Kisah Janda Perjuangkan Sekolah Empat Anaknya, Bantuan Lazismu Sangat Membantu, Liputan Yekti Pitoyo
PWMU.CO – Juwariyah (47) hidup sebagai single parent dengan empat anak. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan biaya sekolah, ia berjualan di kios Pasar Krian, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Suaminya, Ismail meninggal tahun 2020 pada masa Covid-19 karena penyakit diabet. Usahanya sudah dijalani hampir 15 tahun bersama suaminya. Dulu buka berjualan pukul 06.00 hingga 21.00, bergantian berjaga di pasar. Sebelum Covid-19 pembeli ramai, semua kebutuhan keluarga dan biaya sekolah terpenuhi dari hasil jualan.
“Saya merasakan berjualan semakin sepi tidak seperti sebelum Covid, sekarang banyak yang membeli secara online, sehingga sangat berkurang yang belanja langsung di pasar,” kenang Juwariyah saat ditemui kontributor PWMU.CO, Jumat (26/4/2024).
“Apalagi dulu waktu Covid pasar ini ditutup, hanya boleh buka sebentar dari jam 9 sampai jam 12 siang, sepi, penjualan anjlok,” lanjutnya.
Perhiasan hasil bekerja dengan almarhum suaminya, satu per satu terjual untuk membiayai sekolah, saat suami meninggal, empat anaknya masih sekolah semua. Yang pertama di SMA, kedua SMP, yang ketiga dan keempat di SD.
Sekarang anak pertama sudah kerja, di counter HP. Yang kedua baru lulus tahun kemaren selain membantu di toko sekarang ikut jadi kurir di perusahan cargo.
“Anak ketiga mondok di Mojokerto, biaya perbulan 1, 2 juta. Sangat berat karena sekarang jualan juga tidak seperti ketika suami masih ada. Beberapa kali berniat memindahkan ke sekolah yang dekat, ndak mondok lagi. Ketika ditanya alasannya oleh kiai di pondok, ya karena biaya, tapi sama pihak pondok masih digondeli anak saya sudah hafidz 7 juz, eman, semoga saja kakaknya yang bekerja bisa membantu, perolehan penjualan lapak ini cukup buat makan,” harapnya.
Juwariyah pernah mendapat keringanan. Setiap bulan hanya bayar Rp 950 ribu, karena sudah tiga bulan nunggak, tidak bisa membayar biaya mondok seban bareng adiknya masuk SMP.
“Waktu itu saya bingung kalau uang dipakai melunasi sekolah, saya tidak bisa kulakan, kalau ndak bayar ya bagaimana, sudah amanah dari almarhum agar anak saya nomor tiga dipondokkan,” ungkapnya.
Alhamdulillah Juwariyah kini dapat bantuan modal usaha dari Lazismu Sidoarjo, sehingga bisa dipakai buat kulakan.
“Bulan Ramadhan kemaren lumayan penjualnnya meningkat terutama di saat maleman atau sepuluh hari terakir menjelang hari raya, toko dengan nama Yan Snak mulai ramai pembeli,” ujarnya.
“Dengan adanya bantuan modal usaha dari Lazismu Sidoarjo ini, sangat membantu saya bisa kulakan dan setiap hari saya menyisihkan uang dari penjualan Rp 35 ribu untuk biaya di pondok,” ujarnya.
Juwariyah adalah salah satu penerima manfaat Program Pemberdayaan UMKM Binaan Lazismu Sidoarjo katagori Keluarga Yatim. Program ini hasil kolaborasi Lazismu Sidoarjo dan Lazismu Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan Bank Mega Syariah. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni