PWMU.CO – Hubungan antar manusia yang baik tanda sukses puasa Ramadhan disampaikan Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik Drs Muhammad In’am M PdI, Ahad (27/4/2024).
Dalam kajian rutin Aabtu malam Ahad di Masjid Al Ihsan Lebanisuko Wringinanom, dia menyampaikan, kebiasaan masyarakat Indonesia pada momen lebaran untuk saling minta maaf.
“Minta maaf tidak harus nunggu Idul Fitri,” tuturnya.
Dia menegaskan harusnya orang yang bertakwa itu berkarakter pemaaf dan tidak pendendam. “Orang yang puasanya berhasil itu harus bisa menghilangkan penyakit hati, seperti pendendam,“ tambahnya.
Kemudian dia membacakan al-Quran surat an-Nur ayat 22, “Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
In’am menyampaikan ayat tersebut turun berkenaan dengan sikap sahabat Abu Bakar yang bersumpah tidak akan memberi nafkah kepada Misthoh (sepupunya) karena telah ikut menyebarkan isu perselingkuhan Aisyah (putrinya) dengan Shofwan bin Muathol.
“Jangan karena kebencian atau dendam kepada seseorang kemudian mengabaikan haknya, seperti tidak memberi makan,“ lanjutnya.
In’am mencontohkan bagaimana sikap Nabi Muhammad ketika dihina dan disakiti orang kafir tapi tetap menjalin hubungan dengan mereka.
“Halaman rumah Nabi sering dilempari kotoran hewan oleh orang yahudi. Ketika orang tersebut tidak melakukan dan diketahui sakit, Nabi menjenguknya. Akhirnya orang yahudi tersebut malah masuk Islam,“ tuturnya.
Kemudian dia mengingat bagaimana almarhum Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim Periode 1987 – 2000KH Abdurrahim Nur LC berpesan bahwa ngalah iku durung mesti kalah lan durung mesti salah (Mengalah bukan berarti kalah dan belum tentu salah).
Dalam kajian yang diadakan setelah shalat maghrib itu dia juga berpesan agar jangan pernah merasa paling shalih setelah beribadah selama bulan Ramadhan. “Dalam beragama tidak boleh berdasarkan perasaan, tapi harus berdasarkan ilmu,” tuturnya.
Kemudian dia mengutip Firman Allah dalam surat an-Najm ayat 32 dan Ali Imran ayat 112, “Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (an-Najm : 32 )
“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia.” (Ali Imran : 112).
Dia juga mengingatkan tentang orang yang rugi diakhirat menurut hadits Rasulullah. Yaitu orang yang hablum minallahnya tekun tapi mengabaikan hablumminannas. “Sia-sia pahala orang yang shalat, puasa, dan zakat, tapi masih suka mencela, menuduh, dan makan harta orang lain,” tuturnya.
Dia juga membacakan Firman Allah dalam surat al-Kahfi ayat 103-104, “Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.”
Dia menuturkan, kalau hari ini kita merasa punya salah dengan orang lain segera minta maaf. Atau pernah mencuri, segera minta kehalalannya. “Mari kita perbaiki hubungan persahabatan dengan sesama,“ ajaknya. (*)
Penulis Heri Siswanto. Editor Ichwan Arif.