PWMU.CO – Syawalan menjadi momen move on dari perbedaan pilihan politik sekaligus ajang konsolidasi organisasi Muhammadiyah.
Hal itu disampaikan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr dr H Sukadiono MM dalam Halalbihalal PWM Jatim yang berlangsung di Aula KH Mas Mansyur Gedung Muhammadiyah Jawa Timur Jl. Kertomenanggal Surabaya, Sabtu (4/5/2024) pagi.
Hadir di acara ini jajaran Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) se Jawa Timur, pimpinan majelis-lembaga PWM Jatim, dan Ortom.
”Alhamdulillah hari ini kita bersyukur kepada Allah bisa hadir dalam rangka halalbihalal keluarga besar Muhammadiyah Jawa Timur, mudah-mudahan apa yang kita lakukan mendapatkan rida Allah swt. Atas nama PWM Jatim saya jika ada salah mohon dimaafkan,” ujar Ketua PWM Jatim Sukadiono.
”Namun saya melihat ada ketidakpuasan antara bapak-bapak anggota PDM itu pasca pengumuman Mahkamah Konstitusi,” seloroh Sukadiono disambut tawa hadirin.
Dia berharap dengan momen Syawalan ini tidak sampai terjadi konflik horizontal antar Pimpinan Daerah Muhammadiyah. ”Kalau kalah ya sudah terima saja, sekarang waktunya move on konsolidasi organisasi,” katanya lagi-lagi disambut gemuruh tawa hadirin.
Dia menjelaskan teori psikologi terkait kategori manusia dalam memaafkan. ”Pertama seseorang yang susah memaafkan kesalahan orang lain, diperintah seperti apa saja sulit untuk memaafkan, diminta move on agak sulit,” jelasnya.
Kedua, orang memaafkan orang lain karena keterpaksaan. Mungkin banyak manusia memaafkan karena terpaksa, akhirnya terpaksa untuk memaafkan, terpaksa untuk menerima. Hal ini belum bagus, karena masih ada keterpaksaan.
Ketiga, memaafkan kesalahan orang lain dengan penuh keikhlasan.
”Saya yakin kalau kategori ketiga, jalinan silaturahmi kita sangat kuat, konsolidasi organisasi berjalan sangat kuat, kita bisa mengemban amanah sebagai pimpinan persyarikatan semua level ini akan bisa berjalan,” katanya.
Rektor UMSurabaya itu meminta anggota PDM menghindari faksi-faksi. Misal, ada faksi ketua, faksi sekretaris. Hal tersebut harus diselesaikan di tingkat PDM, jangan sampai berkembang.
Dia mengingatkan pesan tokoh Muhammadiyah Abdul Mali Fadjar bahwa konflik itu menguras energi.
”Kalau ada konflik, persyarikatan tidak akan berkembang. Ayo di tingkat PDM konsolidasi organisasi, konsolidasi pimpinan, meningkatkan wawasan pimpinan, agar kita bisa akseleratif dalam mengembangkan organisasi kita di segala level,” tandasnya.
Penulis Mahyuddin Syaifulloh Editor Sugeng Purwanto