PWMU.CO – Predikat haji mabrur yang menjadi cita-cita jamaah haji akan dapat ditandai dalam kehidupan nyata pascamenunaikan ibadah haji.
Menjadi mabrur (diliputi oleh al-birr) dapat dilihat apakah seseorang yang telat menunaikan ibadah haji mencerminkan empat dimensi makna al-birr yaitu kejujuran, ketaatan, kebaikan, dan keutamaan dalam kehidupan nyata. Jika tidak, maka predikat hajinya turun menjadi mardud atau tertolak.
Demikian disampaikan Prof Dr M. Din Syamsuddin, Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Pondok Labu, dalam Pengajian Halalbihalal Paguyuban Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Muhammadiyah Kota Semarang, di Masjid At-Taqwa Univeristas Muhammadiyah Semarang, Ahad, 5 Mei 2024.
Pengajian yang dihadiri seribuan eks jamaah haji KBIH Muhammadiyah Kota Semarang berlangsung guyub dan akrab, di Masjid At-Taqwa Kampus Unimus yang indah itu, maklum para jamaah selama mereka berada di Tanah Suci penuh dengan kenangan yang tak terlupakan.
Din Syamsuddin, yang berceramah sambil duduk, karena baru keluar dari RS, melanjutkan ceramah dengan mengatakan manifestasi kemabruran harus menjelma dalam semua aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, termasuk politik.
Jamaah haji jangan memisahkan politik dari agama. Dan sebagai khairu ummah, harus gemar beramar makruf nahyi mungkar, terutama terhadap kemungkaran struktural, yakni sistem kenegaraan Indonesia yang sudah menyimpang dari khittahnya yaitu UUD 1945 yang asli. Jamaah haji Indonesia harus menjadi pelopor perubahan dan perbaikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Di akhir ceramahnya Din Syamsuddin mendukung dan mendorong eks jamaah haji KBIH Semarang yg sudah berjumlah ribuan untuk mendukung pembangunan Manasik Centre Muhammadiyah Kota Semarang. Manasik Centre akan berfungsi sebagai pusat dakwah Islamiah dan pembinaan calon jamaah haji. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni