PWMU.CO – Kuatkan Program GenQ45 (Generasi Quran 2045), Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial (MPKS) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Surabaya mengadakan kegiatan Studi Kunjung di Pondok Pesantren Al-Ishlah Sendangagung Paciran Lamongan Jawa Timur, Jumat-Sabtu (10-12/5/2024).
Sebanyak 38 orang yang ikut Studi Kunjung dengan rincian 32 laki-laki dan 6 perempuan ini disambut oleh Pengasuh Ponpes Al-Ishlah, Drs KH Muhammad Dawam Saleh bersama Ketua Yayasan, H Ahmad Tohir S di Gedung Sekretariat Al-Ishlah.
Turut menyambut tamu agung dari Surabaya ini beberapa anggota Dewan Pengurus Ponpes Al-Ishlah (DPPI), Dra Hj Mutmainnah, M Azzam Mushoffa Lc, Imaduddin SAg, M Arromuharmuzi MPdI, Agus Susilo Lc, Gondo Waloyo MA, Ahmad Faried SPdI, dan Wahyuni SAg.
Pimpinan rombongan MPKS PDM Surabaya, Ferry Yudi Antonis Saputro SHI MPdI menjelaskan bahwa dia dan rombongan ini berasal dari Lembaga Kesejahteraan sosial Anak Muhammadiyah (LKSAM)/ Panti Asuhan yang berada di bawah naungan Majelis Pembinaan kesejahteraan sosial (MPKS) PDM Kota Surabaya.
“Kehadiran kami bertujuan untuk studi kunjung, menjalin silaturahim dan observasi lapangan mengenai ke-Pondokpesantren-an dalam rangka penguatan program Generasi Quran 2045 (GenQ45),” ujarnya.
Ketua Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial (MPKS) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surabaya sangat terkesan ketika berada di Pondok Pesantren Al Ishlah.
“Jujur saya kagum, dengan kesederhanaan Kiai Dawam, nilai-nilai kearifan dan keteladanan terpancar dalam aura beliau,” ujar pria yang beralamat Dukuh Gogor RT 05 RW 02 Kelurahan Jajartunggal kecamatan Wiyung Kota Surabaya ini.
Ketua Majelis Tabligh dan Ketarjihan Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Surabaya 2022-2027, Etty Sunanti SThI MPsi, yang juga salah satu rombongan ini merasa terenyuh atas sambutan istimewa dari Pengasuh Ponpes.
“Kiai Dawam, bisa mengisi tausiyah atau kuliah shubuh selama 38 tahun, kalau bukan orang ikhlas, ini tidak akan mungkin. That is amazing, that is wonderful. Vibrasi keikhlasan dan keistikamahan beliau, Insya Allah secara sunnatullah (fitrah) bisa membawa efek positif pada sekitarnya,” ujar wanita yang berdomisili di Kupang Krajan Kulon 4 nomer 12 B Surabaya ini.
Sementara itu, Ustadz Dawam dalam sambutannya menceritakan perjalanan saat mendirikan Pondok Pesantren Al-Ishlah di tahun 1986, ia ingin meniru Gontor.
“Saya ingin meniru Gontor yang berhasil memproduksi alumni yang kebanyakan sukses dalam berbagai bidang,” tutur alumnus KMI Gontor 1972 yang juga anggota wakaf Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor ini.
“Tetapi fakta historis itu susah. Akhirnya pondok ini tumbuh berkembang sampai sekarang dengan jumlah santri 2200 ini dan memiliki ciri khas yang beda dengan Gontor, tetapi saya tetap ingin tiru Gontor,” tandas kiai yang suka menulis puisi ini.
Enam esensi keberhasilan Gontor yang tetap ingin ditiru itu adalah;
- Asrama/pondok/boarding
- Keseimbangan antara ilmu umum dan ilmu agama
- Aktif menggunakan bahasa Arab dan Inggris
- Disiplin dalam segala bidang
- Aktif dan disiplin dalam ekstrakurikuler, organisasi, kepemimpinan
- Uswah kiai atau pimpinan dalam ilmu amal ibadah dan fokus untuk pesantren. (*)
Penulis Gondo Waloyo Editor Nely Izzatul