Amanat Kepemimpinan; Oleh Prof M. Din Syamsuddin, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2005-2015
PWMU.CO – Judul di atas merupakan frasa ringkas, tapi bermakna dalam dan luas. Sebenarnya ada frasa terselubung di depannya, sehingga lengkapnya: Bagaimana menampilkan amanah kepemimpinan? Pertanyaan singkat tapi jawaban praktisnya susah didapat.
Kepemimpinan adalah salah satu dari dua sumbu (axis) kehidupan masyarakat, yang lainnya adalah kepengikutan atau keanggotaan. Walau tidak dalam pola hubungan antara superior dan inferior (karena Islam memandang adanya persamaan [al-musawah] antara manusia), namun kepemimpinan berfungsi sentral dalam menentukan arah perkembangan masyarakat.
Bahkan, tidak salah dikatakan bahwa baik-buruknya masyarakat (termasuk organisasi) sangat ditentukan oleh baik-buruknya pemimpin dan kepemimpinannya. Dalam bahasa Inggris ada adagium fish rots from the head atau ikan busuk dari kepala, yang berarti bahwa masyarakat atau organisasi akan membusuk atau rusak dari rusaknya pemimpin.
Dalam kaitan ini, Islam lewat lisan Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa “Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas kepemimpinannya.” Hadits ini menandai pemimpin dan yang dipimpin dengan kata ar–ra’un (pemimpin) dan ra’iyyah (yang dipimpin).
Keduanya, sebenarnya berhubungan dengan dunia peternakan, yakni ar–ra’un berarti penggembala dan ra’iyyah hewan gembalaan. Luas dipahami bahwa relasi antara keduanya, penggembala dan gembalaan, meliputi paling tidak tiga dimensi makna.
Pertama, mahabbah atau kasih sayang, yakni sang penggembala sayang terhadap hewan gembalaannya. Kedua, mas-uliyyah atau tanggung jawab, yakni sang penggembala merasa bertanggung jawab atas hewan gembalaannya, apalagi jika ia merupakan titipan dari pemiliknya.
Maka oleh karena itu sang penggembala memperhatikan hal ketiga yaitu maslahah atau kemaslahatan. Sebagai manifestasi dari amanah kepenggembalaan ini, seorang penggembala dengan penuh kasih sayang dan tanggung jawab membawa hewan gembalaannya, walau seekor domba, ke padang rumput nan jauh guna memberi makan kepada sang domba. Jika banyak, kerumunan domba gembalaannya dilayani secara sama, dan sekali-kali dia tidak melakukan adu domba.
Tiga Dimensi Kepemimpinan
Pada perspektif di atas, tiga dimensi utama dalam relasi kepemimpinan-kepengikutan adalah mahabbah, mas-uliyah, dan maslahah atau kasih sayang, tanggung jawab, dan kemaslahatan. Ketiganya dapat mengejawantah jika ada amanah. Amanah merupakah pilar utama kepemimpinan. Dapat dikatakan tiada kepemimpinan tanpa amanah, dan jika amanah tidak ada maka kepemimpinan itu tiada.
Amanah secara etimologis berasal dari akar kata yang sama dengan kata iman dan aman, yaitu amn, yang mengandung arti ketenteraman (lawan dari kata khawatir atau takut), dan amanah dilawankan dengan khianat.
Dalam kaitan ini konsep amanah dalam kepemimpinan berfungsi mendatangkan atau menciptakan ketenteraman dan ketenangan bagi masyarakat yang menjadi anggota atau pengikut dalam suatu kelompok/organisasi. Seorang pemimpin amanah adalah seorang yang tidak menyimpang, menyeleweng dari amanah rakyat/warga yang dipimpinnya.
Amanat kepemimpinan, dengan demikian, adalah wawasan sekaligus pendekatan kepemimpinan pada semua skala dan strata yang akan menjamin keamanan, ketenteraman, dan ketenangan bagi rakyat negara atau warga organisasi.
Seorang pemimpin yang amanah adalah seseorang yang dapat dipercayai, karena ia bertanggung jawab atas kepemimpinannya, yang ditunaikan dengan penuh kesungguhan (tidak berkhianat).
Dalam perspektif demikian, amanah kepemimpinan adalah penunaian tanggung jawab yang berorientasi pada penciptaan keamanan atau ketentraman, kesejahteraan, dan kemajuan bagi rakyat atau warga organisasi.
Kepemimpinan seperti itu yang oleh pakar manajemen modern disebut sebagai kepemimpinan perubahan (change leadership). Change leadership adalah kepemimpinan yang berkemajuan yang selalu berusaha mewujudkan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari yang akan datang harus lebih baik dari hari ini. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni