Kampus Merdeka, Peluang atau Ancaman bagi Kader? Oleh Norlin Zuriatmy, kader IMM Tulungagung
PWMU.CO – Program Kampus Merdeka diluncurkan sejak bulan Januari tahun 2020 yang lalu. Lahirnya program baru yang dibawa oleh Mas Menteri Nadiem Makarim ini bisa menjadi peluang besar bagi mahasiswa untuk menggali potensi dan mengembangkan pengalaman diri sebagai mahasiswa.
Walaupun banyak kritik dari berbagai pihak, program ini masih eksis menjadi primadona bagi mahasiswa di kampus. Bahkan keberadaannya sempat menggeser masifnya organisasi-organisasi yang ada di kampus.
Maka, kebijakan yang menurut Mendikbudristek Nadiem Makarim dapat “melepaskan belenggu kampus agar lebih mudah bergerak” ini, misalnya, dapat dicap memperkuat komersialisasi pendidikan.
Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) memiliki beberapa ciri, sebagai berikut: pertama, kampus akan memiliki hak otonomi membuka program studi baru. Syaratnya, perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS) harus memiliki akreditasi A dan B. Sebelum diberlakukan peraturan yang baru, yang boleh membuka program studi baru hanya yang sudah berbadan hukum (perguruan tinggi negeri badan hukum/PTN BH).
Syarat tambahan: program studi tersebut baru dapat dibentuk jika kampus telah menjalin kerja sama dengan mitra perusahaan, organisasi nirlaba, institusi multilateral, atau universitas peringkat top 100 QS dan bukan di bidang kesehatan dan pendidikan.
Perubahan kedua diberlakukan dalam proses akreditasi. Lewat Kampus Merdeka, akreditasi “bersifat otomatis.” Kenyataannya, akreditasi wajib dilakukan setiap lima tahun sekali.
Ketiga, Nadiem akan mempermudah PTN Badan Layanan Umum (BLU) untuk menjadi PTN BH. Hingga saat ini, yang dapat menjadi PTN BH hanya perguruan tinggi berakreditasi A.
Poin keempat terkait sistem kredit semester (SKS). Pada poin ini berusaha untuk mengubah “definisi SKS,” kata Nadiem, yang tidak lagi diartikan sebagai “jam belajar,” tapi “jam kegiatan.”
Dampak Positif
Survei Kemandirian dan Pemetaan MBKM Prodi 2023 oleh web.kemendikbud menunjukkan bahwa program ini memberikan dampak yang cukup luar biasa bagi mahasiswa. Misalnya, mahasiswa yang mengikuti dalam program ini mengalami peningkatan kompetensi dalam berbagai aspek, termasuk manajemen diri, komunikasi interpersonal, kepemimpinan, dan kepercayaan diri.
Tak hanya itu, program ini juga terbukti memberikan dampak positif dalam berbagai aspek, seperti dampak ekonomi, sosial, dan kelembagaan. Hal ini memberikan optimisme keberlanjutan kebijakan ini dalam mendukung pendidikan yang lebih berkualitas di Indonesia, khususnya, Program Magang Bersertifikat yang akan memberikan peluang kepada mahasiswa untuk mendapatkan tawaran pekerjaan yang lebih baik bagi masa depan.
Karena itu, kesempatan dan peluang pekerjaan terbuka lebar seperti golden ticket dalam meningkatkan kompetensi dan keterampilan yang diperoleh dari program yang diterapkan.
Ancaman bagi Kader
Melihat banyaknya tawaran peluang yang sangat menjanjikan bagi mahasiswa dapat menggeser organisasi-organisasi yang ada di kampus negeri maupun kampus swasta. Lebih khusus, kampus Muhammadiyah yang saat ini berdampak pada kader-kader baru. Mereka lebih memilih adanya program unggulan yang ditawarkan Kemendikbudristek.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) saat ini seharusnya mulai membuat gerakan baru untuk bisa mempertahankan eksistensinya di kampusnya sendiri dalam menguatkan kadernya agar aktif dalam mengikuti kegiatan-kegiatan IMM. Karena eksistensi kader IMM saat ini lebih melirik program kampus Merdeka dibanding aktif organisasi IMM. Lebih khusus, mahasiswa baru yang mengikuti program tersebut sangat banyak, mereka akan lebih sibuk dan diwajibkan aktif mengikuti program kampus Merdeka jika lolos nantinya.
Maka dari itu, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah harus memiliki cara baru untuk menarik kader-kader barunya agar tidak terjadi kehilangan kader nya sendiri. Cara perkaderan yang lebih menarik dan kreatif nantinya akan dilirik bagi calon kader–kader baru. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni