PWMU.CO – Jika ingin amal kita diterima Allah, maka harus melakukan amalan. Hal ini disampaikan Lilik Shoichatun Nafsia dalam Gerakan Perempuan Mengaji (GPM) Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Wringinanom Gresik Jawa Timur, Ahad (28/4/2024).
Wakil PCA Tarik Sidoarjo ini membuka ceramahnya degan membaca Quran surat al-Furqan ayat 23. Dia menjelaskan ayat ini diperuntukkan orang kafir yang melakukan amal kebaikan dan ditolak oleh Allah karena jelas mereka tidak punya syahadahnya yaitu kalimat syahadat.
“Tapi ayat ini kenyataannya juga ditujukan pada kaum muslim yaitu tidak diterimanya amal ibadah karena amalannya cacat, baik cacat imannya, ikhtiarnya, maupun niatnya,” tegasnya.
Perempuan yang tergabung dalam Corp Mubalighat Aisyiyah Sidoarjo ini menerangkan syarat utama diterimanya ibadah adalah islam, iman juga ikhlas pada Allah dan sesuai yang dicontohkan Rasulullah.
“Bagi orang kafir meski ibadahnya, amalannya tampak baik dan banyak tapi tidak memenuhi dua syarat diatas maka amal itu bagaikan debu yang beterbangan,” ucapnya.
Sebuah musibah besar bagi kita, sambungnya, jika kita percaya bahwa semua amal kita di bulan Ramadhan kemarin pasti diterima Allah dan pastinya sudah borong banyak pahala puasa, tarawih, sedekah, dan tilawah.
“Dan kita berpikir tidak perlu lagi puasa Syawal atau puasa sunnah lainnya,” katanya.
Pembina Rohani Lapas Sidoarjo dan Porong ini mengajak jamaah yang bertempat di Masjid Al-Ikhlas Sumbersuko Wringinanom ini tetap melakukan kebaikan di bulan berikutnya adalah kategori diterimanya amalan Ramadhan.
Selanjutnya dia menyitir surat al-Lail ayat 5-10 yang berisi janji Allah memberikan kemudahan hambanya dalam melakukan kebaikan.
“Mari intropeksi diri masing-masing, kalau kemarin melaksanakan ibadah puasa Ramadhan ringan, mengapa sekarang susah dan berat puasa syawalnya, jika tarawih kemarin tak pernah kita tinggalkan, mengapa sekarang susah bangun tahajudnya meski hanya tiga rakaat witir,” imbuhnya.
Kedua, munculkan rasa khawatir dan takut yang besar pada diri kita jika amal kita tidak diterima, seperti nabi Ibrahim setelah membangun kabah membaca doa Rabbana wataqabbal minna yang berarti ya Tuhanku terimalah ibadahku.
Perempuan lulusan pondok pesantren Al-Mulminun Solo tahun 1999 ini mengatakan patokan amal Ramadhan diterima itu sebelum bulan Ramadhan atau sesudahnya (Muharram sampai Syaban) kalau program sebelum atau sesudah Ramadhan kita rajin shalat sunnah atau ibadah lainnya insyaallah itu bagian amal kita diterima.
“Tetapi ingat ini hanya kreteria bukan jaminan, jadi kita tidak perlu ujub atau bangga dan percaya diri,” katanya.
Ketiga, tetap berdoa dan meminta apa yang kita lakukan diterima oleh Allah. “Sulitnya ibadah itu adalah yang menjadikan ibadah kita sebagai pemberat amal Dan membuka pintu langit yang akan membuat hajat kita terkabul,” tegasnya.
Tanda Amal Diterima
Salah satunya istikamah, mengapa harus istikamah? lanjutnya, karena merupakan perintah Allah yang terdapat dalam al-Quran surat Hud ayat 112, di mana menjelaskan perintah istikamah dalam kebaikan pada diri Rasulullah.
“Meskipun beliau manusia yang sempurna Allah tetap menjaga diri Rasul dari istikamah,” ucapnya.
Dia menguraikan ternyata istikamah adalah hal yang sulit, kalau diri kita jauh dari yang dicontohkan Rasulullah termasuk manusia yang sering lalai, abai, malas, maka harus menumbuhkan semangat yang kuat dan besar sehingga bisa merasakan indahnya Ramadhan diluar Ramadhan.
“Jika amal kita belum tentu diterima ayo kita iringi istikamah kita dengan berdoa, siap Ibu?” tanyanya.
Karena itu, lanjutnya, Allah memerintahkan kita sesudah Ramadhan jika bertemu dengan teman hendaknya mengucapkan taqobbalallahu minna waminkum. “Dan jangan lupa berdoa setelah shalat rabbana wataqabbal minna,” ajaknya.
Amalan ditolak itu, dia meneruskan, hilang di hadapan Allah karena cacat, kelihatan bagus saja tapi tidak benar caranya dan tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah.
“Mengapa harus istikamah? Karena tidak ada yang menjamin amal kita diterima dan istikamah merupakan jalan diterimanya amal kita oleh Allah,” tegasnya.
Amal borongan lebih muda daripada yang rutin dan sesungguhnya amalan itu tergantung dari akhirnya. “Semoga Allah menerima ibadah kita di bulan Ramadhan kemarin dan kita diberikan istikamah dalam menjalankan ibadah bulan berikutnya, amin,” ujarnya.
GPM ini dibuka degan tilawah bersama yang dipimpin oleh Cantika Setya Putri siswi kelas II SD Muhammadiyah 1 Wringinanom yang merupakan lulusan termuda Metode Ummi tahun 2022 dan merupakan juara satu Tahfidh Open Day SD Muhammadiyah 1 Krian (SD Sakri) Sidoarjo kategori TK A tahun 2021. (*)
Penulis Kusmiani. Editor Ichwan Arif.