PWMU.CO – Empat prinsip klinik sehat dengan tata kelola yang baik disampaikan anggota Divisi Sumber Daya Insani (SDI) Majelis Pembinaan Kesehatan Umum (MPKU) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Munadi SKep Ns.
Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) MPKU PWM Jatim ke-14 dihadiri 52 klinik dengan total peserta 164 orang yang berlangsung selama dua hari ini digelar di Rayz UMM Hotel Malang, Jumat-Sabtu (31-1/5/6/24).
Munadi menyampaikan materi dengan memperlihatkan gambar- gambar di slide, karena kalau bentuk tulisan kuatir tidak terbaca, apalagi materi disampaikan pada jam malam, jam berat untuk kondisi peserta yang seharian sudah banyak menerima materi ujarnya.
Dia menceritakan, dua tahun yang lalu namanya akreditasi klinik itu siapa pun tidak tau. Dan ada kewajiban seluruh klinik Muhammadiyah-Aisyiyah harus terakreditasi.
Di Jawa Timur waktu itu iconnya adalah Dokter Shopiaty Sutjahyati, maka MPKU PWM Jatim minta tolong kepada beliau selama satu bulan Ramadhan dan setiap Ahad diajari satu persatu mengenai proses akreditasi mulai jam 09.00-16.00 cerita Munadi yang juga owner Klinik Surya Medika ini.
Dia melanjutkan, setelah ilmu yang didapat dari dokter Shokib diimplementasikan MPKU untuk mengerakkan keseluruh klinik agar melakukan proses akreditasi. Maka kurang dari enam bulan 49 klinik terakreditasi, langsung disambut tepuk tangan 164 peserta Rakerwil.
Agar peserta tidak ngantuk, kembali Munadi menampilkan gambar di slide yang menceritakan kunjungan MPKU di klinik Magetan. Klinik-klinik yang ada ini harus sering dikunjungi, kenapa? kalau hanya dipanggil jawaban klinik pasti laporannya bagus-bagus, alhamdulilah lancar selalu begitu jawabannya.
Begitu MPKU berkunjung terlihat kliniknya bersih ndak ada pasiennya, merugi dan sebagainya kisahnya.
Klinik Sehat
Munadi lalu menerangkan, klinik dikatakan sehat itu seimbang antara provit, people, dan environment. Klinik yang sehat itu keuangannya sehat, sumber daya manusia dan lingkungannya sehat.
Lingkungan itu apa? Yaitu hubungan dengan masyarakat sekitar, hubungan dengan puskesmas, dan hubungan dengan dinas kesehatan itu bagus kata Munadi.
“Nah, selama ini kita selalu fokus bahwa klinik itu ya dokter, perawat,” Padahal tidak, kalau kita belajar struktur organisasi dan tata kelola klinik itu terdiri tiga elemen penting yaitu pemilik, pimpinan, dan pelaksana.
Ketiganya harus seimbang. Selama ini kita hanya mengedukasi pimpinan, kita ajak untuk akreditasi.
Sedangkan penyelenggara diajari ilmu dasar pengelolaan klinik, sehingga bisa tau target pendapatan klinik barapa, maksimal gaji SDM ada berapa, maksimal belanja obat ada berapa persen dari pendapatan, minimal SHU dari pendapatan berapa kata pegawai RSML ini.
Penyelenggara lanjutnya, harus menguasai ilmu dasar bisnis. Maka Bapak-Ibu yang pertama kali dipelajari adalah entrepreneur, sehingga mampu mengubah masalah menjadi berkah.
Dia mencontohkan ketika terjadi pandemi Covid-19, penyelenggara klinik, dokter, perawat gelisah, kenapa gelisah karena tidak faham obatnya. Akhirnya kliniknya sepi dan mati.
Ada berapa klinik yang mengajukan untuk tutup sementara, tapi klinik-klinik yang penyelenggaranya entrepreneur mengerti ilmu bisnis Covid-19 menjadikan peluang ucapnya.
Lalu penyelenggara memanggil pengelola dan karyawan dan ditanya untuk kebutuhan penanganan Covid-19 dicukupi APD dan sarananya. Dengan mengucap bismillah kita berjihad layani pasien Covid-19.
