Murid SD Mica Melukis Layang-Layang, Punya Filosofi Mendalam, Liputan Machmudi MZ
PWMU.CO – Jum’at (26/4/2024) murid-murid kelas IV SD Muhammadiyah 1 Candi (SD Mica) Labschool Umsida Sidoarjo tampak berkreasi melukis layang-layang di teras kelas lantai dua yang lebar.
Panas matahari pukul 09.00 tidak memengaruhi mereka saat menghias layang-layang. Dengan asyik mereka menorehkan cat akrilik warna-warni pada layang-layang. Ide-ide kreatif pun tertoreh pada laying-layang mereka. Sesekali mereka saling melirik karya teman di samping kanan-kiri. Lahirlah ide baru di untuk memberi tambahan kreasi di lukisannya.
Sebanyak 58 murid yang mengikuti outdoor class ini, termasuk 11 murid berkebutuhan khusus (inklusi). Ke-11 anak itu larut mewarnai bersama murid-murid reguler.
Awalnya mereka berbaris rapi menerima instruksi guru. Setelah beberapa menit mereka sibuk dengan rencana gambar masing-masing. Suasana makin seru. Ada yang cat akriliknya meluber, tumpah, ada yang memolesnya terlalu tebal. Semua asyik tenggelam pada kesibukan masing-masing.
Risya Fajrul Ummah SPd—guru pembimbing outdoor class ini—menyatakan anak-anak sangat menyukai kegiatan ini. “Inilah belajar yang diidam-idamkan murid, menyenangkan, bebas, muncul gagasan-gagasan liar dari lingkungan yang ia sendiri menyortirnya sesuai kata hati,” kata dia.
Mengapa media laying-layang? Menurutnya media ini kontekstual dan filosofis. “Kontekstual ya memang berwujud layang-layang tiga dimensi yang bisa dirasakan bentuk dan teksturnya,” ujarnya.
Sedangkan filosofi layang-layang, lanjutnya, memiliki potensi kebebasan. Layangan bebas terbang sesuai kemauan sang pelayang. Hidup inipun sejatinya kita harus bisa mengendalikan motif warna hidup kita, arah pergerakannya sudah sesuai arah Tuhan?
“Bahkan akhir dari permainan layang-layang adalah putus terbang tak tentu arah atau akan kembali turun kepada sang pelayang dengan perlahan namun pasti. “Pastinya kita akan kembali ke pangkuan Allah SWT,” ujarnya.
Risya menerangkan, ke depan akan diterapkan ke media baru yaitu taplak meja.
Disambut Baik
Kegiatan ini disambut baik oleh para murid. Seperti diungkapkan Nabilah Ayu Azzahra, murid Kelas IV Utsman bin Affan. Dia suka sekali dengan kegiatan mewarnai layang-layang ini. “Asyik sekali, saya bebas melukis dan mewarnai layang-layangku.”
Zia Ramadhani Musafak, siswa Kelas IV Utsman bin Affan, juga mengungkapkan hal senada. “Aku tadi senang dengan lukisanku sendiri. Pokoknya senang sekali dan akan saya tunjukkan pada papa-mama,” ujra murid yang sedari tadi ribet, tidak bisa diam.
Annisa Firdaus, ibunda Zia pun menyambut baik kegiatan itu, “Alhamdulillah untuk pelajaran melukis layangan seperti hari ini mampu mengasah kreativitas. Ananda juga lebih bebas berkreasi sesuai keinginan masing-masing,” ungkapnya.
Anis Hardiyanti, ibunda Ayla Shakila Putri Ardinata juga mengunkapkan hal yang sama. “Anak saya hari ini menyukai kegiatan melukis layangan, kapan-kapan bisa diulang pakai benda lain ya!.”
Qurnia A’yuni SPd, guru pembimbing outdoor class ini, menjelaskan hasil karya melukis layang-layang ini dibawa pulang ke rumah masing-masing untuk ditunjukkan kepada orang tua. “Layang-layang ini secuil kebahagiaan yang layak diberikan kepada orang-orang terdekat atau tercinta,” ujarnya. Menurutnya belajar di SD Mica diuapayakan sebagai ‘sekolahku adalah surgaku’ (almadrasati jannati), mengambil filosofi hadits yang berbunyi baiti jannati (rumahku adalah surgaku).
Menurutnya, hakikat belajar yang baik adalah bisa menikmati kebahagiaan. Belajar sungguh-sungguh dan ternyata hasilnya membuat kita tersenyum puas, itulah kebahagiaan.
“Melalui karya melukis layang-layang ini, seolah menujukkan bahwa kebahagiaan itu mudah didapat. Kreasi pikiran dan otak murid kita haruslah diasah sedemikian rupa agar mereka kelak menjadi sosok yang kreatif, bahagia, dan membawa kebermanfaatan untuk sesama,” terangnya.
Editor Mohammad Nurfatoni