PWMU.CO – Ada kisah Julaibib sahabat Rasulullah di Kado Ramadhan Kantor Layanan (KL) Lazismu GKB Gresik disampaikan guru Bimbingan Konseling (BK) SMP Muhammadiyah 12 (Spemdalas) GKB Gresik Achmad Indra Baskoro SPsi, Jumat (5/4/2024).
Sebelum kisah terkait dengan sahabat Rasulullah, Indra sapaan akrabnya menyampaikan di hadapan peserta undangan tentang manfaat bulan Ramadhan di hadapan peserta undangan.
“Manfaat bulan Ramadhan, pertama melatih kesabaran dan kedua melatih kepekaan sosial,” katanya di Masjid Taqwa Spemdalas.
Dalam acara yang mengangkat tema Senyum Mereka Keberkahan Kita, Berbagi Keberkahan untuk Yatim dan Dhuafa di Bulan Penuh Berkah, dia juga menyampaikan bahwan di bulan Ramadhan ini ibadah perlu diperbanyak.
“Ya, shalat berjamaah, tadarus al-Quran, dan juga membantu orangtua,” katanya.
Untuk itu, lanjutnya, di bulan ini adalah kesempatan untuk meningkatkan kualitas ibadah. Dengan berpuasa di bulan Ramadhan, kita bersabar dan menahan diri dari godaan setan untuk berbuat hal buruk.
“Selain itu, pada bulan Ramadhan dibukanya pintu rahmat dan ampunan juga,” ucapnya.
Julaibib Sahabat Rasulullah
Dalam kesempatan yang sama, Indra cerita tentang sahabat Rasulullah yang bernama Julaibib. Dia adalah sahabat yang tak begitu terkenal, namun dia dirindukan bidadari-bidadari surga.
“Julaibib adalah pria dari kalangan Anshar dan seorang dari sahabat nabi. Julaibib termasuk sahabat nabi yang mulia. Pernah suatu ketika Rasulullah SAW menanyakan kepada Julaibib kenapa dia tidak menikah,” ceritanya.
Julaibib mengatakan dirinya tidak yakin akan ada wanita yang mau menikah dengannya. Sebab, dia tahu bahwa dirinya bukanlah pria bernasab, tidak rupawan, dan tidak memiliki harta.
Dikatakan, Julaibib merupakan nama yang tidak biasa di kalangan bangsa Arab, namanya juga tidak lengkap dan tidak bernasab. Julaibib terlahir tanpa tahu siapa kedua orangtuanya. Semua orang pun tak tahu atau tak mau tahu tentang dia, tentang nasabnya, atau dari suku apa dia berasal.
Tampilan fisiknya membuat tak ada yang mau berdekat-dekatan dengannya. Wajahnya jelek, posturnya pendek dan bungkuk, kulitnya hitam, miskin, pakaiannya lusuh, dan kakinya pecah-pecah karena tak beralas.
Julaibib adalah orang yang tidak diharapkan. Namun, bila Allah SWT berkehendak menurunkan kasih sayang-Nya, tak ada yang kuasa menghalanginya. Allah SWT memuliakan Julaibib dengan hidayah, yang semula hina di antara penduduk bumi menjadi mulia di antara penduduk langit.
Julaibib selalu berada di shaf terdepan dalam salat dan jihad. Meski kebanyakan orang tetap menganggapnya tiada, tapi tidak dengan Rasulullah SAW yang selalu menunjukkan perhatian dan cinta kepada umatnya.
Julaibib yang tinggal di selasar Masjid Nabawi suatu hari ditegur oleh Rasulullah SAW, “Julaibib, tidakkah engkau menikah?” lembut suara Nabi SAW memekarkan bunga jiwa Julaibib.
“Siapakah orangnya, ya Nabi, yang mau menikahkan anaknya dengan diriku ini?” Julaibib menjawab dengan senyuman. Tidak ada kesan dia menyesali dan menyalahkan takdir. Rasulullah juga tersenyum, dan ia kembali menanyakan hal yang sama kepada Julaibib hingga tiga hari berturut-turut.
Pada hari ketiga itulah Rasulullah SAW mengajak Julaibib ke rumah salah satu pemimpin Anshar. Betapa bahagianya tuan rumah menerima kunjungan kehormatan dari sang Nabi Allah SWT.
“Aku ingin menikahkan putri kalian,” kata Rasulullah SAW kepada pemilik rumah.
“Masya Allah, alangkah indah dan berkahnya. Duhai betapa kehadiranmu akan menjadi cahaya yang menyingkirkan temaram di rumah kami”, si wali mengira bahwa Rasulullah akan meminang anak gadisnya.
“Bukan untukku,” Aku pinang putrimu untuk Julaibib” kata Rasulullah SAW.
Ayah sang gadis tentu sangat terkejut mendengarnya, sedang istrinya berseru, “Dengan Julaibib? Bagaimana mungkin? Julaibib yang jelek dan hitam, tak bernasab, tak berkabilah, tak berpangkat, dan tak berharta? Demi Allah, tidak! Tidak akan pernah anak kita menikah dengannya!”
Sementara itu, anak gadisnya yang mendengar percakapan mereka dari balik tirai angkat bicara. Cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya mengalahkan segalanya.
Dia menerima pinangan dari Rasulullah SAW dan setuju untuk menikah dengan Julaibib. Cintanya kepada Allah SWT ditunjukkan dengan taat dan patuh kepada Rasul-Nya.
Namun, kebersamaan pasangan ini tidak berlangsung lama. Julaibib harus gugur saat berperang dan Rasulullah SAW sangat kehilangan.
“Apakah kalian kehilangan seseorang?” kata Rasulullah SAW usai pertempuran.
“Tidak, ya Rasulullah,” serempak para sahabat menjawab.
“Apakah kalian kehilangan seseorang?” kata Rasulullah SAW bertanya lagi. Wajahnya mulai memerah.
“Tidak, ya Rasulullah,” Sebagian sahabat menjawab dengan ragu dan was-was, beberapa melihat sekeliling dan memastikan tidak kehilangan seseorang.
Terdengar helaan nafas yang berat, “Aku kehilangan Julaibib, carilah Julaibib!” kata Rasulullah.
Para sahabat tersadar dengan sosok yang dicari Rasulullah SAW, akhirnya mereka menemukan Julaibib. Dia gugur penuh luka, di sekitarnya terdapat tujuh musuh yang telah ia bunuh. Rasulullah SAW dengan tangannya sendiri mengafani Julaibib dan mensalatinya.
“Julaibib telah lama dirindukan oleh para bidadari surga, meski di dunia dia memiliki istri yang salihah. Julaibib lebih diperhatikan oleh penduduk langit daripada penduduk bumi,” ceritanya. (*)
Penulis/Editor Ichwan Arif.