Munadi melihat klinik yang melayani Covid-19 waktu itu SHUnya melonjak tinggi, tapi klinik yang penyelenggaranya tidak faham entrepreneur melihat masalah ini menjadi masalah. Kliniknya ditutup, akhirnya apa? pasiennya buyar, karyawanya buyar, kliniknya juga buyar serius ini kisahnya.
Cara Mengelola Klinik
Oleh karena itu habis Rakerwil ini dia mengajak penyelenggara bagaimana bisa mengelola klinik supaya kliniknya benar-benar bisa surviv.
Lalu Munadi kembali menunjukkan slide ada gambar klinik Muncar Banyuwangi. Dia mengatakan klinik ini istimewa, kenapa? karena klinik ini jaraknya dekat dengan rumah sakit tipe C, tapi klinik Muncar pasiennya banyak diatas 100 pasien dan BORnya 100 perse,70 persen pasiennya umum dan ini survive keren ya.
Dia kasih tau kepada peserta Rakerwil rahasianya klinik Muncar menerapkan satu pasien umum satu kamar berAC, pasien BPJS juga satu pasien satu kamar.
“Agar bisa memahami pengelolaan klinik, maka Munadi mengajak klinik-klinik Muhammadiyah-Aisyiyah untuk healing jalan-jalan dari satu klinik ke klinik lain,”
Klinik rawat inap study banding ke klinik rawat 5, klinik utama study banding ke klinik utama, jangan salah study banding nantinya tambah bingung ucapnya.
Munadi berpesan mengelola klinik itu tidak boleh dirangkap pemilik atau penyelenggara jangan menjadi karyawan, fatal kalau dirangkap nanti ada conflict of interest, karena kebutuhannya beda. Pemilik maunya kliniknya ramai, untungnya besar, pertumbuhan cepat, itu pemilik
Karyawan maunya pasiennya sepi, bayarannya akeh, ngopi-ngopi, tura-turu, betul apa tidak selorohnya Munadi disambut gemuruh peserta Rakerwil.
Kalau karyawan digaji secara proposional, tapi pemilik tidak berhak digaji.
Pemilik tugas utama membuat rentra (rencana strategis) dan menjamin bahwa keuangannya stabil. Membangun klinik bukan kewajiban pimpinan atau direktur, tapi pemilik.
Karyawan tidak gajian tanggung jawab pemilik, pimpinan sebagai apa, kalau tidak terakreditasi berarti pimpinan, kerjasama BPJS diputus tanggung jawab pimpinan. Pimpinan itu fokus diregulasi, contoh izin operasional klinik hidup apa mati.
Jadi pimpinan harus faham ini, pemilik juga harus faham, jangan jadi pemilik begitu tau kliniknya bati mora-moro, sebaliknya kliniknya sepi gak ketok blas ini ndak profesional kata Munadi.
Empat Prinsip Tata Kelola
Dia melanjutkan prinsip tata kelola ada empat pertama transparansi, itu artinya bahwa pihak-pihak yang ingin mengetahui tentang klinik itu bisa ditunjukkan, tidak ditutupi.
Kedua akuntabilitas, bisa dihitung jangan bikin laporan glondongan, makanya Rakerwil ini kita datangkan khusus untuk membahas laporan keuangan.
Yang ketiga proses layanan internal. Kalau Bapak-Ibu lihat klinik-klinik bukan milik Muhammadiyah, tapi klinik pribadi pemiliknya itu setiap hari hadir, lalu dia bertanya ke klinik minta kebutuhan apa?
Sedangkan pemilik klinik Muhammadiyah saya yakin setiap hari atau satu pekan kadang-kadang tidak datang, mungkin satu bulan juga tidak datang. Bagaimana bisa maju kalau pemilik saja tidak pernah melihat kliniknya ungkap Munadi.
Yang keempat terakhir proses untuk pembelajaran dan pertumbuhan. Jadi kita dituntut belajar dan tumbuh, artinya harus selalu berinovasi termasuk pengadaan diklat dan mempunyai rencana strategis tandasnya. (*)
Penulis Slamet Hariadi. Editor Ichwan Arif.