Kesaktian Puasa: Kisah Pengamen; Oleh Dr Encep Saepudin SE MSi, Dosen Prodi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah (UM) Purwokerto , Anggota LPCR PM PWM Jateng.
PWMU.CO — Puasa bukan monopoli agama dan kepercayaan tertentu. Boleh dikatakan, semua agama dan kepercayaan tertentu memiliki ibadah puasa dengan segala konsep dan tujuannya.
Bahkan sejumlah hewan pun melakukan puasa untuk tujuan tertentu pula. Ada yang karena menunggui telurnya, metamorfosis, tidur, dan sebagainya.
Puasa merupakan ibadah rahasia antara individu dengan zatnya agar meraih puncak spiritualitas. Pencapaiannya ditandai dengan berpikir dan bertindak sesuai dengan keyakinan kedekatannya pada satu zat yang melindunginya.
Zat yang dimaksud ini berbeda-beda sesuai dengan kepercayaannya. Zat ini yang diyakini membawa kekuatan pada dirinya agar menjadi sakti mandraguna. Dan, kesaktian ini yang mengantarkannya pada puncak spiritualitas.
Kesaktian ini yang jarang dikupas. Sebab kita lebih sering mengaitkan dampaknya terhadap kesehatan. Terhadap kedermawanan. Terhadap kesalehan. Semuanya memang benar adanya.
Kesaktian Puasa
Jari-jemari pengamen bertato itu lincah melompat-lompat di empat tali senar ukulele. Suaranya bagus juga. Liriknya menggugah, “Kau telah berjuang menaklukan hari-harimu yang tak mudah.”
Usai ‘tampil’, pria hidung bertindik ikut duduk dalam angkot yang hanya separuh penuh. Dia mengobrol dengan seorang penumpang tentang kehidupan jalanan yang keras.
Hasil mengamen lumayan besar. Sekitar Rp100 ribu per 5 jam. Namun profesinya sebagai pengamen juga akan berhadapan dengan preman jalanan. Keras!
Jadilah dirinya harus punya ‘pegangan’. Salah satu syarat menguasai ‘pegangan’ itu adalah puasa, dengan segala model dan syaratnya.
Puasa menumbuhkan kepercayaan dirinya. Selalu berkepala tegak berhadapan dengan siapa pun. Saat teraniaya jasmani dan rohani tidak merasakan sakit apa pun. Kebal!
Setelah melakukan puasa karena mengerami telur selama 21 hari, induk ayam menjadi berani. Tidak ada takutnya.
Laki-laki seberat 70 kilogram dan tinggi 6 kali tingginya tidak bikin ciut nyalinya. Laki-laki itu dikejar induk ayam hingga lari pontang-panting. Bikin ngakak!
Puasa di Islam
Dalam Islam, puasa merupakan bagian dari rukun atau pondasi. Puasa terbagi dua, yaitu wajib dan sunnah.
Puasa wajib adalah puasa Ramadhan, puasa kafarat, puasa qadha, dan puasa nazar. Puasa sunah adalah puasa Daud, puasa Senin-Kamis, puasa Ayyamul Bidh, puasa Arafah, puasa Asyura, dan puasa Tasu’a.
Tujuan utama puasa adalah meningkatkan ketakwaan pada Allah Swt. Sebagaimana firman Allah Swt dalam al-Baqarah ayat 183, “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Syiam dalam bahasa Indonesia menjadi saum dan puasa. Puasa berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu upa (mendekat) dan wasa (Tuhan atau Yang Maha Kuasa).
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) merilis hasil Survei Penilaian Integritas (SPI) 2023 dengan skor indeks 70,97 dari skala 0-100. Skor ini pertanda aksi korupsi akan tetap menjadi permasalahan laten di negeri ini. Korupsi di mana pun, baik instansi pemerintah maupun swasta.
Kamu sudah pernah menjajal kesaktian usai melaksanakan puasa Ramadan? Belum? Wah, coba sekali-kali dijajal.
Nah, data KPK itu menjadi uji kesaktian kita setelah melaksanakan puasa. Sebab korupsi merebak karena nafsu liar yang sulit kita kendalikan. Apakah kita seberani pria bertato atau induk ayam membasminya? Atau minimal menekan angka kejadiannya sebagai uji kesaktian setelah menjalankan ibadah puasa. Insya Allah! (*)
Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni