PWMU.CO – Terakhir, Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Paciran Daerah Lamongan mengadakan turba, safari Ramadhan terakhir dan buka bersama di Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Weru, Rabu (3/4/2024).
Wakil Ketua PRM Weru, Afzen Shohfi SPdI mengucapkan terima kasih atas silaturahim PCM Paciran ke PRM Weru yang dijadikan tempat terakhir turba dan safari Ramadhan oleh PCM Paciran.
Wakil Ketua PCM Paciran, Fatih Futhoni MPd dalam sambutannya mengatakan, turba dan safari Ramadhan di PRM Weru ini adalah urutan yang terakhir yang diselenggarakan oleh Majelis Tabligh dan Dakwah Komunitas PCM Paciran.
“Penguatan ideologi Kemuhammadiyahan dan menghidupkan kajian-kajian di ranting itu sangat penting karena sesungguhnya ruhnya Muhammadiyah adalah pengajian,” ucapnya.
Sementara itu, Ketua Majelis Tabligh dan Dakwah Komunitas PCM Paciran, Yusuf Abidin SQ dalam tausyiahnya menyampaikan bahwa nikmat terbesar bagi manusia adalah nikmat iman dan umur.
“Seseorang yang dikaruniai umur panjang lantas teguh dengan keimanan kepada Allah SWT dan mewujudkan keimanan itu dengan senantiasa beramal shaleh maka dialah sebaik-baik makhluk, sebagaimana firman Allah QS Al-Bayyinah ayat 7,” katanya.
Selain itu, ada sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh imam Tirmidzi, tatkala beliau ditanya oleh sahabat “Wahai Rasulullah siapakah sebaik-baik manusia itu? Maka Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang berumur panjang dan baik amal perbuatannya”.
“Maka kita wajib bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia kepada kita iman dan panjang umur sehingga tahun ini kita bertemu kembali dengan bulan Ramadhan yang di dalamnya penuh dengan keutamaan, di antaranya pahala dilipatgandakan, curahan maghfirah (ampunan) serta doa-doa dikabulkan oleh Allah SWT,” ucap Ustadz Yusuf.
Kisah Berharga
Dalam tausyiahnya, Ustadz Yusuf mengutip HR Ibnu Majah dari Thalhah bin Ubaidillah RA tentang dua bersaudara yang masuk Islam bersama-sama, lalu keduanya meraih husnul khatimah di sisi Allah SW , namun berbeda derajatnya dengan sebab umur yang berbeda.
“Dari Thalhah bin ‘Ubaidillah bahwa dua laki-laki dari Baliy (cabang suku Qudha’ah) datang kepada Rasulullah SAW dan keduanya masuk Islam bersama-sama. Salah seorang dari keduanya lebih giat dari pada yang lain. Orang yang sangat giat dari keduanya itu ikut berperang lalu mati syahid. Sedangkan yang lainnya hidup setahun setelahnya, lalu meninggal dunia,” cerita Ustadz Yusuf.
Thalhah berkata, “Aku bermimpi, ketika aku sedang berada di pintu surga, aku melihat keduanya. Tiba-tiba ada seseorang keluar dari dalam surga, lalu mengizinkan orang yang mati terakhir dari keduanya (untuk masuk surga lebih dahulu, lalu orang itu masuk lagi ke dalam surga).
Lalu dia keluar lagi dari surga, lalu mengizinkan orang yang mati syahid (untuk masuk surga). Lalu dia menemuiku kemudian berkata, “Kembalilah, karena sesungguhnya belum datang waktu untukmu (boleh masuk surga)”.
Besoknya Thalhah menceritakan kepada orang-orang dan mereka keheranan terhadapnya. Hal itu sampai kepada Rasulullah SAW, mereka menyampaikan cerita itu kepada Rasulullah.
Maka Rasulullah bersabda, “Dari sisi mana kamu heran?” Mereka menjawab, “Wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, orang yang satu ini lebih giat dari yang lain, lalu dia juga mati syahid, tetapi orang yang terakhir (mati) itu masuk surga lebih dahulu”.
Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukankah dia (orang yang terakhir mati itu) masih hidup setahun setelahnya?”
Mereka menjawab, “Ya”. Beliau bersabda lagi, “Dan (bukankah) dia telah menemui bulan Ramadhân lalu berpuasa Ramadhân, dan dia telah melakukan shalat sekian banyak sujud di dalam setahun?”
Mereka menjawab, “Ya”. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jarak antara keduanya lebih jauh dari jarak antara langit dan bumi”. (HR. Ibnu Majah) (*)
Penulis Anas Ma’ruf Editor Nely Izzatul