PWMU.CO – Hebatnya seorang muslim menjadi bahasan yang disampaikan oleh Taufiqur Rohman MPdI saat khotbah shalat Idul Fitri 1445 Hijriaah di Stadion Brawijaya Purwoharjo Banyuwangi Jawa Timur, Rabu (10/4/2024).
Pukul 6.00 pagi hari, ratusan jamaah terdiri jamaah laki-laki dan perempuan telah memadati Stadion Brawijaya tempat shalat Idul Fitri akan dilaksanakan.
Di awal khotbahnya Taufiqur Rohman, Ketua Majelis Pustaka Informasi dan Digitalisasi (MPID) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Banyuwangi itu mengajak jamaah untuk bersyukur. Karena dapat berkumpul di lapangan untuk melaksanakan shalat Idul Fitri.
“Alhamdulillah, ini adalah momen yang sangat spesial, Hari Raya Idul Fitri 1 Syawwal 1445 Hijriyah yang jatuh bertepatan dengan tanggal 10 April 2024 Miladiyah,” ucapnya.
Di hadapan jamaah warga Muhammadiyah Purwoharjo itu dia mengatakan Idul Fitri merupakan capaian awal kebahagiaan bagi orang yang berpuasa Ramadhan. Hal itu telah dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW dalam salah satu hadis dari sahabat Abu Hurairah RA yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.
“Ada dua kebahagiaan yang diperoleh oleh orang yang berpuasa. Pertama, kebahagiaan saat ifthar (berbuka) atau Idul Fitri. Sedangkan yang kedua, kebahagiaan saat berjumpa dengan Tuhannya,” ulasnya.
Selanjutnya Taufiqur Rohman, alumnus Pascasarjana Pendidikan Islam Universitas Muhammadiyah Surabaya itu mengajak jamaah untuk mengimplementasikan nilai ketakwaan. “Karena itu merupakan kunci meraih kebahagiaan yang kedua, bertemu dengan Allah di akhirat kelak,” ajaknya.
Namun untuk meraihnya, sambungnya, tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan. Perlu pengorbanan yang sangat besar. Dan implementasinya pun harus dilakukan sepanjang hayat.
Di antara nilai ketakwaan itu adalah kemampuan untuk menahan hawa nafsu. Mampu untuk membatasi diri terhadap kenikmatan dunia yang meninabobokan. Rela berkorban, siap untuk melakukan perubahan, dan sanggup untuk menata ucapan.
Dalam konteks menata ucapan, Taufiqur Rohman menyitir satu ayat al-Quran Surat al-Ahzab 70. Di ayat tersebut dijelaskan perintah Allah kepada orang yang beriman untuk bertakwa dan berbicara dengan perkataan yang mengandung kebenaran.
Bahkan kemampuan menata ucapan menjadi standar keimanan seorang muslim kepada Allah dan hari akhir. Sambil dia mengutip hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim. “Hebatnya seorang muslim itu terletak pada padunya antara ucapan dan tindakan,” tegasnya.
Mengakhiri khotbahnya, Taufiqur Rohman berpesan kepada jamaah, di momen Idul Fitri ini untuk mulai kembali menata niat, ucapan, dan tindakan.
“Penting bagi seorang Muslim mampu menata ucapannya. Jangan sampai ia berbicara dengan sembarangan. Apalagi perkataan yang mengandung kedustaan. Sehingga berbeda dengan tindakannya. Yang justru akan mendegradasi pribadinya menjadi orang yang hipokrit. “Sikap kemunafikan inilah yang selalu menimbulkan kegaduhan dalam masyarakat. Dan harus dihindari oleh orang yang bertakwa,” pesannya. (*)
Penulis Ghulam Bana Islama. Editor Ichwan Arif.