PWMU.CO – Tiga tanda manusia bahagia dunia akhirat terungkap pada kajian rutin bulanan di Masjid al-Azhar Sekapuk, Ahad (12/5/2024).
Penyelenggara kajian tiap Ahad kedua itu Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Sekapuk, Ujungpangkah, Gresik. Ratusan jamaah hadir dari warga Desa Sekapuk maupun desa di kecamatan Ujungpangkah, Panceng, dan Sidayu.
KH Rifqi Rosyidi Lc MAg dari Pondok Modern Paciran Lamongan awalnya menyampaikan, “Orang yang mau hadir dalam majelis ilmu menandakan ukuran kualitas keimanannya tidak perlu lagi diragukan.”
Mengutip Kitab Alamus Saadah karangan Ibnul Qayyim jauziyah, dia menjelaskan, hamba dapat memperoleh tanda-tanda kebahagiaan di dunia dan akhirat pada tiga hal. “Hal ini tidak bisa terlepas dari urusan manusia yaitu mendapatkan kenikmatan, mendapatkan musibah, dan berbuat dosa,” urainya.
Pertama, kata Rifqi, saat mendapatkan kenikmatan harus bersyukur. Caranya, melaksanakan ibadah yang sempurna bukan hanya sebatas mengucap Alhamdulillah.
“Sebagai contoh, Rasul Muhammad sudah dijamin masuk surga tapi masih istikamah mendirikan shalat tahajud karena ingin menjadi hamba yang bersyukur,” terangnya.
Rifqi menambahkan, syukur ada tiga komponen yaitu pengakuan di dalam hati, pengucapan di lisan, dan praktik dalam perbuatan. Ia pun bertanya retorik, “Harta yang dimiliki diperuntukkan menuruti nafsu atau menjalankan ibadah?”
Ia lantas teringat pada anak di sekolah desanya. “Selama proses pembelajaran sampai lulus tidak pernah membayar biaya padahal ayahnya bekerja sebagai pengoleksi mobil, tapi saat sekolah di pesantren di kota bisa bayar biaya sekolah dengan teratur,” kenangnya.
Kata Rifqi, “Kita tidak mungkin bisa beribadah kecuali atas kehendak Allah dan harus bersikap tidak banyak meminta (doa) kepada Allah tapi meyakini Allah selalu memberi.”
Ia menegaskan, para ulama membiasakan tidak banyak meminta tapi lebih banyak berdzikir dan beribadah. “Meminta belum tentu diberi oleh Allah karena banyak hal prasyarat. Di antaranya ada waktu dan tempat yang mustajabah agar doa dikabulkan. Tetapi berdzikir dan beribadah tanpa ada batasan waktu dan tempat. Semua pasti diterima dan diberi balasan,” jelasnya.
Sabar Hadapi Musibah
Kedua, saat mendapatkan musibah harus bersabar. “Memberikan ujian itu adalah pilihan terakhir bagi Allah untuk mengingatkan hambanya agar menjadi pembelajaran dan agar hamba itu diampuni dosanya,” jelasnya.
Rifqi mengungkap, Allah punya cara agar manusia meninggal tanpa dosa. Seperti perintah shalat lima waktu, shalat Jumat, puasa, umrah, haji, dan yang terakhir adalah musibah. “Fungsi musibah adalah menghapus dosa seperti sakit, kelaparan, kemiskinan, bencana kematian dan lainnya,” katanya.
Selanjutnya ia menerangkan, ada tiga tingkatan cara manusia menghadapi musibah. Yaitu suka mengeluh, bersabar dapat menghapus dosa dan ridha dapat meningkatkan derajat manusia pada kemuliaan.
Ia menekankan, “Ada yang sangat sulit dalam menghadapi ujian Allah yaitu ujian saat diberi kenikmatan. Contoh, nikmat harta, kesehatan. Semua kenikmatan itu harus untuk beribadah.”
Ketiga, saat berbuat salah atau dosa segera menyadarinya, memohon ampun kepada Allah dan mengikutinya dengan perbuatan baik. “Sebaik apapun manusia pasti pernah berbuat dosa. Kesalahan yang diperbuatnya harus menjadi evaluasi agar bertambah jadi baik, manusia yang maju itu mau belajar dari kesalahannya,” ujarnya.
Akhirnya Rifqi menyampaikan, Rasul Muhammad mengajarkan setiap selesai shalat harus membaca Istighfar sebagai bentuk pengakuan keterbatasan manusia dan pengakuan terhadap Allah yang maha Rahman dan Rahim. “Menurut Ibnu Umar, orang yang bertakwa tidak pernah menganggap dirinya lebih baik daripada orang lainnya,” tutupnya. (*)
Penulis Muhammad Khoirum Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni