PWMU.CO – Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Kebomlati Plumpang Tuban melaksanakan sholat idul adha di lapangan desa Kebomlati Plumpang Tuban, Senin (17/6/2024).
Ketua panitia sholat idul adha, Jubaidi mengungkapkan bahwa yang bertugas sebagai Imam dan khotib kali ini, yakni Ustadz Hidayat Usman, S.PdI yang sehari-hari sebagai pendidik di lembaga Al-Uswah Tuban.
Dalam khutbahnya, Hidayat Usman menceritakan sejarah singkat pengorbanan Nabi Ibrahim AS.
QS. As-Saffat Ayat 102
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعۡىَ قَالَ يٰبُنَىَّ اِنِّىۡۤ اَرٰى فِى الۡمَنَامِ اَنِّىۡۤ اَذۡبَحُكَ فَانْظُرۡ مَاذَا تَرٰىؕ قَالَ يٰۤاَبَتِ افۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُ سَتَجِدُنِىۡۤ اِنۡ شَآءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيۡنَ
Ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”
Maka ketika anak itu sampai pada usia sanggup berusaha bersamanya, Nabi Ibrahim berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku dalam mimpiku itu diperintah oleh Allah untuk menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dengan penuh kepasrahan kepada Allah dan ketaatan pada ayahnya, dia menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan oleh Allah kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar dalam melaksanakan perintah-Nya.”
Kemudian ayat ini menerangkan ujian yang berat bagi Ibrahim. Allah memerintahkan kepadanya agar menyembelih anak satu-satunya sebagai korban di sisi Allah. Ketika itu, Ismail mendekati masa balig atau remaja, suatu tingkatan umur sewaktu anak dapat membantu pekerjaan orang tuanya.
Menurut beberapa sumber, usia Ismail pada saat itu 13 tahun. Ibrahim dengan hati yang sedih memberitahukan kepada Ismail tentang perintah Tuhan yang disampaikan kepadanya melalui mimpi. Dia meminta pendapat anaknya mengenai perintah itu. Perintah Tuhan itu berkenaan dengan penyembelihan diri anaknya sendiri, yang merupakan cobaan yang besar bagi orang tua dan anak.
Sesudah mendengarkan perintah Tuhan itu, Ismail dengan segala kerendahan hati berkata kepada ayahnya agar melaksanakan segala apa yang diperintahkan kepadanya. Dia akan taat, rela, dan ikhlas menerima ketentuan Tuhan serta menjunjung tinggi segala perintah-Nya dan pasrah kepada-Nya. Ismail yang masih sangat muda itu mengatakan kepada orang tuanya bahwa dia tidak akan gentar menghadapi cobaan itu, tidak akan ragu menerima qada dan qadar Tuhan. Dia dengan tabah dan sabar akan menahan derita penyembelihan itu. Sikap Ismail sangat dipuji oleh Allah SWT.
Peristiwa Penting dalam Sejarah Manusia.
Pada hari ini, kita memperingati peristiwa penting dalam sejarah umat manusia, yaitu pengorbanan Nabi Ibrahim AS. Beliau diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyembelih putranya yang paling dicintainya, yaitu Ismail AS. Perintah ini merupakan ujian keimanan yang sangat berat bagi Nabi Ibrahim AS. Namun, dengan penuh keyakinan dan ketaatan, beliau siap melaksanakan perintah Allah SWT.
Ketika Nabi Ibrahim AS hendak menyembelih Ismail AS, Allah SWT menggantikan Ismail AS dengan seekor domba kurban. Peristiwa ini menunjukkan betapa besarnya ketaatan Nabi Ibrahim AS kepada Allah SWT. Ketaatan beliau menjadi teladan bagi kita semua dalam menjalankan perintah agama.
Lebih lanjut Ustadz Hidayat Usman mengatakan makna ibadah kurban bukan hanya menyembelih hewan, tetapi memiliki makna yang lebih dalam. Ibadah kurban merupakan simbol pengorbanan, ketaatan, dan keikhlasan kepada Allah SWT. Melalui ibadah kurban, kita diajarkan untuk selalu patuh kepada perintah Allah SWT, meskipun itu terasa berat dan penuh pengorbanan.
Ibadah kurban juga merupakan wujud rasa syukur kita atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Daging kurban yang disedekahkan kepada fakir miskin dan kaum duafa merupakan bukti kepedulian dan kasih sayang kita terhadap sesama.
Hidayat Usman juga mengatakan, makna ibadah kurban dalam kehidupan sehari-hari, setelah menjalankan ibadah kurban, marilah kita introspeksi diri dan berkomitmen untuk menerapkan makna ibadah kurban dalam kehidupan sehari-hari. Langkah yang kita lakukan
Meningkatkan ketaatan kepada Allah SWT, kita harus senantiasa berusaha untuk menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya.
Memupuk rasa syukur, Kita harus selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT, baik nikmat kecil maupun nikmat besar.
Meningkatkan kepedulian terhadap sesama, Kita harus selalu berusaha untuk membantu dan meringankan beban fakir miskin dan kaum duafa.
Menjaga kerendahan hati, kita harus selalu ingat bahwa kita hanyalah hamba Allah SWT yang tidak memiliki kekuatan apa pun tanpa pertolongan-Nya.
Di akhir khutbahnya Hidayat Usman menekankan, sebagai hamba Allah yang berbahagia, marilah kita jadikan Hari Raya Idul Adha ini sebagai momentum untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Semoga kita semua dapat meneladani pengorbanan Nabi Ibrahim AS, memupuk rasa syukur dan tawaduk, serta senantiasa menjalankan perintah Allah SWT dengan penuh keikhlasan.
Penulis Qomari, Editor ‘Aalimah Qurrata A’yun