PWMU.CO – Founder Kampung Inspirasi Sultan Alfathir STP menekankan, “Siapapun bisa jadi apapun asalkan punya tujuan dan mau bertahan terhadap tujuan itu.”
Hal ini Fathir ungkapkan ketika ia hadir menjadi motivator di Halalbihalal dan Temu Asosiasi Pengusaha Nasyiatul Aisyiyah (Apuna) Gresik bertajuk ‘Silaturahmi Apuna menuju Perempuan Berdaya’. Lokasinya di lantai 3 Gedung Dakwah Muhammadiyah Gresik, Ahad (28/4/2024).
Bagaimana bisnis ekonomi digital bisa tumbuh bersama masyarakat ia kupas tuntas. Juara I Wirausaha Berprestasi Nasional 2023 ini memulai motivasinya dengan menceritakan ketika ia masih kuliah di Universitas Brawijaya Malang. “Saya ingin buka usaha yang bisa melibatkan masyarakat,” ujar Fathir.
“Kalau satu-satunya tujuan untuk mendapatkan uang, itu kurang bagus. Bisnis selain menghasilkan profit juga harus berkah. Berkah itu entah membuat orang lain atau diri sendiri lebih baik dari sebelumnya,” lanjut ayah dua anak itu.
Bisnis yang baik menurutnya bisa melibatkan banyak orang. “Sebelum bisnis sekarang, usaha kelima, saya pernah membuat keripik keong mas atau kol. Namanya polita,” ungkap Direktur CV Polita Nusantara ini.
Ia juga pernah membuat Sambal Juara Pedasnya, ia singkat Jupe. “Sambal instan yang bisa dikonsumsi pelanggan. Satu tahun, dua tahun, gagal. Saya pindah. Ganti jual ikan asap instan. Jadi usaha saya tidak ujug-ujug besar. Harus sabar menjalani prosesnya!” jelasnya.
Selanjutnya ia menjelaskan tentang Kampung Inspirasi yang ia kembangkan. “Itu wisata edukasi tematik khusus untuk anak sekolah, siswa TK maupun SD. Ada batik, pertanian, kereta api. Anak TK diajak naik kereta api tujuannya ke Kampung Inspirasi,” terang Fathir.
Dari usaha ini, ia bisa membuka 25 lapangan pekerjaan baru. “75 ribu siswa telah berkunjung ke sana,” imbuhnya.
Ia lantas mengakui, pada awal merintis bisnis itu selalu tidak enak. “Selalu tidak dihiraukan masyarakat. Anak muda saya ajak, saya latih, gak ada yang mau,” kenangnya.
Fathir pun lanjut mengenang bagaimana usaha awal ia mengembangkan Kampung Inspirasi. “Asalnya saya pandu sendiri. Saya cat sendiri,” ujarnya.
Hal itu ia kerjakan karena ia meyakini, orang berhasil mau mengawali sendirian. “Kalau tidak ada yang mau mendampingi, jarang ada yang beli, itu sesuatu yang wajar!” tegasnya.
Bisnis Inovatif
Bisnis inovatif pun ia ajarkan kepada para peserta dari kader Nasyiah sekabupaten Gresik yang tergabung di Apuna Gresik itu. “Kata kuncinya, menjadi kebutuhan orang. Paham kebutuhan pasar, bukan kebutuhan kita,” terang pria kelahiran tahun 1995 itu.
Fathir kemudian belajar dari kesalahannya di masa lalu, di mana usahanya tutup. “Saya asal membuat usaha sesuai kemampuan saya. Yang benar, orang butuh apa, saya harus memiliki kemampuan untuk memenuhi yang dibutuhkan orang!” tuturnya.
“Harusnya orang suka keripik seperti apa? Kemasannya seperti apa? Sehingga yang dibuat pasti cocok laku. Jadi kita gak perlu menghabiskan modal banyak untuk memulai karena sudah sesuai keinginan konsumen,” lanjutnya.
Ia lantas mengajarkan riset dalam berbisnis. “Kita wawancara,” ungkapnya. Yakni menanyakan kebutuhan konsumen.
Ini pula yang Fathir lakukan dalam merintis Kampung Inspirasi. Dia menanyakan ke sekolah-sekolah. “Mereka jawab, temanya banyak tapi untuk memenuhi tema itu jauh (lokasi belajarnya). Kesulitannya adalah budget terbatas sehingga harus ada paket terjangkau. Maka saya menciptakan program lengkap sesuai kebutuhan guru untuk menyelesaikan masalahnya,” terang pria asal Lamongan ini.
