PWMU.CO – Din Syamsuddin: Aisyiyah jangan lelah beramar makruf bernahyi munkar. Yakni menegakkan kebenaran dan mencegah kemungkaran.
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah 2005-2010 dan 2010-2015 Prof Dr M. Din Syamsuddin mengingatkan itu dalam ceramah Halalbihalal Pimpinan Wilayah Aisyiah (PWA) DKI Jakarta, Selasa (7/5/2024). Seribu jamaah memenuhi aula Aula Ir Juanda Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat.
Peserta berasal dari Pimpinan Aisyiah se DKI Jakarta. Turut hadir Ketua Umum PP Aisyiah Dr Apt Salma Orbayinah MKes, Dr Diyah Pusparini dari PP Aisyiah, dan Ketua PWA DKI Jakarta Dra Elo El Bugis MAg.
Prof Din mengaitkan amar makruf nahyi munkar sebagai salah satu dari dua misi utama Muhammadiyah, selain ad-da’wah ilal khair (pembangunan kebudayaan). “Jika yang kedua tidak dilakukan maka yang pertama akan mudah pupus dan runtuh,” ujarnya.
Prinsip amar makruf nahyi munkar juga Prof Din kaitkan dengan khairu ummah (mmat unggulan) yang salah satu fungsi atau prasyarat utamanya adalah amar makruf nahyi munkar. “Menjadi khairu ummah ini merupakan tujuan ibadah-ibadah Ramadhan, yaitu pembentukan sumber daya insani dengan kapasitas fitrah kemanusiaan,” ungkapnya.
Menurut Prof Din, fitrah kemanusiaan berdimensi ganda yaitu kesucian dan kekuatan. “Maka insan fitri adalah insan suci dan juga insan kuat. Hal inilah yang akan membawa umat Islam sebagai umat terbaik, umat berkemajuan, dan berkeunggulan,” imbuhnya.
Oleh karenanya, Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Pondok Labu ini menekankan, Muhammadiyah atau Aisyiah tidak boleh lelah beramar makruf bernahyi munkar terutama terhadap kemungkaran struktural yang melilit Bangsa Indonesia dari sistem kebangsaan dan kenegaraan yang rusak.
“Kemungkaran struktural ini berdaya rusak sistemik yang sangat berbahaya bagi eksistensi bangsa dan negara di masa depan. Secara khusus, kemungkaran struktural yang merajalela dan diperkuat oleh perilaku kepemimpinan yang merusak pula,” imbuhnya.
Perbaikan dan perubahan, menurut Guru Besar Politik Islam Global FISIP UIN Jakarta ini, seyogyanya dari dalam (change from within), yakni oleh kepala negara atau para wakil rakyat. “Nestapanya, partai-partai politik tiarap dan terkesan menikmati sistem yang rusak itu. Maka harapan kepada Presiden, siapa pun dia, untuk melakukan perbaikan dan perubahan dari dalam!” harapnya.
Kalau tidak, lanjut Prof Din, rakyat yang cinta kebenaran, kejujuran, dan keadilan harus bangkit dalam gerakan moral, memberi tekanan politik kepada partai-partai politik untuk tidak terlena dengan sistem rusak, yang seolah-olah baik-baik saja, padahal menggerogoti kehidupan bangsa dan negara. (*)
Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni