PWMU.CO – Dikdasmen PNF PP Muhammadiyah mengajak kader untuk memahami perbedaan antar golongan, baik perbedaan agama dan mazhab.
Hal inilah yang disampaikan Wakil Ketua Majelis Dikdasmen PNF Pimnpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dr Arbaiyah Yusuf MA dalam Hybrid Upgrading Workshop Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) di Shangrila Room Hotel Mercure Grand Mirama Surabaya, Jumat (3/5/2024).
Dalam kegiatan bertema Pengembangan Program dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang Memperkokoh Kebebasan Beragama dan Supremasi Hukum, dia mengatakan kalau nantinya kita menjadi pimpinan di daerah maupun di pusat, kita harus berdiri di atas semua golongan.
“Karenanya kita harus belajar dan paham perbandingan antar agama dan antarmazhab,” katanya.
Workshop selama tiga hari (3-5/5/2024) diadakan oleh Institut Leimena berkerja sama dengan Direktorat Jenderal HAM Kementerian Hukum dan HAM RI ini, dia menuturkan untuk bisa paham dan bertoleransi, itu kita harus mendalami seluruh agama.
“Bahkan untuk menjadi orang yang shaleh shalihah tidak cukup orang Islam hanya belajar tentang agama Islam, wajib juga belajar perbandingan agama dan mazhab,” katanya di hadapan 35 peserta lintas sekolah, lintas agama dan lintas daerah seluruh Jawa Timur.
Supaya ada pemahaman, lanjutnya, kalau ingin menjadi pimpinan nasional hingga internasional dalam titik-titik tertentu ini jadi keharusan bagaimana mengerti tentang agama lain, sehingga tidak justifikasi sendiri tanpa lebih dulu membuat kajian.
Kepada guru dan kader Muhammadiyah yang mengikuti workshop LKLB, Dr Arbaiyah memberikan pesan khusus, pertama perlu memperkuat kajian agar mampu menjadikan orang bisa toleran.
“Kedua, kita dari kelompok yang menyiapkan kader-kader pimpinan bangsa, harus dikenalkan sejak dini tentang semangat toleransi,” ujar guru besar UIN Surabaya ini.
Program LKLB yang diadakan oleh Institut Leimena dan 27 mitra lembaga pendidikan dan keagamaan telah melatih hampir 8.000 guru dari 37 provinsi di Indonesia. Program ini merupakan salah satu inisiatif pendidikan lintas agama yang mendorong guru untuk mengintegrasikan nilai-nilai toleransi dan kemajemukan dalam pembelajaran di sekolah.
“Belajar Literasi Keagamaan Lintas Budaya jangan takut pindah agama, tidak semudah itu. Rasulullah sendiri ditegur bahwa hidayah mutlak di tangan Allah SWT,” tegasnya.
Arba’iyah menjelaskan saat ini dia tengah mengembangkan Muhammadiyah Internasional Patnership. Dia berharap program bisa juga mengandeng Laimena Institut maupun dengan sekolah dari agama lain, seperti sekolah Kristen Gloria Surabaya.
“Dengan mengembangkan semangat toleransi, memudahkan kita untuk berinteraksi dan berkolaborasi lintas golongan,” tandasnya. (*)
Penulis Muhammad Syaifudin Zuhri. Editor Ichwan Arif.