Dengan begitu, kata Fathir, niatnya sudah membantu. “Bukan untuk dapat uang terus darinya. Kalau niatnya sudah bantu menyelesaikan masalah orang, akan dimudahkan,” tegas Founder Yes Institute ini.
Setelah tahu kebutuhan pelanggan, Fathir menegaskan peserta harus punya kemampuan untuk menjawab kebutuhan pelanggan tersebut.
Bisnis Berteknologi
Kenapa bisnis harus berteknologi? Pertanyaan retorik Fathir ajukan. Menurutnya, harus memanfaatkan teknologi untuk menjangkau konsumen yang lebih luas. “Kami wisata edukasi yang pelanggannya tidak hanya di Lamongan,” ujarnya.
Strategi pun ia paparkan. “Kita buat foto-foto kegiatan. Diposting pakai medsos supaya jangkauannya lebih luas sehingga kita bisa membantu menyelesaikan lebih banyak orang. Jadi niat berkah lebih besar lagi,” imbuh peraih juara II wirausaha muda berprestasi itu.
Adapun terkait sistem order dan pengiriman, Fathir yakin semua teknologi harus dimanfaatkan untuk memudahkan menjangkau konsumen.
Ia lalu memberikan tips menjaga pelanggan. “Harus dijaga. Lebih baik punya kostumer sedikit yang terus order, kontinyu, daripada kostumer baru lagi, baru kagi. Kalau baru terus, berarti produk kita tidak disukai orang,” terangnya.
Fathir menekankan perlu melayani pelanggan dengan sopan, meski melalui chat. “Supaya dia mau beli lagi. Karena kita lebih mudah mempertahankan pelanggan daripada mencari pelanggan baru. Iklannya lebih kecil biayanya,” ujarnya.
Seperti di Kampung Inspirasi dua tahun terakhir, kata Fathir, pihaknya tidak melakukan iklan lagi. Sebab, sudah ada promosi dari mulut ke mulut oleh pelanggan yang merasa puas.
Menghindari idealis jadi tips berikutnya. “Aku bisanya bikin ini ya aku jual ini saja,” contohnya. Fathir tidak menyarankan demikian. “Selama bisnis idealis, susah menyesuaikan, maka akan susah bertumbuh,” lanjut peraih Top 25 Start Up Bisnis dari Astra International itu.
Termasuk sistem penggajian pun ia bagikan. “Kalau awal, gajinya harian saja. By project. Jangan bulanan. Pengeluaran (untuk gaji) boleh terjadi kalau ada pemasukan,” terang Fathir.
Motivasi
Motivasi yang Fathir sampaikan sukses mengundang peserta semangat mengajukan pertanyaan. Pertanyaan pertama terkait kendala modal usaha.
Fathir jadi ingat keterbatasan modal usahanya dulu. “Ketika mengawali Kampung Inspirasi, saya lulus kuliah. Usia saya 22 tahun. Saya mengawali dari sisa tabungan kuliah saya. Sekitar Rp 5 jutaan,” kenang peraih medali emas Pimnas 2015 yang diadakan Kemenristekdikti itu.
Di skala rumah tangga, Fathir menyarankan berangkat dari apa yang kita bisa. “Maka perlu memperbaiki apa yang kita buat agar sesuai keinginan pasar! Kalau di tahap awal, jangan pernah memulai usaha dari utang pinjaman. Berat. Pemasukan belum tentu tapi cicilan sudah pasti. Itu yang membuat kita tertekan. Berangkat dari apa adanya uang yang kita miliki saja,” ajaknya.
Kemudian Fathir lanjut menjawab pertanyaan apa yang memotivasinya menjalankan bisnis. “Ayah saya bilang, ayah itu gagal meraih mimpi karena tidak didukung nenekmu. Kamu tidak boleh jadi ayah yang tidak didukung lingkungannya,” ujarnya.
Ini mengingatkannya ketika mengembangkan usaha Keripik Polita. “Saya sambil kuliah. Yang ambil bahan bakunya ayah saya,” kenangnya.
Dari sini, ia menyimpulkan perlunya membuat ekosistem yang baik dari diri sendiri. Ekosistem ini bisa termasuk keluarga: orangtua, istri, dan anak.
Motivasi lainnya, Fathir ingin lingkungan dapat manfaat darinya. “Kalau ada order pengunjung, saya serahkan ke ibu-ibu sekitar,” contohnya.
Terakhir, Fathir mengungkap dirinya punya sifat untuk tidak mau kalah sama orang lain. “Sehingga effortnya, dalam menjalankan Kampung Inspirasi, saya mengerjakan bisnis ini hampir 24 jam. Itu yang membuat saya bergerak terus,” ujarnya. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni