PWMU.CO – Dimsum singkong, casava chocochip, hingga makanan khas daerah seperti jemblem, srawut, gethuk, limpong, kolak singkong, gempo, gimbal menyok menjadi menu yang dibuat Siswa Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah 6 (MTs Muhsix) Sugihan, Solokuro, Lamongan.
Mereka membuat makanan tersebut dalam rangka penerapan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin (P5P2RA), Kamis (7/3/2024) di Halaman Perguruan Muhammadiyah Sugihan.
Kegiatan bertema Kearifan lokal ini mereka manfaatkan dengan membuat makanan berbahan dasar singkong. Untuk makanan modern ada dimsum singkong dan casava chocochip. Sementara makanan khas daerah ada jemblem, srawut, gethuk, limpong, kolak singkong, gempo, dan gimbal menyok.
Kepala MTs Muhsix Sugihan, Khoirul Insan SPd menjelaskan, singkong sebagai bahan utama pembuatan makanan menjadi fokus utama dalam program ini. “Singkong telah lama menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat di daerah ini, baik sebagai sumber pangan maupun identitas budaya,” katanya.
Melalui program makanan khas daerah, imbuhnya, MTs Muhsix Sugihan ingin mengenalkan lebih dalam tentang proses pembuatan makanan khas daerah yang menggunakan singkong sebagai bahan utamanya.
Dia menambahkan, para siswa diajak untuk memahami proses pembuatan makanan mulai dari pengolahan singkong hingga menjadi hidangan siap santap. Mereka tidak hanya belajar tentang teknik memasak, tetapi juga mendalami nilai-nilai budaya dan sejarah yang terkandung dalam setiap hidangan.
“Program ini tidak hanya memperkaya pengetahuan siswa tentang kearifan lokal, tetapi juga membantu mereka mengembangkan keterampilan memasak dan menghargai hasil karya sendiri,” tambahnya.
Menurutnya, baik dari siswa, orang tua, maupun masyarakat sekitar memberikan respon positif terhadap program ini sangat. “Mereka menyambut baik inisiatif sekolah dalam memperkenalkan dan melestarikan kearifan lokal melalui makanan khas daerah,” ungkapnya.
Dia berharap, agar program ini dapat terus berkembang dan menjadi inspirasi bagi sekolah lain dalam memperkuat ikatan antara pendidikan dan budaya lokal. (*)
Kontributor Wahidul Qohar Editor Nely Izzatul