang berbeda. “Di Trenggalek, camilan ini menggunakan tempe khusus dan berkualitas,” jelasnya.
Dia menjelaskan, jika di tempat lain hanya mengandalkan tempe yang dikeringkan, tidak demikian di Trenggalek. Tempe terlebih dahulu diiris tipis, kemudian direndam lama dengan bumbu khas supaya meresap. Selanjutnya disiapkan adonan tepung untuk dijadikan balutan nya. Rasa semakin nikmat dan aroma wangi tercium tatkala daun jeruk menghiasi setiap bagiannya.
Di samping ada makanan ringan, ada juga minuman berupa susu kedelai (Sosuke) yang dibawa Rahmat Syayid Syuhur kontributor asal Gresik. Minuman asli terbuat dari kedelai pilihan tanpa bahan pengawet yang memiliki manfaat untuk tubuh, memelihara kesehatan jantung, mengontrol tekanan darah tinggi, mengurangi kolesterol dalam darah, mengurangi risiko diabetes, mencegah osteoporosis dan membantu menjaga kesehatan mental.
Penulis Rahmat Syayid Syuhur Editor Mohammad Nurfatoni